13 || Perhatian Dimas

3.8K 403 11
                                    

--Follow penulisnya, votement ceritanya

🌸🌸🌸

"Kenapa mendadak minta pulang?" jegat Dimas menarik tangan Camelia yang berjalan tergesa-gesa.

"Kalo badan mendadak gak enak harus tetep dipaksain gitu?" semprot Camelia dengan nada ketus.

Dimas tak habis pikir dengan kelakuan Camelia yang dinilai plin-plan dalam pilihannya.

"Kamu ada marah sama saya?"

"Mungkin situ ngerasa gak?"

"Saya tidak pandai berteka-teki, Camelia. Katakan alasan kamu marah-marah seperti ini sama saya." keluhnya frustasi.

Astaga dasar tua bangka bangkotan! Faktor usia pasti yang memperlambat jalan kerja otaknya. Cowok tanpa dibekali rasa peka seperti ini memang perlu di upgrade.

"Udahlah pak, saya pengen pulang. Kalau bapak gak mau nganter saya bisa pulang sendiri."

Dimas pun mengangguk kalah, "Baiklah. Saya memang tidak bisa mengantar kamu, ada urusan di tempat lain."

Double shit!

Niat hati cuman ingin menggertak namun alhasil ia kena getahnya sendiri. Tidak ada penolakan halus seperti di film-film romantis yang ia tonton. Boro-boro berharap ditarik paksa dan dimasukkan ke dalam mobil seperti yang ia idam-idamkan. Ia tidak bisa membedakan pria ini itu tipikal patuh atau memang tak peka sama sekali. Ia pun berjalan berlalu meninggalkan si duren tak peka itu. Memang benar pepatah yang bilang jangan pernah mencoba meraup dengan siku.

Camelia mengeluarkan ponselnya sambil menghalau serbuan air mata kekalahan. Lalu teringat pada seseorang. Lekas saja ia men-dial nomornya.

"Halo?" sapa suara diseberang sana.

"Mbak Denta."

"Oh... Camelia. Ada apa?"

"Mbak, boleh mampir ke tempat mbak?" tanyanya.

"Sini. Kosan gue di sekitaran Braga."

"Share-loc dong mbak kosannya."

"O-oke."

Ternyata jarak kosan Denta tidak terlalu jauh, hanya butuh waktu lima menit menggunakan ojol. Berdiri di bangunan dua lantai dengan deretan pintu kamar yang saling menghadap, ia mengirim pesan untuk menanyakan kamar berapa yang harus ia tuju.

"Permisi."

"Ia, sini masuk." suara yang familiar menyambutnya.

Bang Tio? "Loh, kok abang ada di sini?"

"Kebetulan mampir aja."

"Masuk, jangan ngalangin pintu." kata Denta yang menyembul dari ruangan yang lain.

Saat berada di dalam kosan Denta, aroma mie Samyang tercium kuat mengundang air liurnya. Dan ia menyingkirkan Dimas dalam sekejap pandang.

"Dari tadi bang?" tanya Camelia saat mengambil duduk lesehan di samping Tio yang nampak anteng menonton infotainment di televisi.

"Dia itu giliran makan-makan paling gercep."

Camelia tersenyum singkat dengan jawaban Denta. Ia kembali ke ruang tengah dengan membawa sebaskom mie pedas dari Korea itu yang sukses membuat Camelia lapar mata.

Denta juga meletakkan mangkuk kecil beserta sumpitnya. Tiba-tiba ia menendang Tio. "Ambilin air!"

Meski bibir menggerutu sambil monyong-monyong, Tio dengan patuh mengambilkan apa yang diminta Denta. Camelia merasakan ada yang lain diantara mereka berdua selain rekan kerja. Namun ia tak mau jauh berspekulasi dan menepisnya segera karena mungkin itu hanya perasaannya saja.

Camelia Blooms [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang