38 - Ayo Pergi Bersama

348 57 18
                                    

Jujur saja Lyodra sebenarnya malas ikut ke acara ini. Acara perpisahan, acara prom night

Alasannya masih sama. Ia tidak nyaman dengan orang-orang di sekolah ini yang sudah terlanjur men-cap Lyodra dan keluarganya adalah keluarga kriminal.

Terlepas dari benar atau tidaknya berita lama yang hingga sekarang diusut kembali dan belum selesai, apa Lyodra pantas dikucilkan atas hal yang bahkan ia sendiri masih kecil saat itu.

Jika bukan karena menemani Keisya manggung di acara perpisahan sekaligus prom malam ini, dia akan lebih memilih di rumah saja mengemas barang-barangnya. Tidak lama lagi ia akan ke Medan untuk pamit pada keluarga untuk ke UK menjemput impiannya.

"Ly, masih banyak kok yang sayang sama lo. Itu cuma perasaan lo aja. Mereka ga mungkin ngucilin siswa lulusan terbaik tahun ini." Keisya berusaha meyakinkan Lyodra tadi siang.

Ya, secara tidak sadar semua masalah yang terus berdatangan tanpa henti membuatnya menjadi lebih sensitif dan tidak percaya diri.

Sial. Pemandangan pertama yang ia dapat di sini adalah Tiara dan Nuca yang sama-sama baru datang.Tiara dan Nuca terlihat sangat cocok berdampingan. Couple ini memang sudah menjadi pusat perhatian sejak dulu dan belum ada yang bisa mengalahkan kecocokan mereka.

Perdebatan mereka beberapa waktu lalu membuat semuanya terasa canggung. Ia dan Tiara sekarang semakin berjarak. Bahkan sangat terlihat Tiara tidak suka saat Nuca menatap ke arah Lyodra.

Lyodra berhenti sebelum mereka semakin dekat bertemu di pintu masuk. Seolah menunggu mereka untuk masuk lebih dulu. Suasana canggung yang sangat dibenci Lyodra.

Nuca memandang Lyodra dari jauh. Mereka terlalu naif. Permasalahan keluarga mereka yang besar benar-benar akan berlanjut. Persahabatan dan rasa cinta mereka belum mampu melunturkan masalah itu.

"Ly, " Sam datang dan menyadarkan Lyodra dari lamunannya. Sam tidak percaya bahwa Lyodra datang, karena  sebelumnya ia sempat bilang tidak akan datang.

Sadar akan Lyodra yang tidak nyaman di tempatnya sekarang, Sam meraih tangan Lyodra dan mencarikan tempat yang tenang.

Di tengah ruang yang tenang, Lyodra membaca kertas note singkat yang ditempel di dinding tempat mereka berdiri saat ini. Masing-masing anak diminta untuk menuliskan kesan masa SMA mereka di sebuah kertas kemudian ditempelkan di tempat yang telah disediakan.
Lyodra meraih satu kertas. Tapi, Lyodra, gadis itu, tangannya tidak kunjung menuliskan apapun.

"Hei, kenapa?" Sam mengusap lembut rambut Lyodra.

"Sam, aku takut. Aku takut aku  menyesali masa-masa ini. Tiga tahun di SMA, aku ngga bisa menemukan hal yang ingin aku ingat. Semuanya terasa kejam..."

Lyodra mencoba mencari hal-hal berkesan yang bisa ia tuliskan. Tapi ia tidak menemukannya. Pertama datang ke kota ini, ia berharap masa SMA akan jadi lembaran baru, ternyata ini adalah tambahan dari lembaran kelamnya selama ini.

Kehilangan teman, merasa terkucilkan, harus bekerja keras, dan harus bisa menutup telinga untuk apapun pembicaraan tentangnya dan keluarganya.

Sam terenyuh. Apalagi saat melihat Lyodra yang menundukkan pandangan dan berusaha menyeka air mata yang hampir keluar.

"Hah, aku terlalu cengeng ya?"

"Ly, kamu ingat pertama kali aku ketemu kamu, kamu lagi nangis kayak gini. Kamu tahu? Saat itu juga aku bisa ngerasain sorot mata kamu yang bercerita tentang hebatnya perempuan ini, padahal aku belum kenal kamu. Kamu harus sadar, karena semua masalah itu, kamu bisa terbentuk menjadi setangguh ini sampai sekarang."

Sekat(a)Rasa #1 Rasa Untuk LyodraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang