Malam yang tidak di sangka[7]

8.9K 189 0
                                    

Penulis: Leni Marlina

Saat ini Brayen berada di supermarket dekat dengan apartemennya, dia mencari keperluan mandi dan satu lagi titipan dari Tiara.

Brayen sudah mendapatkan semua nya, tinggal satu lagi yaitu titipan istrinya, tapi di tumpukan rak itu sangat banyak jenis pembalut, sampai dia bingung memilih yang mana akhirnya dia asal ambil saja.

"Yang ini aja kali ya? Yaudah deh biarin kalo salah biar cari sendiri tu orang"

Akhirnya dia pun pergi ke kasir untuk membayar semuanya, kebetulan kasirnya cewek, kemudian kasir tersenyum saat melihat ada pembalut yang dia ambil, sebenarnya Brayen sangat malu.

"Buat pacarnya ya mas? Hhh ...!"
tanya kasir itu.

"Hehe ... iya mbak,"
Brayen menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Setelah itu dia membayar semua barang yang dia beli dan pulang ke apartemennya.

Saat tiba di depan pintu apartemen dia memencet beberapa pasword setelah itu mencari di mana istrinya.

"Ra ... ini sabunnya!"

Tidak ada sahutan.

"Tiara ... Lo di mana sih!"

Brayen mencari ke semua sisi apartemen tapi nihil Tiara tidak ada di dalam, dia melihat sepatu Tiara tidak ada, itu tandanya dia pergi.

"Tiara ni apaan sih! Gue ini suaminya! Kenapa gak ngomong kalo mau pergi ... ke mana juga ni orang ntar gue lagi yang kena omel Mama,"

"Bener-bener ... gak ada harganya gue jadi suami dia!"

Saat Brayen sedang kesal tiba-tiba ada notifikasi dari aplikasi watsapp yang masuk, ternyata pesan dari istrinya.

"Nyet ... sorry gue gak bilang, kalo mau pergi tadi buru-buru soalnya Ridho ngajak gue makan malem, lo sih kelamaan, ntar lo beli makan sendiri aja ya, harus iya, yaudah bay gue lanjut dinner,"
isi chat dari Tiara

"Lo diner di kafe mana?"
balasnya

"Di kafe Kenji!"

Read.

Brayen meremas hpnya kencang, karena istrinya malah diner dengan musuh bebuyutannya.

"Gak bisa di biarin! Gue harus susul dia!"

Brayen menyetir mobil ugal-ugalan karena sangat emosi dengan istrinya, saat sudah sampai di kafe itu dia mencari Tiara, dan benar dia menemukannya.

"Tiara ... pulang!"
ucap Brayen datar

"Brayen ... Lo apaan sih!"
balas Tiara kesal.

"Gue bilang pulang ya pulang Tiara! Masuk ke mobil gue!"

Saat ini Brayen sangat kasar karena terbakar emosinya, Tiara sendiri pun kaget karena Brayen tidak pernah seperti ini selama satu rumah dengannya, Tiara pun berjalan ke arah mobil dengan isak tangisnya, mereka sudah di luar kafe, dan Ridho menghadangnya.

"Lo apaan ha!"
gertak Ridho, mendorong bahu Brayen.

"Tiara pacar gue ... terserah gue mau ngatur dia!"

"Cuma pacar doang udah blagu lo! Apalagi jadi suami!"

" Dari pada lo bukan siapa-siapa udah sok sokan!"

Bug ....
Ridho pun meninju perut Brayen, dan juga Brayen membalasnya, akhirnya mereka adu jotos, Tiara yang menyadari itu pun langsung takut jika nanti terjadi apa-apa oleh keduanya, akhirnya dia turun dari mobil dan memisah mereka.

"Udah stop ...!"
Tiara merentangkan tangan di antara keduanya.

"Brayen ayok pulang!"

Tiara menggeret tangan Brayen agar cepat pulang, dengan tatapan sinis Brayen pun meninggalkan Ridho yang sudah banyak luka.

Di perjalanan hanya diam, tak ada obrolan sama sekali hingga mereka tiba di apartemen.

"Lo apaan sih ra! Lo gak ngehargain gue sebagai suami lo ha!"
gertak Brayen pada istrinya

"Gue tau lo suami gue! Tapi gue gak cinta sama lo Brayen ...!"
balas Tiara dengan isak tangisnya.

"Gue tau kita gak saling cinta! Tapi tolong ngertiin orang tua kita, Lo mau mereka tau kalo kita ini gak akan pernah saling cinta ha!"

Tiara tidak menjawab dia memilih untuk tengkurap dan menangis di atas kasurnya.

"Tolong hargain gue sebagai suami lo!"
"Maafin gue tadi sempet kasar!"

Brayen pun memilih untuk tidur di sofa, gara-gara istrinya dia sampai lupa kalau dia belum makan, apakah Tiara sudah makan?, akhirnya dia membangunkan istrinya itu.

"Ra ...."
Dia mengguncang bahu Tiara pelan.

"Tiara ...."

"Engh ... apa?"

"Lo tadi udah makan belom?"

"Belom ... jugaan gak laper! udah sana! Gue mau tidur ...."

Brayen pun membiarkan Tiara tidur, dia beranjak kemudian pergi ke kedai nasi goreng , dan memesan dua porsi, setelah itu dia kembali ke apartemen nya.

"Ra ... Bangun makan dulu ni!"

"Apaan sih ganggu lagi!"

"Ini makan dulu, ntar mag lo kambuh gue lagi yang repot!"

"Gak mauk!"

"Makan! Apa mau gue laporin mama kalo lo susah di atur?"

"Ish ... Yaudah mana, cepet bawa sini!"

"Ni makan!"

Tiara makan dengan berfikir, ternyata walaupun Brayen tidak mencintainya dia tetap di perhatikan dengan baik.

Selesai makan mereka kembali tidur di tempat semula, Brayen di sofa luar dan Tiara di kamar, saat tengah malam tiba-tiba hujan sangat lebat di sertai kilat yang menyambar, Tiara terbangun kemudian melihat sekeliling sangat gelap ternyata terjadi pemadaman listrik, sedangkan dia phobia gelap, seketika berteriak.

"Brayen ...!"

"Brayen! ... Gue takut!"

Tiara terus menjerit dan menangis sekencengnya, sampai Brayen yang tertidur pun otomatis bangun mencari ponsel dan berlari ke kamar istrinya, dia langsung naik ke kasur dan melihat keadaan Tiara.

"Lo kenapa ra?"

Tanya Brayen yang khawatir, tiba-tiba Tiara langsung memeluk Brayen dan terus menangis, Brayen pun kaget dengan pelan dia mengusap punggung istrinya.

"Lo kanapa Ra?"

"Gue takut! Gue phobia gelap!"

"Yaudah gak ada apa-apa kan, sekarang lo tidur lagi gue masih ngantuk,"

Saat Brayen beranjak Tiara menahanya.

"Temenin gue tidur di sini plis ... Gue takut banget!"

Tiara memohon dengan memasang muka melasnya.

"Yaudah deh tidur sini bareng, janji gue gak ngapa-ngapain lo!"

"Makasih,"

Tiara tersenyum, akhirnya dia baru pertama kali ini tidur satu kasur dengan suaminya, itupun karena gelap.

Next.

Menikah SMA [Tamat] Belum Revisi, Hati-hati Sakit Mata!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang