38 || Camelia Blooms

9.5K 438 30
                                    

--Follow penulisnya, votement ceritanya

🌸🌸🌸

Langit begitu biru dan cerah membuat suasana hati Camelia begitu ringan. Hembusan angin sejuk menambah syahdu momen kesukaannya, saat dimana ia bisa dengan tenang menuangkan inspirasi dalam kanvas putih. Tak pernah bosan-bosannya ia melukiskan setiap jengkal keindahan negeri Roma dalam karyanya. Ia sangat mengagumi kota kecil dengan sejuta pesona ini.

Satu karya lagi selesai dan ia bergumam puas dengan hasilnya yang baginya seperti separuh jiwanya itu. Ia meletakkan kuasnya lalu mengambil teh-nya yang sudah dingin sembari beranjak dari duduk berjam-jamnya lalu menghampiri balkon. Matanya bergulir merekam semua kehidupan di bawahnya, kesibukan orang-orang di pagi hari ini tak pernah membuatnya bosan.

Dari ujung matanya, ia melihat kalau salah satu bunga kamelia-nya tampak layu. Lekas ia menghampiri.

"Jangan menyerah secepat ini, dunia harus melihat kecantikanmu saat kamu mekar." katanya pada bunga yang memiliki nama yang sama dengan dirinya.

Sekalian saja ia menyirami tanaman lain.  Tengah asyik dengan pekerjaannya, tiba-tiba terdengar suara kegaduhan.

"Mama!"

Dua bocah beda gender kesayangannya itu berlarian kecil tergesa-gesa menghampirinya dengan satu bocah berbadan dewasa mengikuti di belakangnya dengan kepayahan.

Camelia pun segera merentangkan tangannya untuk meraup dua jagoan kecilnya. "Bagaimana summer camp-nya. Apa kalian bersenang-senang?"

"Iya ma." jawab si kembar dengan semangat.

"Bagus, sekarang kalian mandi oke? Yang lebih dulu selesai boleh makan ice cream."

"Yeaaay!" pekik keduanya kegirangan dan buru-buru kembali masuk ke rumah.

"Mereka memiliki banyak energi sepertimu." gerutu Dimas menyaksikan keaktifan putera dan puterinya.

Camelia terkekeh mendengarnya, "Mereka anakmu mas."

Dimas pun mengalihkan perhatian pada Camelia, lalu dia membungkuk sembari menyentuh lembut perut Camelia yang membuncit. "Apa anak papa yang ini juga akan seaktif kakak-kakaknya?"

Pertanyaan itu dijawab langsung dengan tendangan keras bayi yang sebentar lagi akan melihat mama dan papa-nya itu. Keduanya tergelak karenanya. Dan Dimas menghujani perut Camelia dengan ciuman bertubi-tubi tanda sayangnya pada wanita tangguh yang telah menghadirkan hadiah paling berharga di dunianya.

Lalu ia beralih untuk mengecup lama Camelia. Tak cukup dengan kecupan kening, Dimas segera menyerang bibir istrinya itu yang bagai candu. Rasa-rasanya ia ingin menghentikan waktu di saat bibirnya bersatu dengan Camelia. Apalagi setelah hadirnya jagoan kecil mereka, sangat sulit untuk bermesraan seperti jaman pacaran dulu.

Momen itu terganggu karena dering ponsel Camelia. Itu telpon dari Sabila yang sekarang tinggal di Amsterdam untuk melanjutkan studinya.

"Mas Bila--"

"Nanti saja." bisik Dimas di depan bibir Camelia.

Deringan itu membuat Camelia tak nyaman, "Mas."

"Mas kangen sama kamu."

Camelia Blooms [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang