Penulis:Leni Marlina
"Ra, Lo sakit ya? Badan lo panas, Kita ke dokter yok!"
Bukanya menjawab Tiara langsung berdiri dan meninggalkan suaminya sendiri.
"Ra ...!"
Brayen mencekal tangan istrinya."Lo kenapa Ra? Dari tadi gue di diemin terus!"
Brayen bertanya lagi."Bisa gak jangan ganggu gue dulu!"
bentak Tiara pada suaminya, Brayen pun melepas tangan istrinya."Oke, Gue gak ganggu, sory banyak salah!"
kemudian Brayen menyambar kunci mobil, ia ingin pergi ke rumah Kito."Gue pergi sekarang, itu kan mau lo dari awal kita nikah?"
ucap Brayen kemudian benar-benar pergi dengan membawa tas berisi pakaian.Tiara hanya bisa menangis, entah bahagia atau sedih melihat suaminya pergi, tapi memang benar dari awal dia menginginkan ini, ternyata seiring waktu, hati mereka pun berubah.
'Maafin gue Bray, Gue masih pengen sendiri'
batin Tiara.Brayen menyetir mobil dengan kecepatan tinggi tidak memikirkan bahaya akan menimpa jika dia terlalu ugal-ugalan, tak lama kemudian dia sudah sampai di rumah Kito.
"Assalamu'alaikum Kit,"
"Eh, ada den Brien!"
sapa wanita paruh baya menggunakan baju pelayan yaitu Bi Asih, dia adalah pembantu di rumah Kito dari dia SD dan sudah di anggap seperti keluarga."Iya bik, tapi nama saya Brayen bukan Brien, hehe ...."
"Oh, den Brien, eh Braen, salah-salah, den Brr ...."
Brayen pun tertawa melihat Bik Asih ini, lalu membenarkannya."Brayen bik!"
"Brayen! Iya sok atuh masuk den, maaf bibik susah nyebut nama den, lagian sih kaya ada kebarat-baratannya"
"Iya bik, Kito ada di dalem kan?"
"Ada den, coba cari aja kaya biasanya di kamar!"
Kemudian Brayen berjalan menuju kamar Kito berada.
"Woy Kit!"
"Dih si anjing treak-treak, ngagetin orang bocan aja!"
gerutu Kito yang merasa tidurnya di ganggu."Najis!"
balas Brayen singkat."Lo kenapa ha! Mukak udah kaya baju di lipet-lipet gitu?"
Brayen pun bingung harus cerita dari mana, pasalnya Kito belum tau jika Brayen sudah menikah.
"Woy!"
teriak Kito."Astaga ni anjing treak-treak belum di kasih makan ya?"
kesal Brayen."Eh bangsat, di tungguin cerita malah bengong!"
Kito kemudian duduk di sebelah Brayen."Iya, iya, jadi gue mau jujur,"
"Jujur soal apa ni?"
"Soal gue sama Tiara,"
"Terus!"
"Gue sebenernya udah nikah, waktu masih musuhan sama dia"
"Haaaa, bercanda lo ga lucu sumpah!"
Kito berteriak karena kaget."Jaga rahasia ini jangan sampe bocor,"
"Lo beneran ha!"
"Iya,"
"Jadi masalahnya apa?"
"Dari pulang sekolah dia gak mau gue ajak ngomong!"
"Positif thinking, dia gak cinta lo, haha ...."
"Gue gak tau yang jelas gue sekarang cinta sama dia!"
"Lah kenapa gak di baikin bego, Lo malah kesini!"
"Ya dia yang pengen gue pergi, Gue ngomong juga ga di jawap sama dia,"
"Di baikin dulu sono pulang!"
"Males dah gue,"
ucap Brayen lesu."Lo bego, kaya manapun kondisinya dia tetep istri lo,"
"Nih ya gue kasih tau, kalo dia marah lo harus di deketnya terus, jaga-jaga aja soalnya cewek kalo nekat ngeri men!"
ucap Kito menjelaskanGara-gara Kito, pikiran Brayen yang tidak-tidak pun langsung menghantuinya, dia takut jika Tiara melukaimu dirinya sendiri.
"Gue pulang njing, besok lagi gue maen!"
"Ye, ni anak minta di tabok dulu baru ngerti!"
Kemudian Brayen cepat-cepat melajukan mobilnya karena takut apa yang di takutinya terjadi.
"Tiara, Tiara, Tiara ...."
Dia terus menyebut nama istrinya tidak menghiraukan bahaya akan datang.Saat di persimpangan dia tidak mengetahui ada mobil yang berjalan berlawanan arah hingga akhirnya,
Brak ....
Sebuah mobil truk besar menghitamnya, hingga mobil sport miliknya sudah hancur.Brayen di larikan ke rumah sakit dengan luka yang sangat parah, Polisi menemukan kan ponsel Brayen, yang kebetulan tidak ada paswordnya, kemudian mencari nomor keluarganya, namun tidak ada yang di angkat, mungkin sedang sibuk, di sana ada kontak Tiara bertuliskan namanya kemudian diselipkan emoji love dan Polisi pun yakin bahwa dia adalah pacarnya kemudian menelfon Tiara.
"Halo selamat siang, Saya dari pihak kepolisian ingin bertanya, apakah benar anda Tiara, pacar dari Brayen Firgin?"
Polisi mengetahui namanya karena melihat di dompet Brayen terdapat KTP di dalamnya.Tiara pun kaget suaminya ini berulah apa hingga berurusan dengan Polisi, dengan gugup dia menjawab.
"Siang Pak, iya benar saya pacarnya,"
"Kami dari pihak kepolisian ingin memberikan informasi, bahwa saudara Brayen di larikan ke rumah sakit karena tabrak lari,"
Deg ....
Mata Tiara memanas mendengar penjelasan dari pihak Polisi, dia takut jika terjadi sesuatu pada suaminya."Tabrak lari Pak? Rumah sakit mana Pak?"
"Rumah sakit Cempaka Putih,"
"Oh, baik Pak saya segera kesana!"
"Baik lah, sekian dari saya selamat siang,"
Tiara sangat takut dia benar-benar menyesal telah membiarkan suaminya pergi siang tadi, kemudian memesan taksi.
***
Di rumah sakit Tiara bertanya pada salah satu suster di ruang berapa pasien di rawat.
"Permisi Sus, ruang pasien bernama Brayen Firgin di ruang berapa ya Sus?"
"Sebentar ya kak,"
"Saudara di rawat di ruang 125!"
"Oh iya, terimakasih Sus,"
Tiara berlari sekencangnya, setelah mengetahui ruangan tersebut, dia mengintip dari kaca pintu, benar-benar sakit dia melihat banyak selang yang di salurkan di tubuh suaminya.
Tak lama kemudian dokter keluar dengan wajah kecewa, hal ini yang membuat Tiara benar-benar takut.
"Dok gimana keadaan pacar saya dok!"
"Maaf kami sudah berusaha semaksimal mungkin tapi hanya Allah yang mengetahui semuanya, detak jantung pasien semakin melemah, permisi"
ucap dokter kemudian berlalu.Tiara menangis mendengar pernyataan dari dokter tersebut kemudian berlari masuk ke ruangan itu, dia memeluk Brayen dengan kuat.
"Bray, maafin gue sering galak sama lo, cuek sama lo, Gue baru sadar gue bakal bener-bener salah nyia-nyiain orang yang sayang gue, Gue mohon bangun Bray gue juga sayang lo, ayo bangun, plis bangun, Lo suami gue yang kuat"
ucap Tiara di sela tangisnya, dia menyesali perbuatannya.Seketika alat medis rumah sakit berbunyi dan bergaris lurus menandakan pasien sudah tidak bernyawa.
"Brayen ...."
teriak Tiara histeris.Para dokter datang menangani Brayen dan mengurus Tiara yang pingsan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah SMA [Tamat] Belum Revisi, Hati-hati Sakit Mata!
RomanceCerita ini mengisahkan tentang perjodohan antara dua orang remaja yang sama sekali tidak saling mencintai, terus bersama walaupun penuh dengan tekanan dan juga rasa benci. Apakah mereka bisa membina rumah tangga mereka?