Brayen dan Tiara sudah ada di Taman, tempat biasa yang sering mereka kunjungi sebelumnya.
"Bray, lo inget gak waktu pertama kita nikah?" tanya Tiara yang sedang memainkan ponsel. Brayen pun merebutnya.
"Kalo ngomong sama orang jangan natap hp!"
"Eh, nanti dulu! Aku masih balesin chat dari Diva!" Tiara melompat karena Brayen mengangkat tangannya.
"Oh, ya?" tanyanya, Tiara pun mengangguk, kemudian Brayen mengecek ponsel Tiara.
"Diva sama Kito udah nikah?" tanya Brayen yang masih menatap ponsel.
"Iya, udah lama. Mereka udah punya anak juga, 3 tahun kayanya, deh."
"Em, kamu lahiran, dia baru nikah dong?"
"Kayanya sih gitu."
"Bentar, mereka katanya udah di sini, nih."
"What? Yang bener Bray, sini coba aku liat!" teriak Tiara bersemangat, Brayen pun memberikan ponselnya.
Saat Tiara sedang asik membaca chat dari sahabatnya, Brayen teringat kepada Rey, kemana dia? Kenapa tidak ada? Dia pun langsung kebingungan.
"Astagfirullah, Rey kemana Ra?!" Brayen dan Tiara langsung berlari mencari putranya.
Mereka mencari keliling Taman, Brayen sudah bingung bagaimana nasib anaknya saat ini, tiba-tiba ada yang memeluk kakinya.
"Dor! Papa lari-lari kok gak ajakin Rey sih!" ucap Rey dengan wajah kesalnya. Brayen pun berjongkok di hadapan putranya.
"Rey sayang, papa tadi nyariin kamu, bukan main lari-lari, anak sableng!" ucap Brayen dengan mencubit pipi Rey yang chaby.
"Hihi, Rey tadi kan duduk di sana!" ucap Rey yang masih nyengir dan menangkup kedua pipinya.
"Mama, mana?" tanya Rey yang menoleh ke kanan dan kiri.
"Biarin, mama tinggal aja yok! Biar kapok," ucap Brayen dan Rey manggut-manggut dengan Tertawa.
"Sini gendong!" Brayen pun menggendong putranya.
***
"Ini manusia kemana sih!" kesal Tiara yang sudah kewalahan mencari kedua orang itu.
"Mana rame banget lagi."
Brayen dan Rey sebenarnya tau, mereka hanya senyum-senyum saja memandang Tiara yang kebingungan, mereka duduk di kursi Taman yang tertutup oleh tanaman yang membuat Tiara tidak melihatnya.
"Papa, kasian mama tau." bisik Rey yang sedang memakan es cream.
Brayen menoleh, karena gemas dengan kepolosan anaknya dia pun mengigit pipinya.
"Aw!" teriak Rey. Tiara pun langsung menoleh ke sumber suara, kemudian memasang muka kesal.
"Oh ... jadi di sini rupanya!" Tiara menjewer telinga kedua orang itu hingga meringis kesakitan.
"Ampun, papa yang ajakin Rey, Ma!" teriak Rey meminta ampun.
"Udah yang, sakit!" pekik Brayen memegangi telinganya. Tiara pun melepasnya.
"Rey, mau beli apa lagi?" tanya Tiara yang menggandeng tangan putranya.
"Rey mau beli robot!" ucap Rey dengan melompat.
"Mau beli apa? Mau beli robot beneran juga papa beliin!" ucap Brayen dengan mengedipkan sebelah matanya.
"Papa beneran? Rey mau deh, yang bisa di naikin ya, Pa!" teriaknya kemudian berlari mendahului Brayen dan Tiara, dia ingin memeragakan caranya menaiki robot itu.
"Nanti gini, robot berubah, ciu ... ciu ... hak ... robot Rey sudah datang!" teriak Rey dengan sangat senang. Brayen dan Tiara terpingkal melihat aksi Rey yang lucu.
"Ayo beli, Pa!" Rey merengek dan terus menarik tangan papanya. Brayen pun hanya tersenyum kikuk.
"Mampus, cari sono ke ujung dunia!" ucap Tiara yang tertawa.
"Em, Rey besok aja ya. Stok robot di sana udah abis, jadi gak bisa beli, deh," ucap Brayen lalu menggendong putranya.
Untung saja Rey itu anak yang pintar dan juga pengertian kepada orang tuanya, dia pun hanya mengangguk dan tersenyum.
"Tapi beliin Rey robot mainan ya, Pa!" ucap Rey yang memainkan rambut Brayen.
Emuah ....
Rey mencium pipi Brayen yang sedang tersenyum."Ih, ini punya mama, kok Rey ambil sih!" ucap Brayen.
"Gak boleh! Pipinya cuma punya Rey!" teriak Rey kesal. Brayen pun mencium pipi Tiara.
Cup ....
"Nih, papa cium mama!" ucap Brayen meledek Rey yang sedang merajuk.
Bukanya Rey marah, tapi dia memanyunkan bibir dengan mata yang berkaca-kaca.
"Itu punya Rey, hua ...." Rey terus menangis karena Brayen sudah mencium miliknya.
Rey paling tidak suka jika ada yang mencium Tiara atau Brayen selain dirinya, bahkan mereka berdua berciuman pun tidak boleh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah SMA [Tamat] Belum Revisi, Hati-hati Sakit Mata!
RomanceCerita ini mengisahkan tentang perjodohan antara dua orang remaja yang sama sekali tidak saling mencintai, terus bersama walaupun penuh dengan tekanan dan juga rasa benci. Apakah mereka bisa membina rumah tangga mereka?