--Follow penulisnya, votement ceritanya
🌸🌸🌸
Kala itu, bisa dibilang menjadi sejarah kelam dalam kehidupan rumah tangga saya.
Kala itu, saat iba menyerang mengubur semua tudingan dan cercaan membuat keputusan yang tak diinginkan tercipta.
Kala itu, wanita yang saya kenal paling cemerlang di dunia ini menghampiri dengan wajah berlinang air mata dengan perut membuncit.
"Dimas... tolong aku."
🌸🌸🌸
Tiga belas tahun yang lalu~
Usia dua puluhan memang masa-masa yang berat sekaligus menggairahkan. Karena selain tuntutan untuk menjadi individu dewasa yang sesungguhnya, di masa itu pun menjadi ajang menggelora berburu pasangan.
Namun, itu tidak pernah terjadi kepada saya.
Momen-momen romansa terlewati begitu saja tanpa meninggalkan jejak di hidup. Hingga di masa akhir perkuliahan, bak mukzijat tak sengaja saya berjumpa dengan gadis jelita berpakaian modis yang membuat saya bersyukur dilahirkan di muka bumi ini. Itulah yang saya rasa ketika panah asmara menghancurkan dinding hati yang beku dan tak pernah terjamah. Bahkan dulu anak tetangga --yang orang-orang sebut kembang desa pun tak pernah menggoyahkan hati ini, meski berulang kali dia mencoba mendekati.
Namun, mengapa gadis itu mampu membuat sendi-sendi ini lumpuh hanya dalam sekali pandang?
Lepas pertemuan tak sengaja itu, kini yang ada di pikiran bukan tuntutan revisi bab selanjutnya. Namun rasa ingin tahu lebih jauh perihal sosok gadis itu. Dengan segala upaya dan akses yang saya punya, dikerahkannya semua yang bisa saya mampu demi mengenal lebih dalam sosok itu. Pada titik ini, akal sadar betul kalau tindakan ini sudah menyerupai seperti seorang stalker.
Namun rupanya diri ini tak puas dengan informasi singkat yang ada. Yulan Anggraeni Pratiwi, nama yang cantik cerminan para bidadari itu semakin membuat saya merasa tak puas dan ingin semakin jauh mengenalnya. Saya terobsesi, tergila-gila atau apapun itu kalian menyebutnya. Dan naasnya, saya tidak bisa menghentikannya. Dan semakin dalam menggali informasi, banyak rumor yang santer beredar kalau Yulan sudah memiliki kekasih dengan jejeran ratusan teman pria yang bersedia bertekuk lutut meminta kasih Yulan.
Itu bukan hal yang mengejutkan. Tidak ada satupun mata yang sehat --benar-benar sehat-- mampu melewatkan kecantikan gadis selevel Yulan. Saya sangat memahami hal itu. Jadinya, pria serba kekurangan ini hanya bisa mengagumi dari kejauhan seperti ratusan penggemarnya yang lain --yang tak diberi kesempatan untuk menempati hatinya.
Hingga suatu hari, lagi-lagi mukzijat itu menghampiri.
Tepatnya saat malam lepas wisuda angkatan kami. Kami mengadakan pesta sederhana di aula kampus yang dihadiri sebagian mahasiswa yang baru saja menyandang gelar barunya. Saya tidak terlalu bergairah menikmati pesta yang hingar-bingar dan memilih melipir keluar meninggalkan pesta. Dan disitulah saya menemukan Yulan yang tengah berdiri membelakangi.
Rasanya kikuk bukan main tatkala tubuh itu berbalik, lalu mata kami bertubrukan, ingin diri menghambur kemana saja namun, anehnya ada dorongan liar untuk menghampirinya. Dia memperhatikan dengan seksama. Sempat-sempatnya saya bersyukur atas muka datar ini untuk menyembunyikan hati yang bergemuruh hebat. Dengan kepala tertunduk, saya memilih untuk pura-pura tidak melihatnya.
"Anak pariwisata!"
Langkah terhenti, begitupula jantung. Rasanya saya kehilangan detak meski beberapa detik saja. Suaranya yang berdendang lembut dan membelai telinga membuat dunia rasanya menjadi tempat terbaik yang pernah ada.
Saya menoleh, pelan-pelan. Mungkin seruan itu bukan ditujukan pada saya. Namun saat mengamati sekitar, ternyata tidak ada siapapun kecuali kami yang bertatapan dalam dinginnya malam.
"Ternyata benar ya anak pariwisata."
Saya tak menjawabnya dan mencoba mempertahankan tampang datar.
Dia menghampiri, mungkin karena sikap acuh saya. Sejurus kemudian dia tersenyum cerah, yang mana membuat nafas ini tersendat. "Aku sering lihat kamu."
Jadi, bukan hanya saya saja yang kerap memperhatikannya? Apa selama ini juga Yulan memperhatikan dari kejauhan sama seperti yang selalu saya lakukan?
"Kamu temannya Edo bukan?"
"Oh--"
Bodoh. Mana mungkin jelmaan dewi ini memperhatikan diri ini yang tak punya apa-apa. Edo memang kasanova angkatan kami, wajar jika Yulan mengenalnya.
"--iya."
Lagi-lagi dia tersenyum. Lalu merogoh sesuatu dari sakunya. "Boleh minta tolong?"
Dengan kening berkerut, saya hanya manut saja menerima surat cinta berwarna merah muda yang mencolok dan motif hati yang norak.
"Apa ini surat balasan?" gumam saya, tanpa sadar.
Dia mencondongkan tubuh, membuat saya mengambil langkah mundur dengan gugup. "Maaf?"
"..."
Mungkin karena saya hanya berdiam, jadinya Yulan kembali membuka suaranya. "Aku gak suka sama Edo. Aku nyariin dia dari tadi gak ketemu. Jadinya aku mau nitip sama kamu... eng--"
"Dimas."
"Oh Dimas. Bisa tolong aku 'kan?"
Yulan menatap dengan mata bulat besarnya yang lugu dan polos. Dan yang bisa saya lakukan hanya menatap kosong surat yang ada di genggaman. Kalau Edo sang bintang idola angkatan kami saja ditolak, bagaimana dengan diri ini yang serba biasa? Lebih baik untuk tidak mempermalukan diri dan mendapat penolakan yang mengenaskan.
"Hei, kamu mau bantu gak?"
Saya tetap membungkam. Tak berselang lama ada suara klakson memecah keheningan diantara kami. Saya menoleh dan mendapati pria tinggi yang bersandar pada pintu Toyota Corolla memanggil nama Yulan tak sabaran. Dilihat dari penampilannya, mungkin pria ini yang menjadi alasan Yulan menolak Edo? Pantas saja seleranya sangat tinggi.
Yulan akhirnya mengangkat bahu acuh dan berlalu dari hadapan. Saya kehabisan waktu dan masih tak mampu angkat suara. Namun di detik-detik terakhir, pita suara ini kembali.
"Kenapa kamu menolak Edo?" seru saya berhasil menghentikannya.
Dia terdiam sejenak sambil mengerucutkan bibir lembutnya. Lalu dia tersenyum lebar dan berlari lincah meninggalkan pertanyaan itu menggantung.
🌸🌸🌸
Jadi mahasiswa tingkat akhir itu serba ga enak ya? Bantu doa dong, minggu depan aku seminar proposal nih😩😩😩
KAMU SEDANG MEMBACA
Camelia Blooms [Completed]
Romance[PART LENGKAP] Berawal dari pertemuan tak sengaja di satu musim semi hingga takdir terus bergulir membawa rangkaian kisah rumit yang tak terduga, menghadirkan tawa dan tangis disertai taburan rasa yang perlahan memekarkan cinta diantara dua insan ya...