--Follow penulisnya, votement ceritanya
🌸🌸🌸
Mendengar berbagai rumor yang menyangkut atasan menjengkelkannya itu membuat Camelia semakin ketar-ketir. Sudah terkenal suka 'ngigit' ia membayangkan kalau hari-harinya akan berjalan penuh cobaan.
Camelia melemparkan tubuhnya yang lelah di atas sofa panjang. Memikirkan bagaimana nasibnya esok hari membuat pikirannya runyam. Semoga saja ada keajaiban dimana Dimas menjelma menjadi sosok malaikat yang baik hati dan jauh dari kata bengis.
Baru saja matanya akan terpejam, seseorang diluar sana mengetuk kamarnya di saat yang tidak tepat. Ia menggerutu dalam hati dan berjalan dengan ogah-ogahan menghampiri .
Suara ketukan di luar sana terdengar tidak sabaran yang mana membuat Camelia berteriak sebal. "Ya!"
Namun saat membuka pintunya, kedua matanya melotot dengan tatapan tak percaya. Bahkan ia harus berdekip beberapa kali takut-takut ia salah melihat.
"Ba-bapak?"
Dimas menatap Camelia dengan datar. Penampilannya yang kasual --persis saat dulu jumpa di Jepang membuat Camelia menelan ludahnya grogi. Kalau begini, aura killer-nya tidak begitu kentara.
Tanpa banyak kata, Dimas memberikan sebuah kotak besar yang entah apa isinya. Camelia menerimanya dengan kewalahan, ini asli benar-benar berat dan ia pun memilih menurunkannya.
"Saya suruh kamu untuk belajar. Sayangnya kamu cukup sibuk dengan acara makan malam romantis itu."
Jangan sekotak besar ini isinya buku dan berkas tentang hotel Wardana? Ah, sialan! Dimas memang sialan!
Hah, dan apa barusan katanya? Makan malam romantis?
"Bapak bela-belain datang cuman kasih ini?"
"Saya hanya tinggal turun dua lantai."
Camelia memutar bola matanya bosan, "Oh"
"Baiklah. Saya pamit."
Meski tak berbalut jas, namun kesan 'ngigit' itu ternyata masih tak mau hilang dari diri seorang Dimas. Pemarah bisa dipakai sebagai nama tengah si tua bangka itu.
"Pak--"
Dimas yang sudah berbalik, kembali menoleh dengan seruan pelan itu. "Iya, Camelia?"
Ish... jangan panggil nama gue dengan lembut kayak gitu. Mau bikin ini jantung malfungsi, hah?!
Tangannya tersembunyi di belakang punggung untuk menutupi ras gelisah. "M-mau mampir dulu, pak?"
Camelia menatap Dimas dengan takut-takut. Lama menunggu jawaban hingga membuat telinganya mulai berdengung.
"Maaf, mungkin lain kali. Sabila sudah menunggu saya."
Grr... nama itu lagi, sebegitu bucin-kah Dimas terhadap isterinya? Kalau begitu mana berani ia menahan suami orang untuk sekedar nge-teh di rumah wanita lain. Bisa-bisa menimbulkan fitnah, dan sorry to say ia tak mau diberi gelar pelakor.
Camelia mengangguk kaku. "Kalau begitu, hati-hati di jalannya pak."
"Ya, tolong pelajari sebanyak yang kamu mampu."
Ia hanya bisa mencibir dalam hatinya. "Iya, pak."
Dan Dimas pun pergi tanpa menoleh lagi. Kedatangan mendadak itu membuat ia gugup, namun mendengar nama Sabila terucap lagi membuat sesuatu dalam dasar hatinya menggeram tak suka.
Perasaan bodoh yang tidak tahu diri!
🌸🌸🌸
"I-ini, ruangan saya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Camelia Blooms [Completed]
Storie d'amore[PART LENGKAP] Berawal dari pertemuan tak sengaja di satu musim semi hingga takdir terus bergulir membawa rangkaian kisah rumit yang tak terduga, menghadirkan tawa dan tangis disertai taburan rasa yang perlahan memekarkan cinta diantara dua insan ya...