22 - Sahabat Lain

1.5K 178 7
                                    

"Kei, kamu kenapa?"

"Maafin aku Kei kalo aku ada salah, tapi sumpah aku ngga tau aku salah apa"

"Kei..."

Lyodra menahan Keisya yang hendak pergi. Dari pagi tadi Keisya masih diam. Bukan, bukan diam karena badmood biasa. Keisya tadi bicara pada Ainun. Tapi diam pada Lyodra. Artinya Keisya sedang marah pada Lyodra.

"Apasih Ly, gue lagi males ngomong."

"Kamu marah Kei sama aku?"

"Pikir aja sendiri"

"Tapi kenapa Kei? Aku gabakal lepasin sampe kamu ngasi aku alasan."

"Ly lo ngga denger tadi gue lagi males ngomong."

"Kei jangan kek anak kecil gini dong."

Perlahan Keisya melepaskan tangan Lyodra yang menahan lengannya lalu tersenyum hambar.

"Iya gue emang kek anak kecil. Ga ada tuh yang ngajarin gue buat bersikap dewasa kek lo Ly. Iya, Lo yang paling dewasa. Lo sama orangtua gue tuh sama aja ya Ly, semua orang aja nganggep gue gitu. Dan makasih udah diingetin."

Keisya beranjak pergi.

Kata-kata Lyodra baru saja membuat Lyodra merasa bersalah. Ia paham, terkadang kata-kata yang dianggap biasa bisa memiliki makna untuk orang-orang yang sedang mengalaminya. Sekarang pertanyaan-pertanyaan di kepalanya mengenai Keisya bertambah.

"Kei, maaf bukan gitu maksud aku." Lyodra habis kata mendengar kalimat Keisya barusan. Ia melihat Keisya yang semakin menjauh.

"Udah Ly. Keisya lagi butuh sendiri mungkin." Ainun mencoba menenangkan Lyodra.

"Tapi udah dari kemarin Nun. Keisya aneh banget ke aku."

"Cemburu kali Ly." Celetuk Ainun sambil kembali melanjutkan membaca novelnya.

"Maksudnya Nun?"

"Iya, cemburu sama Nuca maybe" lanjut Ainun sambil mengangkat bahunya.

"Kamu tau Nun kalo Keisya..?"

"Tau dari lama. Dari jaman MOS."

Ternyata selain Lyodra, Ainun juga tahu bahwa Keisya menyukai Nuca. Kadang Lyodra merasa kagum pada orang seperti Keisya yang berani menceritakan hal seperti ini ke orang lain. Lyodra bukan orang yang seberani itu.

Selain gengsi Lyodra yang tinggi, ia juga memiliki prinsip, untuk apa menceritakan perasaan sayang itu ke orang lain, itu tidak akan merubah perasaan orang yang disuka pikirnya. Entah prinsip yang salah atau benar, Lyodra memang tidak ahli dalam masalah cinta-cintaan seperti ini. Ia lebih memilih menyimpannya sendiri.

"Keisya cerita sesuatu ngga Nun."

Ainun menggelengkan kepalanya.

"Terus kok kamu bisa bilang Keisya cemburu? Cemburu sama siapa? Tiara?"

"Hmm, kamu bener ngga tau Ly?"

Lyodra menggelengkan kepalanya.

"Sama kamu Ly, aku dan Keisya tau kalo kmarin Nuca bela-belain ngasi lembar tugasnya ke kamu."

"Itu aja?"

"Ya, setelah kalian dihukum bareng banyak tuh gosip-gosip di media sekolahan."

"Hah? Maksudnya? Ya ampun Kei, kan aku udah pernah bilang ngga usah dengerin media kekgitu"

"Emangnya beritanya apa Nun?"

"Kamu digosipin jadi orang ketiga Nuca Tiara."

Jika biasanya Lyodra mengabaikan berita seperti itu, kali ini ia membesarkan matanya. Ia paham Nuca dan Tiara tidak akan salah paham. Nuca dan Tiara, mereka berdua sudah terbiasa jadi makanan media sekolah seperti itu. Tapi bagi Lyodra ini terasa berlebihan untuknya. Berlebihan karena dia sedang merasa bukan siapa-siapa di antara mereka jadi ikut terlibat.

Sekat(a)Rasa #1 Rasa Untuk LyodraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang