39. Keegoisan yang paling egois

356 60 34
                                    

"Setiap aku mengingat kamu atau saat aku bersamamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Setiap aku mengingat kamu atau saat aku bersamamu. Jantungku selalu berdetak lebih cepat. Aku harap, sampai detak terakhir, jantungku hanya berdetak untukmu dan karenamu ~ Nuca"

Sekat(a)Rasa

"Ayo pergi Ly. Kita mulai kehidupan baru kita di tempat yang jauh dari ini semua"

Lyodra menatap lelaki itu. Hujan semakin deras. Jujur saja, pemikiran Lyodra saat ini bimbang.

Satu sisi ia sangat muak dengan semua ini. Ia membenci semua yang terjadi. Tidak ada yang mengatakan semua kebenaran padanya selama ini.

Di sisi lain, ia masih mengingat keluarganya. Bagaimanapun keluarganya juga sama deritanya seperti apa yang ia rasakan. Bahkan adiknya yang masih kecil.

"Ly?" Nuca kembali meyakinkan Lyodra. Ia memegang kedua pundak wanita itu dan menatap dalam matanya.

Lyodra membalas tatapan dalam dari lelaki itu. Ia melihat harapan di dalamnya. Harapan Nuca yang ingin mengembalikan kepercayaan Lyodra.

Tapi Lyodra, ia butuh waktu untuk menerima semua kenyataan ini. Ia sangat menyayangi laki-laki di depannya. Tetapi, di sisi lain, ia hampir kehilangan kepercayaan kepada siapapun, bahkan orangtuanya sendiri. Selama ini ia yakin orangtuanya tidak mungkin melakukan tindakan kriminal. Ia sangat mengagumi orangtuanya. Dahulu ia sangat mempercayai Nuca, namun saat ini menurutnya Nuca adalah bagian dari orang yang tidak dapat ia percaya.

Lyodra meraih tangan Nuca yang masih berada di kedua bahunya.
"Aku bingung, aku ngga tahu Nuc siapa yang bisa aku percaya sekarang"
Lyodra melepas tangan Nuca dan berbalik pergi.
"Ly, kalau kamu setuju. Besok aku tunggu di gedung tua"

Lyodra mendengarnya tetapi tidak menjawabnya. Berjalan di tengah hujan sambil menangis. Melangkah seolah tidak peduli kemana kaki melangkah. Tidak peduli apa yang ada di depan sana.

Sementara Nuca pasrah. Ia terduduk sembari meremas rambutnya di tengah lapangan yang sepi. Hujan mengguyur mereka berdua.

Mereka sama-sama berpikir tentang apa sebenarnya selama ini yang mereka perjuangkan. Mereka harus menanggung beban dan masalah yang tidak pernah mereka ketahui atau pahami.

***

Nuca berjalan menuju gedung tua, tempat ia dan Lyodra akan bertemu.

Ia tidak yakin Lyodra akan datang. Tapi apa lagi yang bisa ia lakukan selain menunggu? Tidak ada pilihan lain. Tekadnya sudah bulat untuk meninggalkan semuanya.

Satu jam, dua jam, tiga jam, Lyodra belum juga datang. Hari semakin gelap. Nuca mulai mengepalkan tangannya. Ia menyesal atas semua yang ia lakukan terhadap Lyodra. Dahulu, harusnya ia berjuang untuk meyakinkan Lyodra. Bukan malah menghindar, lalu memberi harapan pada Tiara. Ia melukai perasaan dua wanita secara bersamaan.

Sekat(a)Rasa #1 Rasa Untuk LyodraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang