DUA PULUH

95 37 75
                                    

Hai, apa kabar?
Baikkan? Alhamdulillah :)
Yaudah kuy langsung ke ceritanya aja:)
Hayuk meluncur ✈️✈️

***

Keesokan harinya, Bila bangun lebih pagi. Ia bangun dan langsung mandi, tidak butuh waktu yang lama Bila sudah selesai untuk mandi dan bersiap.

Saar ia mengambil jas almamaternya, ia ingat dengan pesan Rey. Pesan yang menyuruhnya untuk membawa dan memakai jaketnya. Ia sebenarnya tidak mau, tapi sudahlah lebih baik ia bawa saja.

Setelah selesai bersiap, Bila langsung turun ke bawah. Saat sampai di tangga, ia mendengar percakapan orang yang tidak asing ditelinganya. Percakapan yang biasanya ia dengar ketika mereka marah atau berdebat.

Bila menghela napas, entah apa yang akan terjadi. "Kapan mereka pulang?" tanya Bila lirih. Dan entah sejak kapan Rina sudah memperhatikan Bila yang masih berada di tangga.

"Bil! Sini, ayok sarapan bareng! Mumpung ada ayah sama bunda nih, jarang-jarang lho kita bisa kumpul kaya gini!" ajak Rina kemudian menghampiri Bila.

Bila kemudian melihat ke arah ayah dan bundanya. Saat Bila menatap mereka, mereka membalas tatapan Bila, dan tapi Bila mengerti arti tatapan kedua orang tuanya itu. Mereka seolah-olah menatap Bila untuk tidak menganggu mereka bertiga.

"Eh Kak Rin, kayaknya Bila gak bisa deh sarapan bareng. Soalnya Bila ada tugas di sekolah, jadi harus berangkat pagi." tolak Bila, ia cukup sadar diri jika memang orang tuanya membencinya.

"Yahhh, makan roti aja ya Bil, lagian kamu juga gak biasanya ada tugas sampai buat kamu berangkat pagi." ujar Rina sambil menarik tangan Bila ke meja makan.

Ridwan yang dari tadi diam angkat suara ketika melihat kedua putrinya berbincang. "Kalau emang Bila gak mau gak usah paksa Rin," Ujar Ridwan yang tentu saja menyakiti hati Bila. Tapi Bila tetap mecobaa bersabar, dan tersenyum di depan keluarganya itu.

"Yang dibilang sama ayah bener Rin, jangan di paksa kalau gak mau. Karena apapun yang dilakukan secara terpaksa pasti gak akan baik hasilnya." timpal Riana, dan lagi-lagi ucapan itu berhasil membuat hati Bila sakit. Lebih baik ia mendapat tatapan tajam, dari pada harus mendengar ucapan mereka yang menyakiti hatinya.

"Yang dibilang ayah sama bunda bener kak, ya udah Bila berangkat dulu ya. Assalamualaikum," pamit Bila, tanpa menunggu jawaban ia sudah keluar dari rumahnya.

Ia sungguh tidak tau kenapa takdir begitu kejam kepadanya. Ketika ia baru saja menemukan sedikit kebahagiaan, kenapa harus ada luka disela-sela itu. Ia lelah bermain-main dengan takdir yang tidak pasti.

Setelah itu, ia langsung masuk kedalam mobil dan melajukan mobilnya keluar dari halaman rumahnya.

***

Sampai di sekolah ia langsung memarkirkan mobilnya, dan turun. Tidak lupa dengan jaket Rey, ia tidak memakainya, ia hanya membawanya. Bila langsung berjalan menuju ke kelasnya.

Sampai di kelas, ia menuju ke tempat duduknya, dan langsung menelungkupkan wajahnya di jaket Rey. Aroma parfum Rey masih sedikit tertinggal di jaket tersebut, aromanya sangat menenangkan. Tidak lama Bila sudah tertidur pulas dengan jaket Rey.

"Kalau berangkat pagi hanya untuk tidur, mending gak usah berangkat pagi deh." ujar seorang mengagetkan Bila. Bila langsung bangun dan menatap pemilik suara itu.

"Tumben lo berangkat pagi, nih jaket lo. Makasih," ujar Bila sambil menyodorkan jaketnya. Dan orang yang membangunkan Bila adalah Rey.

Long JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang