Karya: Leni Marlina
"Gue sama Kito udah nikah!"
ucap Diva kemudian bersamaan dengan Kito mengangkat tangannya yang sudah ada 2 cincin bertengger manis di jarinya.Dengan wajah cengo Tiara dan Brayen saling berhadapan dan menggeleng kepala.
"Alhamdulillah deh, niatnya kapan ni punya debay?"
tanya Tiara tertawa dengan mereka."InsyaAllah secepatnya, Kamu udah berapa bulan sih?"
"Aku naik ke 9 bulan minggu besok!"
"Wih, Gue mau punya keponakan dong!"
"Haha ... pokoknya kalo anak gue lair, Lo berdua harus pada dateng! Ok!"
"Siap deh!"
ucap Diva dengan menyatukan jari telunjuk dan jempolnya membetuk huruf O.Di sebelah mereka, yaitu Brayen dan Kito malah membahas soal pekerjaan, begitu lah laki-laki jika sudah menjadi seorang suami.
Setelah selesai makan dan berbincang mereka pun pulang ke rumah masing-masing.
"Ra ...!"
panggil Brayen dengan tetap fokus menyetir."Iya apa?"
"Kurang lebih satu minggu ini kamu mau lairan ya?"
tanya Brayen seperti takut."Kok kamu tanya sama murung sih, bukanya seneng?"
tanya Tiara tersenyum."Iya aku seneng, banget malah! Tapi kamu yang bakal nanggung resiko Ra!"
"Bray ... sebelum ini kita udah pikirin mateng-mateng sebelum berbuat, dan sekarang aku bahagia kok mau lairin dia, jadi aku emang siap udahan! Aku pengen liat dia mirip siapa, pengen peluk dia, pengen denger detak jantung dia, pokoknya gak sabar deh!"
ucap Tiara senyum-senyum dengan meng angan-angan."Iya Ra aku tau, tapi kan aku takut! Wajar dong!"
"Iya-iya,"
Tak selang lama mereka pun sudah tiba, Brayen mendekat Tiara ingin menggendongnya.
"Et ... mau ngapain? Aku mau jalan sendiri biar anak kita sehat, kalo kandungan udah gede gini harus olahraga, termasuk jalan kaki!"
"Tapi--"
"Gak ada tapi-tapian, gandeng aku jalan aja!"
bantah Tiara.Akhirnya pun Brayen mengangguk pasrah dan menuntun istrinya ke dalam kamar untuk banyak-banyak istirahat.
"Sayang!"
panggil Brayen."Apaan si monyet ...!"
bentak Tiara."Nonton anime yok!"
"Lagi gak mood nonton,"
"Kamu kenapa sih, di dalem biar anak kita juga bisa liat,"
"Demi anak ya, bukan demi kamu,"
ucap Tiara dengan memegang perutnya."Iya-iya demi aku juga,"
"Dah deh males kalo demi kamu mah!"
Tiara sudah ingin duduk tapi di tahan oleh suaminya."Eh ... iya-iya, demi anak kita!"
ucap Brayen nyengir kuda."Dih istri minta tabok!"
ucap Brayen lirih supaya tidak di dengar oleh Tiara."Ngomong apa ha ...!"
bentak Tiara lalu menjewer telinga sang suami hingga merah."Aduh, lepasin yank, sakit ini! Aw ...!"
Brayen terus meronta agar di lepas."Yaudah cepet buruan! Gak mau gendong aku ni?"
tanya Tiara."Jalan sendiri!"
"Yaudah aku mau lari biar nyampe,"
Saat Tiara ingin berlari Brayen sudah bergidik ngeri membayangkan istrinya terjatuh, akhirnya dia menggendong Tiara.
"Yaudah yok!"
Setelah di depan tv, masih seperti biasa mereka berebut remot.
"Ra, katanya nggk mood liat! Kenapa liat itu sih, aku tu pengen liat juga!"
"Udah deh brisik banget sih, aw ...!"
Tiara memegangi perutnya."Sayang kamu kenapa?"
tanya Brayen memegang perut istrinya."Sakit ...!"
Tiara terus merintih kesakitan, Brayen pun langsung membawa Tiara ke rumah sakit.
"Sakit Bray, aw ...!"
Tiara menangis memegangi perutnya."Ya ampun sayang brati bener kata dokter kamu lairan minggu ini,"
"Udah deh berhenti ngomong, cepetan ini sakit Bray,"
Tiara terus menangis menahan rasa sakit.Sesampai di rumah sakit dia langsung di bawa ke ruang bersalin Brayen terus mengikutinya.
"Dorong ya mbak, 1 2 3, dorong ...!"
ucap dokter itu memberikan aba-aba."Sayang kamu bisa, Kamu pasti bisa!"
Brayen memegangi tangan Tiara dan mengecup keningnya untuk memberikan semangatnya."Terus mbak!"
ucap dokter itu."1 2 3, dorong ...!"
"Alhamdulillah,"
ucap dokter menggendong bayi itu.Tiara pun tersenyum sayu, Dia menangis bahagia melihat bayinya, bayinya berjenis kelamin laki-laki.
"Makasih sayang, Kamu udah berjuang, makasih kamu udah buat aku bahagia, Aku janji bakal jagain kalian!"
"Iya Bray,"
Tiara memeluk suaminya.Setelah itu Brayen langsung menelfon kedua orang tuanya dan juga mertuanya.
Tak lama kemudian mereka datang dengan wajah yang sangat gembira, perjodohan sedari kecil berbuah manis, sebenarnya mereka sudah di jodohkan dari SD oleh orang tuanya, mengetahui mereka yang bermusuhan akhirnya dengan cara itu mereka bisa di satukan.
"Alhamdulillah sayang, udah ngasih kita cucu,"
ucap Sinta mengeluarkan air mata bahagia."Nggk sia-sia perjuangan kita untuk menjodohkan kalian dari SD,"
ucap Mita menimpali."Apa Ma ...!"
ucap Tiara dan Brayen kaget."Iya nak, sebenarnya kalian sudah di jodoh kan dari SD, dan kejadian malam itu hanya akal-akalan saja!"
"Makasih Ma, Pa, Aku bersyukur bisa di persatukan sama Tiara!"
Brayen memeluk Tiara dan menciumi Tiara dengan gemas.Kemudian suster datang membawa anaknya.
"Permisi, ini bayinya bu!"
Suster memberikan bayinya kepada Sinta.
"Ya ampun cucu kita mirip Papanya ya!"
Brayen pun mendekat melihatmu bayinya.Memang benar-benar mirip, dari hidung yang mancung, alisnya tebal, dan bibir yang tipis. Brayen pun menggendong nya.
"Anak Papa ganteng banget cih!"
ucap Brayen mencolek hidungnya. Lalu beralih ke Tiara."Hai Mama, Aku udah di cini!"
ucap Brayen menggerakan tangan anaknya."Iya sayang,"
Tiara mengadahkan tangan ingin menggendong anaknya.Brayen pun meletakkan si bayi di sebelah istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah SMA [Tamat] Belum Revisi, Hati-hati Sakit Mata!
RomanceCerita ini mengisahkan tentang perjodohan antara dua orang remaja yang sama sekali tidak saling mencintai, terus bersama walaupun penuh dengan tekanan dan juga rasa benci. Apakah mereka bisa membina rumah tangga mereka?