20 - Hukuman yang Menyenangkan

1.9K 207 121
                                    


Hari ini mata pelajaran fisika, ya Pak Anang yang terkenal killer itu mengajar hari ini.

Sangat hening. Langkah kaki lelaki paruh baya itu terdengar tegas memasuki kelas.

Lyodra dari tadi terlihat tergopoh menyelesaikan tugas hari ini. Ya, karena menemani Nuca semalaman di perpustakaan ia tidak menyelesaikan tugasnya.

Tugas siswa lainnya telah dikumpulkan di meja guru. Peraturan di kelas Pak Anang, tugas harus dikumpul sebelum jam pelajaran dimulai.

"Ada yang belum menyelesaikan tugas? Saya minta berdiri"

Lyodra panik. Bagaimana mungkin ia menyelesaikan tugas fisika dengan jawaban-jawaban yang rumit dan panjang itu dalam waktu singkat. Harapannya tidak ada. Ia benar-benar harus menerima kali ini ia lalai akan tugasnya. Secepat apapun ia menulis dan menghitung jawaban, tugas tersebut tidak mungkin selesai.

Akhirnya Lyodra menghentikan penanya. Tertunduk lesu dan malu. Biasanya ia selalu dipuji oleh guru-guru akan kecerdasannya, tetapi kali ini ia harus dihukum karena ini.

Pak Anang terlihat menghitung jumlah tugas yang terkumpul. Saat Lyodra hendak berdiri, tiba-tiba Nuca meletakkan kertasnya di meja Lyodra. Lyodra melihat nama di kertas itu telah diganti Nuca dengan nama Lyodra. Ya, kertas itu milik Nuca.

Nuca tetap mengerjakan tugasnya selama di perpustakaan kemarin. Ia juga merasa bersalah pada Lyodra, karena semalam Lyodra bersamanya di perpustakaan hingga pagi.

"Maaf Pak, saya belum mengerjakan."
Nuca berdiri di tempat.

Para siswa melihat Nuca tidak percaya bahwa Nuca tidak menyelesaikan tugasnya. Kedua anak ini akan terlihat aneh ketika mereka tidak menyelesaikan tugasnya, mereka pemecah rekor MIPA~6 pertama yang disanjung guru-guru. Kebanggaan dan teladan kelas bahkan sekolah ini.

"Nuca? Ada apa? Biasanya kamu selalu mengerjakan tugas." Pak Anang terlihat sama bingungnya dengan para siswa.

Nuca hanya tertunduk bahkan tidak melihat Pak Anang.

Lyodra, gadis itu kini menatap Nuca. Ia masih bingung harus berbuat apa. Ia memang sangat tidak ingin menerima hukuman, Lyodra anak yang sangat taat aturan dan sangat menjaga citranya sebagai siswi yang rajin. Tetapi kali ini dia tidak mungkin menerima ini dari Nuca.

"Ya. Karena kamu tidak mengerjakan, sangat disayangkan kamu harus menerima hukuman Nuca. Kali ini hukumannya kamu harus mengukur keliling lapangan menggunakan penggaris."

Pak Anang memang selalu memiliki hukuman yang unik atau lebih tepatnya aneh setiap minggu. Mulai dari hukuman hormat tiang bendera, berlari keliling lapangan hingga mengisi bak dengan air dengan hanya menggunakan kain kemudian dihitung volumenya. Sangat menyebalkan dan fisika sekali.

Lyodra menyembunyikan kertas yang diberi Nuca ke dalam tasnya, kemudian ia berdiri perlahan.

"Maaf Pak, saya juga belum mengerjakan."
Ucap Lyodra dengan nada rendah.

"Hmm kalian ini sedang kenapa? Lagi marahan? Padahal kalian berdua ini murid yang sangat diandalkan di sekolah ini." Tegas Pak Anang.

Nuca melihat Lyodra sejenak kemudian kembali menundukkan pandangannya.

"Yasudah. Kalian berdua hormat bendera sampai pelajaran ini selesai."

"Terima kasih Pak." Jawab mereka serempak.

"Kalian ini aneh, diberi hukuman bilang terima kasih."

Entahlah, mungkin kedua anak ini sangat sopan atau karena hukuman untuk mereka tidak seberat anak-anak lain ketika tidak mengerjakan tugas.

Sekat(a)Rasa #1 Rasa Untuk LyodraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang