27.

2.4K 71 0
                                    

Bulan dan tahun sudah berganti, sama halnya dengan Keluarga kecil yang sangat bahagia ini, kini Rey sudah kelas 1 SD.

"Pagi mama ...!" teriak Rey dari balik pintu kamar.

"Eh, Rey bikin kaget aja." Tiara mengelus dadanya dan Rey hanya nyengir kuda, menampakan deretan giginya.

"Sayang, tas aku mana?" tanya Brayen kepada istrinya dengan tangan yang sedang merapikan dasinya.

"Bentar, aku ambilin dulu ya." Tiara pun naik ke lantai atas untuk mengambil tas suaminya.

"Papa." Rey mendongak ke arah Brayen dengan tangan yang merentang, meminta digendong.

"Ah, anak papa, sini!" Rey pun dengan senang hati menerima uluran tangan papanya.

Tak lama kemudian Tiara sudah datang menghampirinya. Dia tersenyum, sering kali dia berucap syukur karena memiliki keluarga kecil yang bahagia ini.

"Ini tasnya." Tiara memberikan tas kantor itu kepada Brayen, dan juga tas sekolah milik putranya.

"Yaudah, kita berangkat dulu." Brayen mencium kening istrinya, tak lupa juga Tiara mencium punggung tangan suaminya.

Brayen berjalan dengan membawa 2 tas, dan Rey yang berada digendongan pun melambaikan tangan.

Di dalam mobil Rey selalu bernyanyi dengan papanya. Rey itu mirip dan juga kesukaannya sama dengan sang papa lo! Mereka terus bernyanyi hingga sampai di gerbang sekolah.

"Papa, nanti kalo udah pulang, tunggu Rey ya, Pa." ucap Rey dengan mencium tangan papanya.

"Iya sayang, nanti papa jemput." Brayen pun mencium kening putranya, kemudian melambaikan tangan.

Saat Rey sedang berjalan tiba-tiba Ama datang dengan kegirangan.

"Rey, kamu lama banget sih, payah!"

"Yah, Ama tau kan, Rey itu kalo berangkat kadang siangan."

"Emang gak takut dimarahin guru?"

"Kata papa, kalo dimarah ya dengerin!" bisik Rey di telinga Ama, kemudian berlari.

"Ish, Rey ...!" Ama berteriak sekencang-kencangnya.

***

Brayen sudah berada di kantornya, dia sedang sibuk mengerjakan tugas kantor. Kemudian terdengar ada suara ketukan pintu.

Tok ... tok ....

"Silakan masuk!" Brayen tetap memandang komputernya tanpa melihat siapa yang masuk.

"Permisi."

"Silak---" Brayen menggantung perkataannya.

"Maya."

"Iya Bray, ini gue, gue mau ngelamar kerja di kantor lo," ucapnya kemudian menundukkan kepala.

"Maaf, kantor gue gak cari karyawan baru," ucapnya kemusnahan kembali menatap komputer.

"Bray, gue mohon, anak gue udah sekolah, dan gue butuh uang buat dia. Sedangkan gue, belum punya suami." Maya menundukkan kepala dalam-dalam karena malu harus seperti ini.

Brayen pun merasa kasihan, bukan kepada Maya. Tapi anaknya, setelah berfikir beberapa saat, Brayen pun memutuskan.

"Oke, lo gue terima."

"Bray, ma---"

"Udah, lepas!" Brayen menghempas tangan Maya yang memegang tangan Brayen.

"Iya maaf, gue keluar dulu," ucap Maya dengan senyumnya.

Setelah Maya menghilang dari balik pintu, Brayen pun melepas kacamatanya dengan menghela nafas kasar.

Menikah SMA [Tamat] Belum Revisi, Hati-hati Sakit Mata!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang