06

8.1K 722 27
                                    

Jeno yang sudah siap dengan pakaiannya berjalan menuju pintu.

Ya, pria itu akan pergi ketempat langganannya. Dengan mengenakan pakaian se simple mungkin yaitu, kemeja satin biru dongker yang di padukan dengan celana bahan berwarna hitam, dan jangan lupakan dua kancing yang di biarkan terbuka membuat dirinya terlihat sangat menarik walau sederhana.

saat ia membuka pintu itu, jeno yang tengah menundukan kepalanya, terdiam dan mematung ketika melihat sepasang sepatu yang di kenakan oleh seorang wanita. Jeno kenal sepatu itu, sangat.

Netranya menemukan seorang wanita yang tengah tersenyum di depannya, tepat di depannya. Tapi entah kenapa jeno malah membenci senyuman yang dulu pernah menjad candu baginya itu.



"Jeno-"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Jeno-"

"Ada perlu apa kamu kesini?" Sela jeno cepat dengan nada bicara dingin.

"Jeno aku-"

"Saya tidak mau berbasa basi, bilang saja ada perlu apa."

"Kamu masih marah sama aku? kapan kamu mau maafin aku jen?" Tanya perempuan itu. Perempuan itu menatap jeno dengan sejuta harapan, ia ingin jeno memaafkan kesalahan dirinya di masalalu.

Jeno tersenyum miris, "kamu pikir kesalahan kamu itu masih bisa di maafkan?" Perempuan itu maju selangkah lebih dekat.

"Jeno aku mohon..." mohonnya, mata perempuan itu sudah mulai memerah. ia mencoba membendung air matanya.

"Jika tidak ada kepentingan lain, kamu bisa pergi." Jeno kembali berujar dengan nada bicara yang masih terdengar sangat dingin.

"Jeno aku mohon, maafin aku.." ujar perempuan itu.

Jeno memalingkan wajahnya kesamping, ia tidak ingin bertatap muka dengan perempuan ini, sungguh.

Tangan perempuan itu tergerak untuk menyentuh rahang jeno, namun...

TAK!

Jeno menepis tangan itu dengan cepat, ia tidak ingin perempuan di depannya itu menyentuhnya lagi.

"Jeno kamu kasar!" Ujarnya, perempuan itu sudah mulai emosi karena perlakuan jeno terhadapnya.

Jeno kembali menolehkan kepalanya dan menatap perempuan itu dengan tatapan tajamnya, tajam dan menusuk.

"Salahkan diri kamu sendiri atas hal ini." Ujar jeno.

Sebulir air bening menuruni lereng pipi perempuan itu. Perkataan jeno memang sangat menyakitinya, tapi itu benar. Dia memang harus menyalahkan dirinya sendiri untuk itu. Memang dia yang telah membuat jeno berubah seperti menjadi ini.

"Jeno," dua manusia yang tengah sibuk saling menatap itu kemudian melihat ke sumber suara.

Bunda jessica berjalan mendekat kearah putranya kemudian berdiri berdampingan dengan putranya itu. "Jeno, ada apa?"

Husband |Lee Jeno| [END✔]  (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang