31

2.2K 66 0
                                    

Tiara sudah berjalan keluar dari apartemen, Brayen yang menyaksikan kepergian kedua orang itu hanya diam mematung, tiba-tiba dia teringat saat dia menggendong putra pertamanya, pertama kali dia menjadi seorang ayah. Ya, dia harus memperjuangkan Tiara, tanpa fikir panjang dia langsung berlari, kebetulan Tiara belum memasuki mobilnya, dengan langkah cepat dia langsung menghampiri.

Greb ....
Brayen memeluknya dari belakang, masih dengan air mata kepedihan yang ia rasa, begitupun dengan Tiara, Rey yang melihat itu pun pura-pura menutup matanya.

"Tiara, kalian jangan pergi, aku sayang kalian! Aku janji, bakal jelasin semuanya," ucap Brayen dengan suara parau.

Tiara pun tidak tega, dia juga berfikir kedua kali, Rey masih butuh seoarang ayah, semua juga bisa diselesaikan dengan baik. Dia pun berbalik dan kembali memeluk Brayen. Seketika Brayen tersenyum lebar sesekali mengecup kening Tiara.

"Makasih, kamu udah percaya sama aku, Rey sini sayang!" Brayen langsung memeluk Rey dan juga istrinya.

"Kamu jahat tau gak!" Tiara mengerucutkan bibirnya dan memukuli dada Brayen.

"Nanti kamu paham sendiri sayang, ini semuanya rencana Maya aja."

"Tapi bener 'kan? Kamu gak ngapa-ngapain! " ucap Tiara menghentakkan kakinya.

"Haha, enggak sayang."

Cup ....
Brayen mengecup bibir Tiara sekilas, Rey pun melongo, menyaksikan kedua orang tuanya bercinta.

"Dasar bego, anak lo ngeliat!" teriak Tiara dan Rey bersembunyi di balik mobil karena malu.

Brayen pun gemas dengan Rey dan langsung menggendongnya, Tiara pun menggandeng tangan Brayen kemudian masuk ke dalam apartemen.

"Anak papa udah berani ngintip ya!" Brayen menggelitik perut Rey yang wajahnya sudah memerah.

"Haha, ampun pa, ampun, Rey gak sengaja liat!" teriak Rey diselingi dengan tawa yang keras.

Kemudian Tiara datang dengan membawa satu piring mie goreng kesukaannya, Rey dan Brayen mengendus-endus bau sedap itu, kemudian berhenti bermain dan lari ke arah Tiara yang duduk di sofa.

"Lari ...!" teriak Brayen dengan Rey yang berada di dalam kamar.

Brak ....
Brayen terjatuh di lantai dengan berguling-guling, Rey pun terpingkal saat melihat papanya terjatuh.

"Aw, dasar lantai!" Brayen memegangi kakinya, kemudian menatap Rey. Hampir saja Rey lupa jika mereka sedang berebut mie, akhirnya Rey dan Brayen saling tatap dan kembali berlari dengan kencang.

"Itu punya papa!" teriak Brayen yang di belakang Rey.

"Punya Rey, mama jangan kasih ke papa!"

Mereka berdua pun berhenti di hadapan Tiara dengan melongo, Tiara pun tersenyum dan bertanya.

"Kenapa?" tanya Tiara.

"Yah ...!" ucap mereka berdua bersamaan, karena harapan mereka sia-sia, mie yang direbutkan sudah habis.

"Udah cape-cape lari, sampe ngejungkel, eh, malah mienya kamu makan semua sih, Ra!" ucap Brayen kesal.

"Tau ni, Mama!" ucap Rey yang duduk di lantai.

Brayen dan Rey saling tatap lagi, kemudian Brayen mengangguk, mereka berdua mulai berulah lagi, dengan menggelitik perut Tiara.

"Ayo buatin! Kalo gak mau, kita gak bakal berhenti!" teriak Brayen yang terus menggelitik perut istrinya.

"Iya, ayo!" Rey ikut menimpali.

"Haha,  iya! Lepas!" teriak Tiara yang sudah kewalahan. Akhirnya mereka pun berhenti, saat ini wajah Tiara sudah sangat berantakan.

"Yaudah, ayo, kalian  ikut masak!" perintah Tiara.

Seketika Rey dan Brayen langsung mencari kesibukan.

"Rey, pijitin kaki papa, cape nih," ucap Brayen, Rey pun mendengus kesal, andai saja dia tidak suka mie, pasti sudah tidak mau memijit kaki papanya.

Tapi Rey tidak kehabisan akal, dia langsung berlari dan lompat ke perut Brayen.

Bruk ....

"Hak ...." Brayen memejamkan mata karena kesakitan. Sedangkan Rey malah tertawa.

"Dasar anak dugong! Turun, pijitin papa!" perintah Brayen pada Rey, dia pun bergeleng dengan melipat tangannya di dada.

Tiara yang menyaksikannya pun bergeleng kepala, kemudian berjalan menuju dapur untuk memasak.

Menikah SMA [Tamat] Belum Revisi, Hati-hati Sakit Mata!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang