4 - Jalan-jalan Ke Masa Lalu

1.8K 132 16
                                    

"Terima kasih untuk selalu ada. Bangunkan aku saat aku peduli. Terima kasih untuk selalu mengerti, saat aku tidak mengerti diriku sendiri"

~Sekat(a)Rasa

Matahari sedang cerah-cerahnya pagi ini. Jalanan masih sepi. Nuca mengayuh sepedanya ke sebuah rumah yang tidak jauh dari rumahnya.

"Kring kring kring..."

Nuca membunyikan sepedanya dari depan gerbang rumah tersebut. Nuca berulang kali membunyikannya.

"Lyodra..." Teriaknya

Namun masih belum ada jawaban. Nuca memasukkan sepedanya dan memarkirkannya sembarang di halaman rumah Lyodra.

Terdengar suara barang-barang yang jatuh dari dalam. Tidak sekali dua kali. Nuca mengabaikannya dan tetap menunggu Lyodra di kursi yang berada di teras depan rumah Lyodra. Ia ingin mengetuk pintu tetapi ia merasakan ada yang sedang tidak beres di rumah ini. Setelah beberapa menit suara itu mulai mereda.

Nuca akhirnya berdiri hendak mengetuk pintu. Belum sempat Nuca mengetuk pintu, Lyodra keluar dengan wajah yang terlihat menahan kesedihannya. Seperti habis menangis.

"Ayoo Nuc". Ajak Lyodra sambil mengambil sepedanya di garasi.

Nuca hanya mengiyakan dan memperhatikan gadis tersebut dari belakang. Banyak yang ingin ia tanyakan pada gadis di depannya itu. Nuca memang anak yang pendiam, tetapi ia sangat peduli pada sekitarnya, terlebih Lyodra. Lyodra dan Nuca sudah berteman dari kecil semenjak Nuca pindah ke komplek perumahan itu. Lyodra adalah teman pertama Nuca hingga kini mereka sudah kelas 7.

Nuca yang dari tadi hanya berbicara dalam hati dengan dirinya sendiri mempercepat langkahnya sambil menuntun sepedanya ke samping Lyodra.

"Ly, tadi lagi ya?" Nuca memberanikan diri bertanya pada Lyodra yang sedari tadi terdiam lesu sambil menuntun sepedanya.

"Iya, Nuc. Papa kambuh lagi tadi" Jawab Lyodra singkat.

Nuca selalu bingung harus menjawab apa setiap kali Lyodra mengalami hal seperti ini. Padahal bukan sekali dua kali dia mengetahui Lyodra mengalami hal seperti ini.

"Sabar ya Ly"

"He em Nuc. Santai. " jawab Lyodra sembari tersenyum lebar tapi palsu pada Nuca.

Dari kecil Nuca terlihat sangat mengagumi gadis yang ada di hadapannya ini. Bagaimana tidak, ia masih bisa tersenyum di tengah-tengah musibah yang sedang menimpa keluarganya. Nuca tersenyum kecil melihat Lyodra yang kini kembali mengalihkan pandangannya fokus ke jalan.

Ayah Lyodra telah lama mengidap penyakit langka dan aneh. Para dokter memperkirakan ayah Lyodra mengidap salah satu jenis penyakit Autoimun. Jenis penyakit autoimun ini sangat langka. Bahkan baru sedikit pengidap penyakit ini di dunia. Penyakit ini juga masih kurang dikenal masyarakat. Sehingga masyarakat sering menyalah artikan ini dengan penyakit "Sakit Jiwa". Di luar negeri penyakit ini dikenal dengan "Brain on Fire". Namun orang awam tidak akan dengan mudah menerima penyakit semacam ini, yang mereka tahu ini adalah penyakit sakit jiwa. Dimana penderita penyakit ini sering berhalusinasi berlebihan bahkan mengamuk melukai orang lain.

Lyodra harus kuat menjadi anak pertama dari tiga bersaudara di umurnya yang semuda ini. Oleh karena itu ia harus terlihat kuat dan tidak panik di hadapan Igy dan Anneth adik-adiknya. Bertahun-tahun ayahnya mengidap penyakit ini. Penyakit ini tidak selalu kambuh. Ayahnya masih bisa bekerja. Ayahnya satu-satunya tulang punggung keluarga yang menumpu perekonomian mereka. Tetapi akhir-akhir ini penyakit tersebut semakin sering kambuh.

Sekat(a)Rasa #1 Rasa Untuk LyodraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang