32 - Zona Abu - Abu

1.6K 202 70
                                    


"Sesekali harus berani keluar dari pilihan zona benar atau salah ibarat hitam dan putih, Ada kalanya kita dihadapkan pada situasi abu-abu"

Sekat(a)Rasa

🍂

Akhir-akhir ini Lyodra harus pulang lebih malam karena menggantikan tugas Oliv di restoran. Oliv sedang hamil tua dan lebih lama menghabiskan waktu di tempat mertuanya di Solo.

Ia memilih membeli makanan ringan minimarket dekat restoran sebelum pulang. Lagi pula, ia juga sangat menikmati suasana malam hari di Jogja dengan berjalan kaki.

Setelah membeli beberapa camilan dan kebutuhannya, ia berjalan menuju halte bus. Ia hendak naik Transjogja. Sekadar mengganti suasana karena buasanya ia menggunakan taxi online atau diantar Sam.

Tiba-tiba dari arah belakang terdengar suara motor yang begitu mengganggu di telinga. Rombongan anak motor yang menghadang sekelompok orang yang sudah menunggu disana.

"Tawuran?" Gumam Lyodra.

Lyodra terjebak antara mereka dan belum sempat berbuat apa-apa. Perkelahian antar dua kelompok motor itu terjadi. Lyodra berusaha keluar dari sana dan menjauh. Ia menelepon polisi tanpa pikir panjang.

Tidak lama kemudian polisi datang. Sebagian dari mereka lari dan sebagian tertangkap. Sebagian termasuk seseorang yang Lyodra kenal di seberang sana. Mata Lyodra menatap mata lelaki itu tajam, Axell.

Ia mendekat ke arah polisi yang sedang mengamankan lelaki itu.

"Ibu yang tadi menghubungi polisi" tanya polisi itu diikuti dengan jawaban konfirmasi Lyodra seraya menganggukkan kepalanya.

Axell melihatnya dengan tatapan tidak tergambarkan. Dibilang malu tidak, dibilang marah pun tidak. Sangat biasa, namun berbicara.

Ia dan Lyodra beradu pandang. Lyodra memandangnya tidak habis pikir. Lyodra mengingat kata-kata Bu Bunga. Manusia seperti Axell memiliki prinsip sendiri yang ia anggap benar dan memang kadang benar dalam kondisi tertentu. Hanya perlu diarahkan sedikit.

Bukannya malu, Axell malah menyapa Lyodra dengan posisi tangan masih diborgol dan tersenyum padanya. Membuat siapapun yang menatapnya pasti merasa kesal, tidak habis pikir.

Lyodra menyaksikan Axel dibawa ke mobil polisi. Menatapnya sampai ia benar-benar menghilang dari pandangan.

****

"Maafkan aku. Aku pun merutuki diriku mengapa aku tidak bisa mencintai gadis sebaik dirimu. Kau sangat baik padaku, berada di saat-saat tersulitku. Namun bukankah aku lebih jahat bila kukatakan aku mencintaimu padahal tidak begitu dalam hatiku?"

Risa menundukkan kepalanya. Menghapus air matanya. Nathan, pria itu membantu gadis itu berdiri.

"Kau benar Nathan. Aku tidak bisa memaksakan perasaanmu padaku. Sejak awal, kau hanya mencintai Putri Azura. Kau mempertaruhkan nyawamu demi Putri. Cinta mana lagi yang lebih besar daripada itu." Jawab Risa dengan suaranya yang bergetar.

Putri Azura menghampiri Risa.
"Risa, terima kasih karena selalu berada di sisi Nathan dan maaf untuk segalanya. Aku tidak akan pernah bisa membalasnya."

"Tidak Putri. Hambalah yang berterima kasih dan memohon maaf karena pernah berbuat tidak adil pada Putri. Hamba berbohong mengenai Putri yang masih menunggu Nathan bertahun-tahun lamanya. Hamba juga yang hampir melukai Putri karena keegoisan hamba. Maafkan hamba."
Risa, sang dayang Putri Azura itu menghembuskan napas terakhirnya karena racun yang perlahan menggerogoti organ-organ dalam tubuhnya.

Sekat(a)Rasa #1 Rasa Untuk LyodraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang