25 - Terbiasa

1.7K 201 84
                                    

Sambil berjalan ia mengingat masa itu.

Lyodra terlihat bingung memilih susu coklat, vanila, strawberry dan lainnya. Ia memperhatikan Nuca yang langsung meminta rasa coklat pada ibunya.

Hujan di luar masih belum reda. Hampir setiap hari hujan mampir menemui tanah hari ini.

"Lyodra mau yang apa?" tanya Ibu Nuca.

Lyodra masih terlihat bingung.

"Mau yang rasa coklat juga Ly?" Tanya Nuca.
Lyodra tersenyum dan mengiyakannya.

"Iya Tante, sama kayak Nuca."

"Kenapa kamu milih yang coklat?" Tanya Lyodra yang kini sedang duduk di meja makan.
Nuca duduk tepat di depannya.

Ibu Nuca sembari mengeringkan kepala Lyodra dengan handuk. Mereka, Nuca dan Lyodra benar-benar sudah seperti kakak beradik di mata ibu Nuca.

"Hmm ngga tau. Kata ibu rasa yang paling jujur itu rasa coklat. Iya kan Bu?"

Ibu Nuca hanya tersenyum mengiyakan. Saat itu Lyodra hanya meng-oh-kan, belum mengerti rasa jujur seperti apa yang dimaksud.

Petir dan angin kencang membuyarkan lamunan Lyodra. Jendela dapur yang terbuka segera ia tutup kembali.

Hari ini lagi-lagi Lyodra sendirian di rumah. Kak Oliv sedang berkunjung ke rumah mertuanya. Kak Oliv akhir-akhir ini memang sering ke rumah mertuanya karena usia kehamilannya semakin tua.

Lyodra sudah terbiasa dengan keadaan ini. Rumah Kak Oliv lumayan luas untuk dihuni oleh tiga orang. Kamar Lyodra berada di lantai dua.

Lyodra kembali ke kamarnya dan mematikan lampu di ruang tamu sebelum naik ke lantai dua. Ia membawa segelas susu coklat. Kebiasaannya sejak dulu bersama Nuca sewaktu kecil.

Karena hujan lebat, Lyodra menutup kaca yang tepat berada di depan meja belajarnya. Langit jogja tidak bersahabat malam ini.

Setidaknya susu coklat membuatnya tenang sejenak dari kejadian hari ini.

Walau ia sudah terbiasa dengan warna warni kejutan hidup, bukan berarti ini menjadi masalah biasa untuknya.

Ia masih bingung dengan keadaan sekarang. Ya, keadaannya dengan Nuca. Nuca yang sekarang memang berbeda. Tetapi Lyodra mengerti Nuca seperti itu karena memang hidup yang menuntutnya seperti itu.

Sama saja seperti Lyodra saat ini. Berkali-kali ia bertanya apakah ia sudah menjadi dirinya sendiri. Misalnya beberapa kali ia menolak untuk ikut menginap di rumah teman-temannya dengan alasan tidak enak dengan Kak Oliv. Padahal faktanya, Kak Oliv malah mendesak Lyodra untuk sering-sering main bersama teman-temannya karena sejauh ini Kak Oliv melihat Lyodra sebagai anak yang lebih senang menghabiskan waktu luang di kamarnya.

Misalnya hari ini, bisa saja ia mengajak teman-temannya untuk menemaninya menginap di rumah tetapi Lyodra lagi dan lagi ia memang belum siap. Belum siap bila ditanya-tanya mengenai hidupnya lebih dalam lagi. Rasanya sulit mempercayai orang.

Segala yang berhubungan dengan Nuca memenuhi kepalanya. Perlakuan Nuca hari ini mengagetkannya.

Ia masih menatap susu coklat yang mulai dingin.

"Ting...tong..."

Bel rumah berbunyi.

Lyodra membulatkan matanya. Sudah tengah malam dan hujan lebat seperti ini, siapa yang ingin bertamu pikirnya.

Ia menuju lantai bawah dan mengintip sedikit melalui jendela depan rumah. Ia tidak melihat siapa-siapa. Rasanya mirip seperti di film horror.

Ia malah takut bila ada orang jahat yang sedang mengintainya. Suasana sangat tidak mendukung malam itu.

Sekat(a)Rasa #1 Rasa Untuk LyodraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang