1- Memulai Kembali

5.5K 187 10
                                    

" Terkadang kita mengharapkan sebuah pertemuan kembali cukup untuk memperbaiki hubungan saja, tidak untuk mengulang kenangan yang sama."

~ Sekat(a)Rasa
.
.
Masa orientasi sekolah telah berakhir. Kini para siswa baru SMA Harapan Bangsa memulai awal semester baru. SMA ini sangat terkenal akan seleksi masuk yang sulit. Bahkan banyak yang berani membayar mahal agar anak-anak mereka bisa sekolah di sekolah ini.

Seorang gadis berambut hitam panjang bermata bulat menuju ujung lorong. Lyodra masuk ke kelas X MIPA 6 paling pojok. Tersebar rumor bahwa kelas ini memang khusus untuk anak kurang mampu (beasiswa), anak orang kaya yang kemampuannya pas-pasan, dan biasanya terkenal sebagai kelas yang banyak kandidat berandalnya. Lyodra adalah anak yang pintar, namun saat seleksi masuk sekolah ini ia kurang persiapan karena harus bekerja dan menggantikan tugas ibunya yang sedang sakit untuk mengurus adik-adiknya sebelum seleksi. Lyodra sangat bersyukur walaupun persiapannya tergolong sangat kurang, ia masih berkesempatan diterima bahkan menerima beasiswa di sekolah terkenal ini.

"Kenapa harus MIPA 6 sih?"

"Ia, padahal gue bukan anak beasiswa, gue juga bukan kurang mampu."

"Berarti otak lo pas-pasan, atau ngga lo pinter tapi langganan BK pas SMP udah diketahui pihak sekolah wkwk, dasar" celetuk seorang lelaki,
sepertinya mereka dari SMP yang sama pikir Lyodra, terdengar beberapa anak mengeluh bahkan ada yang sampai menangis tidak menerima bahwa mereka harus mendapat kelas yang katanya "spesial" tersebut.

Lyodra hanya memperhatikan dari jauh lalu matanya tertuju pada satu meja yang masih kosong di pojok depan sebelah utara di samping seorang gadis.

"Permisi boleh saya duduk disini?" Tanya Lyodra pada gadis berambut pirang yang sudah pasti akan jadi teman sebangkunya apabila gadis tersebut memperbolehkan.

"Hsssh ganggu banget deh, yaudah duduk aja" jawab gadis itu ketus.

"Maaf tasnya punya mbanya?" Lyodra menunjuk tas di bangku kosong tersebut.

"Hsssh" gadis tersebut melihat Lyodra dengan tajam lalu mengambil tasnya dan dengan kasar meletakkannya di atas meja.

Lyodra yang tadinya ingin berkenalan mengurungkan niatnya melihat ketusnya gadis di sebelahnya yang juga sangat terlihat sangat tidak bersemangat. Kalau saja bukan ia ya yang butuh, Lyodra sudah dari tadi meninggalkan si gadis galak ini. Lyodra memang tipikal yang tidak mau ambil pusing untuk hal hal yang sepele seperti ini. "Masih banyak hal lain yang lebih penting untuk dipikirkan." itulah kamus hidup Lyodra saat ini.

Suasana di kelas ini sangat tidak bersahabat, banyak kekecewaan bagi mereka yang merasa dirinya mampu untuk tidak berada di kelas "spesial" ini. Sebenarnya Lyodra juga, namun ia kembali mengingat bahwa ini adalah salah satu anugrah yang harus disyukuri. Dia bisa diterima dan sekolah dengan gratis disini saja sudah syukur, toh fasilitas tetap sama, yang terpenting adalah usaha dan lagipula rumor yang beredar itu belum tentu benar pikirnya.

Tiba-tiba matanya melotot melihat sosok laki-laki berbadan tegap berwajah datar datang lalu duduk di meja yang tersisa di sejejer Lyodra, tepatnya di samping kirinya. Jarak mereka hanya dibatasi lorong barisan meja. Lebih tepatnya Lyodra menyadari bahwa yang melihat ke arah lelaki itu bukan hanya dia, hampir semua mata tertuju pada lelaki itu. Terdengar bisik-bisik siswa lain yang kebanyakan selain memuji juga bertanya-tanya mengapa nuca berada di kelas ini.

"Nucaa" celetuk gadis di sampingnya pelan sambil melotot ke arah lelaki itu.

"Kamu juga kenal dia?" Tanya Lyodra pada teman sebangkunya itu.

"Hellow siapa sih yang ngga kenal Nuca, tapi kok bisa sih dia masuk kelas ini, dia kan pintar, dia juga bukan anak beasiswa setau gue. Dia anak orang kaya kok, hmm mencurigakan" gadis itu menganalisis Nuca.
Lyodra hanya mengangkat bahunya tanda bahwa ia juga tidak mengerti dan pandangannya kembali kepada Nuca. Dia tenggelam dalam lamunan. Pikirannya campur aduk melihat lelaki itu tidak asing dimatanya. Semakin menusuk seolah sampai ke ubun-ubun, entah haru ntah apa yang ada di dalam pikiran gadis cantik ini sekarang.

"Eh lo kalo diliat lama-lama kayak pisang deh kalo bengong gitu wkwk" ntah apa yang ada dipikiran gadis berambut pirang itu saat melihat Lyodra yang masih menatap Nuca seperti memastikan sesuatu.

"Hah, kok pisang?" Lyodra kaget seseorang yang baru saja terlihat ketus dan galak tiba-tiba menjadi seorang yang lucu dan sepertinya heboh seperti ini. Tapi Lyodra mulai memahami sifat gadis ini, dia adalah orang yang moody-an. Ya Lyodra memang memilih tidak banyak bicara tetapi diam diam menganalisis sifat orang-orang sekitarnya.

"Gpp, gue laper kayaknya wkwk. Kantin yuk, oiya kenalin gue Keisya, dari tadi belum kenalan ya hehe..." Gadis tersebut mengulurkan tangannya ke arah Lyodra.

"Aku Lyodra. Eh bentar lagi aja, masih jam pelajaran." menjabat tangan Keisya. Sambil bergumam heran dalam hati melihat perubahan Keisya yang sangat berbeda.

Keisya melihat tatapan Lyodra ke Nuca.
"Lo baru tahu Nuca ya? Dia itu kan terkenal banget pas masa orientasi sekolah yang lalu, masa lo gatau sih."

"Eh hmm aku ngga ikut masa orientasi hehe, aku asal Medan, terlanjur pesan tiket pas di tanggal masuk sekolah hari ini udah dari lama. Kurang tahu dulu ada masa orientasi." Lyodra menggaruk lehernya. Ya Lyodra lebih memilih untuk tidak mengikuti masa orientasi sekolah daripada harus mengeluarkan uang lagi untuk membeli tiket pesawat yang baginya tidak sedikit itu.

"Eh busett jauh bener buk. Gue juga bukan asli Jogja sih. Gue dari Jakarta, tapi sekarang gue tinggal sama Oma disini. Orangtua gue sibuk banget jadi ngga ada yang ngurusin gue di Jakarta. Kalo disini ada Oma. Lo kenapa bisa sampe sini?"

"Aku..hmm karena keterimanya disini." Jawabnya singkat setelah sedikit berpikir.

Ya tentu saja dia harus sekolah disini karena beasiswa dan bisa tinggal gratis bersama kakak sepupunya Olivia. Lyodra bisa bekerja paruh waktu di restoran milik suami Oliv.

Tetapi lagi- lagi Lyodra tidak bisa langsung mempercayai seseorang begitu saja setelah badai hidupnya belakangan ini. Ia enggan menceritakan tentang dirinya ke orang lain. Apalagi urusan pribadi.

"Nuca itu udah terkenal sejak Masa Orientasi kemarin. Dia cool cool gimana gitu. Idaman banget ngga sih hihi. Pinter dan populer katanya di SMP dul. Dia juga sepupu si pemilik sekolah ini setau gue, tapi kayaknya sepupunya di X MIPA 1 deh, makanya gue curiga kok dia bisa ke MIPA 6 nyasarnya." Keisya sambil melihat Nuca.

Muncul banyak pertanyaan dalam benak Lyodra.Banyak sekali hal yang terjadi lima tahun ini. Kehilangan dan perubahan, kedua kata itulah yang menggambarkan hidup Lyodra saat ini. Lyodra kembali melihat ke arah Nuca, ntah kebetulan atau tidak mata mereka bertemu. Mata Lyodra berbinar. Ia seperti membenarkan hipotesanya tadi bahwa lelaki itu benar adalah orang yang ia kenal. Sungguh bahagianya ia, di kota yang jauh dari tempat asalnya ia menemukan seseorang yang ia kenal. Namun ada perasaan Lyodra yang masih mengganjal, rasa enggan untuk menyapa. Tetapi ia mencoba berpikir lebih sehat lagi, ah untuk apa memikirkan yang sudah-sudah, cukup awali dengan hubungan yang baru seperti dari nol lagi seolah tidak ada apa- apa tidak ada salahnya pikirnya.

"Nuca.." Lyodra melambaikan tangannya pelan hampir tidak ada yang melihat selain Nuca.
.
.
.
.

Wah kira kira apa ya respon Nuca?
Apa Nuca masih mengenali Lyodra?
Dimana sebenarnya mereka pernah bertemu?

Maafkan gaesnya atas kurangnya, author masih pemula hehe
Jangan lupa vote, komen, and share yak gaesnya, biar author semangat halunya wkwk♥️

Sekat(a)Rasa #1 Rasa Untuk LyodraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang