--Follow penulisnya, votement ceritanya
🌸🌸🌸
Jasmine membimbing Dimas menuju kolam renang di belakang rumah. Dimas mengekor dengan patuh dan bersiap mendengar omongan Jasmine yang sepertinya tidak akan jauh soal pernikahannya dengan Camelia.
"Aku melihat semuanya."
Dimas diam, tak merespon dan menatap punggung di depannya dengan tatapan malas. Jasmine masih setia memunggungi Dimas. Nampak sekali kerapuhan di punggungnya.
"Aku bisa merasakan besarnya cinta yang mas beri pada Camelia."
Dimas mulai menduga kalau Jasmine sempat menyaksikan adegan intimnya bersama Camelia tadi. Dan mengingat akan hal itu, membuat Dimas tak dihinggapi perasaan bersalah atau malu sedikitpun. Baguslah kalau Jasmine melihatnya, itu sebagai peringatan keras agar wanita itu mundur karena tidak ada lagi tempat yang tersisa di hatinya untuk wanita lain.
Jasmine perlahan membalikkan tubuhnya. Di matanya terdapat luka yang memilukan seolah-olah ia baru saja menjumpai ajalnya. Jasmine perlahan bergerak menghampiri Dimas. Sontak Dimas mengambil langkah mundur dan berbalik namun terhenti karena Jasmine memeluknya dari belakang dengan sangat erat.
"Jasmine--" elak Dimas berusaha melepaskan lilitan maut itu.
"Beri aku kesempatan, mas!" ujarnya dengan nada penuh frustasi.
Dengan tegas Dimas menjawab, "Tidak akan."
"Aku akan berusaha membuat mas jatuh cinta sama aku."
Dimas mulai merasa muak, dengan hentakan kuat ia melepaskan pelukan Jasmine dan mendorong tubuh itu jauh-jauh. "Jangan berulah."
"Aku bisa memberikan apa yang gak adik sialan itu berikan, mas!"
Dimas geram mendengar Jasmine yang menghina adiknya sendiri, "Dia adikmu, tak sepantasnya kamu menghinanya!"
"Katakan mas, apa yang Camelia punya dan aku tidak. Kalau mas mau berusaha, mas bakal bisa jatuh cinta padaku sama seperti yang mas lakukan sama Camelia."
Sungguh, melihat Dimas yang mengecup mesra Camelia tadi membuat hatinya memanas dengan rasa iri yang menguras batin. Apalagi tatapan Dimas yang penuh perhatian dan kasih sayang membuat hatinya perih bagaikan ditabur garam di atas luka yang bernanah. Ia mengurung diri di kamar karena tak sanggup menyaksikan kemesraan mereka yang membuat dadanya sesak.
"Sedari awal memang akulah yang harusnya menjadi pendampingmu mas! Gadis bodoh itu tega merebut apa yang harusnya jadi milikku!" cecar Jasmine tak tahu malu.
Dimas tak tahan untuk mendecih saat mendengarnya, "Tidak ingatkah kamu atas perbuatanmu dulu? Saya tahu saya hanya pria hina tak berharta, tapi Camelia membuat saya berharga dengan menerima saya apa adanya."
"Omong kosong! Dia juga sama marahnya denganku karena perjodohan ini."
"Dia boleh saja marah, tapi tidak menjadi orang serakah seperti dirimu." ujar Dimas dengan emosi di matanya.
Ia ingin tatapan penuh cinta Dimas tadi ditujukan kepadanya. Ia ingin Dimas menatapnya seperti Dimas menatap Camelia tadi. Bukan tatapan seperti sekarang ini --bengis dan penuh kebencian.
"Kamu dan Camelia berbeda." Dimas menekankan karena diamnya Jasmine.
"Tapi kami sama-sama mencintaimu, mas!" teguhnya masih keras kepala.
"Cukup, Jasmine. Saya sudah bersusah payah untuk mendapatkan kepercayaan Camelia. Jangan rusak jerih payah saya hanya karena keegoisanmu semata."
"Kenapa harus dia?!!" raungnya melolong pada langit kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Camelia Blooms [Completed]
Romance[PART LENGKAP] Berawal dari pertemuan tak sengaja di satu musim semi hingga takdir terus bergulir membawa rangkaian kisah rumit yang tak terduga, menghadirkan tawa dan tangis disertai taburan rasa yang perlahan memekarkan cinta diantara dua insan ya...