Bagian 1

4.3K 121 12
                                    

Mari bangun pagi hari dan berucap Alhamdulillah karena masih diberi kesehatan serta nikmat untuk bisa bangun sholat malam. Meski aslinya langkahku lebih gontai dari ucapan semangatku pada diriku sendiri. Hhaa rasanya pengen jalan sambil merem aja.

Menjelang bulan puasa yang tinggal dua hari lagi. Anak-anak sekolah sebagian besar memilih cuti alias liburan sebelum menjalani sekolah dibulan puasa hingga tanggal 20-an. Tersisa mba mba tahfidz saja.

Suasana pesantren sepi sekali. Kalau hari biasanya jam setengah 4 sudah ramai anak-anak bangun dan berebut kolah untuk mengantri wudlu. Sekarang sih boro-boro, malah sebagian besar dari mereka masih lebih milih tidur karena ini udah masuk ke ranah liburan sih.

Setelah ke kolah aku menggelar sajadah. Mushola lebih lega daripada yang aku duga. Nggak ada satupun yang tidur disini. Kayaknya mereka sibuk sama hp di kamar deh, mumpung belum ada pengumuman buat dikumpulin juga sih jadi masih pada bebas pegang.

Aku memutuskan untuk sholat dua rakaat tahajud dan dua rakaat hajat. Biasanya anak-anak tahajud bisa sampe belasan rakaat, kalau aku ngantuk jadi lebih mending milih yang simple aja.

Aku menepi ke tembok, dan mulai membuka mushaf. Sebelumnya ku lihat di barisan belakang ada Naura. Di pojok samping kanan 'Isma, dan di belakangnya lagi ada Aqila. Lampu mushola juga tidak seremang tadi, sudah dinyalakan dua-duanya.

Aku kembali sibuk memperhatikan mushaf di hadapanku kemudian memejamkan mata untuk memilih nama-nama yang akan aku khususi fatihah.

Setelah lebih dari setengah jam kami semua sibuk masing-masing. 'Isma akhirnya buka suara.

"Mba sekalian subuhnya jama'ah aja. Yang belum bangun mah nggak akan jama'ah" katanya.
"Iya"
"Sampe bulan puasa juga jama'ah mah bebas Mba. Taraweh doang wajib bareng" kata Naura.
"Iya Ra?" Dia mengangguk.
"Iya mba. Sibuk masak pokoknya, tahajud aja gatau bisa apa enggak"
"Nanti kita mah usahain bisa ya Qila" kataku. Soalnya sayang pahala jama'ahnya, bulan puasa pula.
"Ok"

"Udah adzan Mba" aku juga mendengarnya.
"Aku sholat sunnah dulu. Jangan ditinggal jama'ahnya" kata Naura lagi.
"Aku juga ya mba Duroh" Kata 'Isma.
"Aqila juga"

Deeeeehhhhh siapa juga yang mau jadi imam?!! Aku mau wudlu lagi!

Saat aku keluar Mushola tidak sengaja berpapasan dengan Mba Alfiya yang sepertinya habis dari kamar mandi. Nenteng hp sama nyumpel kuping pake headset. Ngapain coba ke kamar mandi sumpal sumpel kuping, Mushola juga lumayan rame. Dia hanya melirik sinis ke arahku sebentar.

"Iya tadi ada nyamuk gangguin, biasa" katanya dengan penekanan nada yang menyindir. Deuhh telponan aja qodoul hajat ampe dibawa. Lagi sepi ntar denger suara 'plung' gitu. HAHAHAHA! UPS! Astaghfirullahal'adzim, jadi lupa kan mau wudlu ah!

"Mba Duroh wudlu lama banget sih! Qodoul hajat dulu tah?" Aku menggeleng.
"Enggak Ra, tadi liat orang keluar kamar mandi sambil telponan. Lucu" kataku sembari nyengir.
"Aku sholat sunnah dulu ya"

"Siapa yang telponan dikamar mandi. Emang nggak takut hpnya nyemplung ke bak yah?"
"Ihh kamu juga pernah kan Aqila!"
"Kan kepepet tengah malem nggak punya temen buat ke kamar mandi"
"Tetep aja ah"
"Kamu juga sama kan Ra"
"Alaahh mba 'Isma juga pernah"
"Iya dih gausah saling nuduh deh. Sama aja juga"

Aku duduk memangku dagu. Sudah menyelesaikan sholat Sunnah, dan lagi ngeliatin mereka debat.

"Iihh Mba Duroh udah selesai nggak ngomong!" seru Aqila.
"Lagi pada khusyu" kataku.
"Qomat Raa!" katanya sambil menggelar sajadah di sampingku.
"Ihh kenapa nggak kamu aja sih Qila"
"Mba 'Isma aja lah" kata Qila.
"Hadoohhh sholat sendiri-sendiri aja deh!" kataku.
"Ehh oke oke aku qomat!" Akhirnya Naura mengalahi.

Ketika Santri Jatuh Cinta II (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang