10

7.7K 712 5
                                    

Suasana ruangan Yoon eun saat ini sedikit ribut. Semuanya karena somi yang tidak berhenti mengoceh sejak kedatangannya satu jam yang lalu.

Suara somi itu bisa memenuhi seluruh ruangan, somi juga berbicara dengan sangat cepat.

Jujur saja Yoon eun sudah merasa pening sekarang, sahabatnya itu benar-benar tidak bisa dihentikan jika sudah mengoceh seperti ini.

Yoon eun bangkit dari kursinya, kemudian ia berjalan ke arah meja laci di sampingnya, somi pun mengikutinya.

"Yoon Yoon Yoon! Lo beneran yakin?" Yoon eun memutar tubuhnya dan menatap sahabatnya itu dengan tatapan malasnya.

Somi ini cerewet sekali.

"Somiiii lo itu udah nanya kayak gitu tiga puluh kali tau gak? Udah ah" Yoon eun melangkahkan kakinya untuk berpindah tempat ke dekat jendela dan mulai mencoba untuk mengabaikan sahabatnya yang sudah seperti pemotong rumput itu.

Somi kembali mengikuti langkah sahabatnya itu, "Ya tapikan gue cuma gak mau lo nyesel," aahh, itu Ya?

Menyesal Ya? Itu memang sedang dirasakan Yoon eun saat ini, tapi dia sudah tidak memiliki pilihan lain selain melanjutkannya.

Yoon eun selalu berusaha meyakinkan diri bahwa nanti rasa menyesal itu akan menghilang dengan perlahan, ia hanya perlu menjalaninya.

Yoon eun kembali memutar tubuhnya agar berhadapan dengan somi, gadis ber eye smile itu tersenyum, "lo tenang aja, lo gak perlu se khawatir itu sama gue" di genggamnya tangan halus somi.

"Gimana gue gak khawatir? Lo itu sahabat gue Yoon! Gue gak pengen lo nyesel dan tersakiti akhirnya" ujarnya.

Sebenarnya, somi adalah salah satu alasan Yoon eun agar tetap semangat. Somi adalah salah satu sumber semangatnya.

Ya... walaupun dia suka mengoceh dan membuat Yoon eun merasa pening karena ocehannya seperti barusan, Yoon eun tidak bisa memungkiri bahwa somi adalah salah satu hal terindah yang tuhan berikan untuknya.

Memiliki sahabat seperti somi itu, benar-benar menjadi penyemangat tersendiri bagi Yoon eun.

Yoon eun memeluk sahabatnya itu erat, ia sudah kehabisan kata-kata untuk membalas sahabatnya itu.

Somi membalas pelukan itu sembari mengelus punggung Yoon eun.











"Kak," Suara seorang gadis muda yang baru saja membuka pintu ruangan Yoon eun itu, mengintrupsi kegiatan berpelukan sepasang sahabat itu.

"Yiren, kenapa?" Pelukan pun terlepas, somi terlihat menghapus jejak air matanya.

Somi itu mudah tersentuh.

Gadis cantik ber name tag wang Yiren itu melangkahkan kakinya untuk memasukki ruangan Yoon eun yang merupakan atasannya.

"Ehm, itu Kak, ada yang nyariin Kakak di depan," kening Yoon eun mengkerut.

Ada yang ingin menemuinya? Siapa?

Seingatnya, ia tidak memiliki janji dengan siapapun hari ini. Oh, apa mungkin pelanggan? Ya, Semoga!

"Oh, sekarang dia dimana?" Yoon eun bertanya pada Yiren.

"Di depan Kak,"

"Di depan? Depan mana?"

"Parkiran,"

Hah? Kenapa di parkiran? Jika memang pelanggan kenapa tidak menunggu di ruang tunggu saja?

Baik, rasa penasaran mulai mengusai yoon eun sekarang. "Saya kesana sekarang, makasih ya ren," yoon eun sedikit merapikan pakaiannya, "gue ke depan dulu ya som," yang di tanya hanya mengangguk tanpa banyak bertanya seperti biasanya.

Yoon eun pun berlalu dari ruangan itu.

Sepeninggalnya yoon eun dari ruangan itu, somi berjalan mendekat kearah yiren yang masih berdiri di samping meja ruangan tersebut. "Eh ren," yang di panggil menoleh.

"Kenapa mbak som?"

Somi melihat kesana kemari untuk memastikan yoon eun sudah pergi atau belum, "yang mau ketemu yoon eun itu, cewek apa cowok?" Tanya somi dengan suara pelan.

"Cowok mbak," jawabnya.

Somi kembali bertanya kali ini dengan suara yang lebih pelan, "ganteng nggak?"

Kalian pasti tahu alasan somi kenapa dia bertanya seperti itu.

Raut wajah yiren berubah menjadi terlihat lebih antusias karena pertanyaan wanita yang lebih dewasa darinya itu, "Ganteng pakek banget mbak! Putih, tinggi, rapih, ber jas mobilnya aja bagus" anak gadis itu berbicara dengan antusias.

"Demi apa?"

"Kalo mbak nggak percaya ya, mbak bisa liat sendiri!"






































Yoon eun sudah sampai di parkiran depan butiknya, ia mengedarkan padangannya kesana kemari untuk menemui orang yang Yiren bilang tadi.

Untung saja butiknya tidak terlalu ramai sehingga ia dapat dengan mudah menemukan orang tersebut.

Tapi.. ah sial, Yoon eun lupa bertanya yang mencarinya itu laki-laki atau perempuan.

Jika begini, bagaimana Yoon eun bisa tahu orang yang ingin menemuinya itu Siapa, sementara disini ada tiga mobil yang terparkir.

T-tapi Hei tunggu dulu,

Mata Yoon eun memicing ketika menemukan seseorang yang tengah berdiri disamping mobilnya, orang itu... terlihat sedang menunggu, apa mungkin.... ah, sepertinya benar.

Gadis ber outfit simple namun resmi itu dengan segera menghampiri orang yang di duganya pelanggan itu.

Gadis itu sudah siap dengan senyuman dan sejuta akal agar orang itu benar-benar menjadi pelanggannya.

Yoon eun menarik napasnya perlahan, kemudian bersiap untuk menyapa calon pelanggannya itu, "selamat siang, ada yang bisa saya--- loh? Kakak kan...." Jujur Yoon eun terkejut saat orang itu berbalik kearahnya.

Itu....

"Iya," jawabnya singkat.

"A-ada perlu apa Kakak menemui saya?" Sejujurnya, Yoon eun itu masih merasa gugup saat mengobrol dengan pria ini.

Pria yang baru dua kali mengobrol dengannya, pria yang lebih dewasa dari Yoon eun, dan pria ini adalah pria yang akan menjadi...... pendamping Yoon eun nanti.

Ya, pria itu adalah anak dari tante jessica, Lee jeno. Calon suami dari Seo yoon eun.

"Saya mau ajak kamu ke suatu tempat, apa kamu mau?"

Oh tuhan, apakah gadis itu bermimpi

Rupanya Yoon eun sedikit tercengang karena ucapan jeno yang bernada dingin itu, Yoon eun tidak langsung menerima ajakkan itu melainkan berpikir terlebih dulu.

Pria ini tidak pernah menghubunginya, tapi sekarang, ia menemui Yoon eun kemudian langsung mengajaknya pergi,

Jujur saja, Yoon eun merasa ini sedikit.... gila.

Baik jeno mulai sedikit jengkel karena gadis di depannya ini tak kunjung menjawab, "saya tidak punya banyak waktu, jadi cepatlah" jeno berbicara dengan nada dingin itu lagi, tapi kali ini mulai terdengar sedikit nada bicara kesal.

"A-ah Iya," tanpa menjawab lagi, jeno memasuki mobilnya.

Namun bukannya masuk mobil juga, Yoon eun malah masih berdiri di depan mobil.

Jeno membuang napas pelan, "cepat masuk, saya tidak akan membukakan pintu seperti di drama," Yoon eun menoleh kearah jeno yang sudah siap dengan kemudinya.

Gadis itu mengangguk kemudian memutari kap mobil lalu memasuki mobil tersebut, ia duduk di samping jeno.



Baik, Yoon eun mengetahui beberapa fakta tentang Lee jeno sekarang, pria itu kaku, dingin, dan Jujur, sedikit menyebalkan!















Tbc

Votement seyeng seyeng quhhhh:*




Husband |Lee Jeno| [END✔]  (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang