3 - Menyimpan Kesempatan

2.1K 150 28
                                    

BRUUUK...

Lyodra kaget saat menabrak seseorang di depannya. Tubuhnya terjatuh dan terduduk di lantai.
Kertas-kertas yang dibawa oleh orang tersebut berserakan di sekitarnya.

"Aduh maaf maaf, aku ngga liat" ucap Lyodra sambil membereskan kertas-kertas tersebut seadaanya.

"Kamu lagi nangis ya?"

Seorang laki-laki berwajah hangat dan berkulit putih itu bertanya pada Lyodra. Bukannya segera membantu Lyodra mengumpulkan kertas yang tercecer, Sam malah memperhatikan mata gadis itu yang masih dihiasi oleh air mata.

Lyodra tidak menjawab Sam samasekali. Sam seolah mengerti dan memaklumi gadis yang ada di depannya. Sam segera membantu Lyodra merapikan kertas-kertas.

"Maaf banget, aku ngga liat tadi"

"Iya gpp, gue Sa...."
Belum selesai Sam memperkenalkan dirinya, Lyodra sudah terlebih dahulu bergegas pergi.

"Ah sial, gue belum tahu namanya" batin Sam.
Saat ingin melangkah, Sam terhenti karena matanya menangkap sapu tangan di lantai tempat dia menabrak Lyodra tadinya. Awalnya ia ingin mencari gadis yang ia tabrak tadi, tetapi ia harus mengantarkan tumpukan kertas yang ia bawa terlebih dahulu ke ruang kepala sekolah.

"Selamat pagi Pak Dika" sapa Sam dengan semangat.

"Eh pagi Sam. Apa kabar kau? Sehat? Papa apa kabar?" Tanya Pak Dika. Pak Dika adalah kepala sekolah di SMA Harapan Bangsa. Beliau sudah lama tinggal di Jogja tetapi masih memiliki logat Batak yang sangat kental.

"Sehat dong Pak. Papa juga sehat." Jawab Sam dengan senyuman khasnya.

Pak Dika memang telah mengenal Sam sebelum Sam masuk SMA. Siapa yang tidak kenal Sam, anak dari pemilik sekolah ini yang terkenal sangat humble dan sopan. Seorang yang pintar dalam segala bidang,  tampan, dan kaya raya. Di hari pertama ini, Sam langsung mendapatkan amanah sebagai ketua kelas X MIPA 1 dan berkas-berkas yang ia bawa adalah tugas pertamanya hari ini.

"Oh iya letakkan aja disana. Sudah sesuai nomor urut Sam?"

"Eh.. itu"
Sam berpikir sejenak mengingat tadi tumpukan kertas itu sempat tercecer.

"Aduh" Sam menepuk jidatnya.

"Maaf Pak sepertinya belum karena tadi sempat terjatuh dan tercecer" jelas Sam.

"Eh kok bisa pula jatuh. Bapak minta tolong Sam diurutkan ya. Mendesak ini untuk keperluan rekapan data segera." Jelas Pak Dika yang masih fokus pada layar laptopnya.

Sam segera mengurut ulang. Sebenarnya yang mengurutkan tumpukan berkas-berkas itu sebelumnya bukan Sam. Para wanita di kelas Sam yang tergila-gila pada Sam jelas tidak akan membiarkan Sam melakukan tugas yang samasekali tidak berat ini sendiri. Alih-alih mereka bisa dekat dan berbicara dengan Sam.

Setelah selesai, Sam keluar ruangan menuju kelasnya. Sekali lagi ia bertemu dengan gadis yang menabraknya tadi. Namun kali ini Lyodra tidak melihat Sam. Sam mengikuti gadis itu, niat awalnya ingin mengembalikan sapu tangan Lyodra.
Tetapi entah kenapa Sam malah mengikuti Lyodra dari belakang. Sam ingin tahu kelas Lyodra.

"Oh X MIPA 6" gumam Sam. Sam mengurungkan niatnya untuk mengembalikan sapu tangan yang masih terlipat itu. Entah kenapa ia sangat penasaran terhadap gadis yang menangis tadi.

***

20.00 WIB

Lyodra merebahkan badannya di kasur. Beberapa menit ia memejamkan matanya karena kelelahan sehabis membantu Kak Oliv di restoran hari ini. Lyodra bangun kembali untuk mandi dan mengerjakan pekerjaan rumah pertamanya hari ini.

Sekat(a)Rasa #1 Rasa Untuk LyodraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang