38

5.5K 561 71
                                    

Happy reading^^







Aroma kopi yang menguar dari cangkir itu seolah menjadi penyegar bagi yoon eun.

Tangannya sibuk mengaduk kopi itu dengan gerakan memutar, tapi pikirannya masih berada di rumah sakit.

Mama tiffany. Mamanya kembali terserang penyakit.

Penyakit yang idap mamanya pun tak pernah ia duga sebelumnya. Seingatnya, ia tak punya riwayat penyakit jantung di keluarganya, tapi kini mama tiffany mengidap penyakit jantung.

Sedari tadi gadis itu tak berhenti melamun.

Memang biaya pengobatan tak perlu ia pusingkan lagi, tapi tetap saja ada yang membebani pikirannya selain biaya.

Rasa takut ini kembali menghantui dirinya. Rasa takut kehilangan.

Seo yoon eun sudah berusaha untuk menepis pikiran itu jauh-jauh. Tapi tetap saja, rasa khawatir yang berlebih itu kembali menghasilkan rasa takut kehilangan.

Menegakkan tubuhnya, gadis itu menghela napas, tangannya terulur untuk mengambil secangkir kopi yang di alasi sebuah piring kecil di bawahnya.

Seo yoon eun melangkah dengan kecepatan sedang.

pintu ruang kerja Lee jeno terlihat sedikit terbuka. Mengintip, gadis itu kemudian mengetuk pintu dengan pelan.

Lee jeno tak merespon, pria itu masih sibuk berkutat pada laptop sembari membolak balik beberapa lembar kertas.

Seo yoon eun kemudian berjalan menghampiri, "Kerjaan kakak masih banyak?"

Tampak tak peduli, Lee jeno tetap menyibukkan dirinya dengan lembaran-lembaran penting itu.

Menghela napas, Seo yoon eun mengulas sebuah senyuman tipis guna menyembunyikan perasaannya.

Tadinya, gadis itu mengira Lee jeno sudah selesai dengan pekerjaannya. Tapi ternyata, pekerjaannya masih terlihat banyak.

Untuk pertama kalinya, Seo yoon eun memberanikan diri untuk membagi keluh kesahnya dengan sang suami.

Tapi sepertinya, waktunya tidak tepat. Raut wajah pria itu pun terlihat tak bersahabat.

Sepertinya suasana hati Lee jeno sedang buruk.

"Saya sudah buatin kakak kopi, jadi kakak minum ya? Biar kakak nggak ngantuk." Gadis itu berujar.

"Saya sibuk." Ujar sang suami tanpa mengalihkan atensi.

Bukan pertama kalinya Seo yoon eun mendapat perlakuan seperti itu dari Lee jeno, tapi entah kenapa kali ini Seo yoon eun merasa sakit hati.

Ah mungkin, karena mungkin dirinya sedang sensitif.

Lagi, Seo yoon eun menghela napas.

Seo yoon eun meletakkan secangkir kopi yang mulai mendingin itu di bagian meja yang masih kosong. Lalu, gadis itu pun berlalu dari sana.

Baru sampai di ambang pintu, gadis itu sudah kembali menghentikan langkahnya karena sebias suara yang menujukan sesuatu untuknya.

"Saya akan lebih berterima kasih kalau kamu nggak melakukan apapun untuk saya."

Husband |Lee Jeno| [END✔]  (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang