10 || Bertemu Dengan Sabila

4.2K 440 8
                                    

--Follow penulisnya, votement ceritanya

🌸🌸🌸


Semenjak pernyataan nyelenehnya berhari-hari yang lalu, ia kini selalu dibuat salah tingkah jika berduaan dengan atasannya itu. Ada saja hal yang membuat ia gagal konsentrasi saat mempelajari 'materi' baru yang rajin di update oleh Dimas. Gerakan lambat saat Dimas menggulung lengan kemejanya, tangan kokohnya yang menari di atas keyboard bahkan momen saat Dimas menguap pun tak luput dari perhatiannya. Semua hal kecil itu sukses membuatnya terpana. Cuci mata yang menyehatkan.

Kalau begini caranya bisa-bisa ia terjerat pesona duda jilid satu. Padahal akalnya menolak tegas untuk menaruh rasa pada pria tua berbuntut itu. Tapi hati mana bisa dibohongi, terlebih memori pertemuan ajaibnya di Jepang dulu membuat hati bergemuruh saat menatap Dimas.

Cukup Lia! Dimas Jepang dan Dimas Lokal itu beda dimensi.

Bagaimana nanti respon keluarganya jika puteri bungsu --agak bebal ini bersedia menjadi ibu sambung seorang gadis remaja. Apa kata dunia? Apa kata kolega berharga sang papa? Ia hanya bisa bergidik ngeri hanya dengan membayangkannya saja.

"Camelia, bisa bantu saya?"

Ia lekas bangkit dari kursinya dan menghampiri Dimas berusaha untuk bersikap sesantai mungkin. "Mau dibantuin apa?"

"Tolong buatkan slide persentasi tentang rekapitulasi SDM bulan ini. Ini datanya, kamu hanya tinggal memasukannya lalu kirimkan ke alamat e-mail yang tertera di sana."

"Oke."

"Dan satu lagi, Camelia."

Ia menunggu kelanjutan perkataan Dimas dengan wajah tenang. Dimas menunjuk ujung bibirnya sendiri dengan raut datar yang mana membuat Camelia semakin kebingungan.

"Kenapa, pak?"

Dimas terbatuk-batuk kecil dan memilih mengalihkan pandangannya dari Camelia. "Ada iler."

"Eh--?!"

Untuk sepersekian detik, otaknya masih mencerna apa maksud kata-kata itu dan seperti dihantam palu godam di belakang kepalanya, ia segera tersadar karena rasa panik dan tergesa-gesa kembali ke pos-nya. Apa dia ketahuan memperhatikan Dimas dari tadi? Habisnya mau bagaimana lagi, I can't take my eyes on you, pak.

Camelia memukul pelan kepalanya untuk menjernihkan kembali pikirannya. Ia menggerutu sebal dan menarik nafas lambat-lambat berusaha untuk berkonsentrasi dengan tugas yang diberikan Dimas. Namun tetap saja ia tidak bisa menghentikan matanya yang genit dan senang melirik ke arah Dimas yang kerap kali membuat jantungnya berhenti berdegup. Ah, duda sialan!

Satu jam kemudian ia selesai dengan tugas yang diberikan Dimas. Ia bersiap beranjak untuk melaporkannya namun gerakan Dimas yang mendadak berdiri dan tergesa-gesa membuat Camelia menautkan kedua alisnya.

"Pak?"

"Saya harus keluar sekarang, ada urusan penting."

"O-oh, eh... i-iya."

Gerakan yang terburu-buru itu membuat Camelia tertegun melihat Dimas si ganteng kalem bisa menampilkan raut sepanik itu. Camelia hanya bisa mengerjapkan matanya menyaksikan pintu yang menyembunyikan sosok Dimas.

Selagi Dimas pergi, tidak ada salahnya beristirahat sejenak. Ia pun bergerak menuju toilet karena desakan alam tak mau berkompromi. Namun belum sempat ia menarik gagang pintunya terdengar suara obrolan dua wanita menyapa gendang telinganya.

Camelia Blooms [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang