SATU

400 111 58
                                    

"Eunghhh..." kata seorang gadis remaja yang bagun tengah malam karena mendengar suara bising dari luar kamarnya.

Ia kemudian bangun dari tidurnya dan tersenyum. Ia sudah biasa hidup seperti ini, hidup dengan keluarga atau mungkin mereka tidak bisa disebut keluarga? Entahlah, memikirkannya saja sudah membuatnya pusing.

Gadis cantik tersebut sering sekali mendengar perdebatan orang tuanya, yang makin hari makin sering. Ia sendiri tak tau apa penyebabnya.

"Sudah biasa, tapi kenapa aku harus bangun. Padahal hal ini sudah tak asing lagi. Hahaha..." katanya sambil menertawakan dirinya sendiri. Jujur saja ia sudah tak tahan tinggal dirumah tersebut.

Ia kemudian mengambil foto keluarganya yang terletak di nakas, samping tempat tidurnya.

"Yah, Bunn... Kalian tau, Bila capek mendengar kalian berantem, Bila capek Yah Bun..." lirih Bila pelan sambil menangis. Mungkin ia akan menangis sampai ia tertidur, itulah kebiasaan Bila.

***

Kringgggggg

Suara alarm dan sinar mentari pagi membangunkan Bila. Ia bangun kemudian berjalan ke arah kamar mandi. Seperti biasa, ia langsung melakukan ritual mandi paginya dan mengompres matanya yang sembab.

Tak butuh waktu lama, gadis itu sudah siap dengan seragam sekolahnya. Ia melihat dirinya ke cermin, dan melihat dirinya sangat kacau.

"Semangat dong Billl! Buktiin kalo kamu bukan cewek lemah kamu kuat!" kata Bila meyakinkan dirinya sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Semangat dong Billl! Buktiin kalo kamu bukan cewek lemah kamu kuat!" kata Bila meyakinkan dirinya sendiri.

Setelah ia rasa penampilannya cukup, ia langsung turun ke bawah menuju meja makan. Jujur saja ia malas untuk makan bersama, karena adanya dirinya atau tidak, tidak akan ada bedanya.

Ia duduk didepan Bunda dan Ayahnya. Mereka tampak tak peduli dengan hadirnya Bila. Terlihat dari sikap sang Ayah yang tetap membaca koran dan tidak melihat Bila. Mungkin hanya Bundanya yang melihat Bila, tapi itu hanya sebentar.

"Bil, makan sarapanmu." ucap Riana -Bunda Bila- singkat sambil menaruh roti di piring Bila. Setidaknya Riana tidak mendiamkannya seperti Ridwan -Ayah Bila- Bila bersyukur.

"Iya bun, makasih." ucap Bila seadanya, dan dingin.

Dengan cepat Bila menyelesaikan sarapannya dan berangkat kesekolah.

"Bila berangkat." pamit Bila, yang hanya diangguki oleh Ridwan dan Riana. Bila keluar rumah dengan senyum miris. Ia mempunyai keluarga, tapi rasanya tidak punya keluarga.

Bila langsung menuju ke mobilnya dan menjalankannya kesekolah.


***

Long JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang