SEMBILAN BELAS

87 40 42
                                    

hai!
Kembali lagi sama author gabut :v
Ati-ati banyak typo & bad EYD :)
Hayuk meluncur ✈️✈️

***

Setelah sekitar tiga puluh menit, hujan sudah mulai reda. Rey kemudian segera mengajak Bila pulang, "Cabut yuk Bil, kalau nanti takutnya malah hujan deres lagi!" ajak Rey.

Bila hanya mengangguk mengiyakan, entah kenapa saat ini Bila tidak ingin cepat pulang ke rumah. Ia masih ingin bersama Rey, dan kenapa sekarang ia merasa nyaman sekali dengan Rey? Entahlah, hanya Bila yang tau.

Setelah itu Rey langsung menjalankan motornya menuju rumah Bila. Jalanan hari ini tidak terlalu padat seperti jam pulang kerja, atau jam berangkat kerja. Sesekali Rey mencuri pandang lewat kaca spion, melihat wajah Bila yang sepertinya sudah lelah.

"Rumah lo mana?" tanya Rey sambil sedikit berteriak. Rey memang tidak tau dimana letak rumah Bila, dan ini kali pertamanya ia datang kesana. Jadi maklum jika ia tidak tau.

"Kompleks Mawar Rey!" jawab Bila dan Rey hanya mengangguki sebagai tanda jika ia tau.

Tidak butuh waktu lama, Rey dan Bila sudah sampai di depan rumah Bila. Bila kemudian turun dari motor Rey dan menyerahkan helm yang tadi ia pakai.

Saat Bila akan melepaskan jaket milik Rey, tangan Rey langsung mencegah. "Jangan, pakai aja lo dulu. Gue gak papa kok," ujar Rey sambil menerima helm dari Bila.

"Eh tapi kalau nanti lo kedinginan gimana? Ntar lo sakit!" ujar Bila sedikit khawatir. Rey yang mendengar itu langsung terkekeh, entah kenapa.

"Ciee perhatian takut gue sakit, dah lah gue gak bakal sakit. Lagian basecamp gue deket, gue mau kesana dulu. Kalau mau nawarin mampir, kapan-kapan deh ya." ujar Rey sambil mengacak-acak rambut Bila.

Bila kemudian langsung menyingkirkan tangan Rey, dan memajukan mulutnya. "Ishh dasar pede nya udah kembali! Males gue sama lo! Pulang sana!" usir Bila kepada Rey.

"Iya-iya tuan putri, eh jaket gue bawa lo dulu. Sewaktu-waktu bakalan gue ambil oke! Jangan lecet, dan bawa setiap hari! Bayyyy!" ujar Rey kemudian melajukan motornya meninggalkan rumah Bila.

Setelah Rey pulang, entah kenapa Bila tidak segera masuk dan masih menatap kepergian Rey. Ia tersenyum senang, entahlah tapi rasanya ingin sekali tersenyum.

"Bil, ngapa kamu? Tadi di anterin siapa?" tanya Rina tiba-tiba yang mengagetkan Bila. Seketika senyum Bila luntur dan menatap kakaknya itu dengan kesal, karena sudah mengganggu pandangan matanya.

"Ish kakak mah! Ganggu orang seneng!" ujar Bila kemudian masuk ke dalam rumah meninggalkan Rina.

"Bil! Seneng banget sih kamu ninggalin orang!" kesal Rina kemudian menyusul Bila masuk ke dalam rumah. Entah kenapa Rina senang melihat adiknya itu tersenyum seperti tadi, rasanya bahagia.

Rina kemudian mendekati Bila, ikut masuk ke kamar Bila. "Ish di anterin siapa hayo? Pacar ya? Apa doi?" tanya Rina yang masih penasaran, pasalnya Bila selama ini tidak pernah diantar pulang oleh laki-laki, kecuali Dino, abang ojol, dab supir.

Bila merebahkan tubuhnya dan melirik ke arah kakaknya, "Dia temen Bila. Lagian tadi Bila mau pulang pakai mobil, eh malah disuruh bareng dia. Dan mobilnya dianter sama temennya dia," ujar Bila.

"Oalah, ya udah tadi juga udah dianter mobilnya. Kamu sama mandi, itu baju sama jaketnya trus ditaruh di mesin cuci!" perintah Rina sambil berjalan keluar dari kamar Bila.

"Jaketnya nanti biar Bila cuci sendiri," ujar Bila sambil masuk kedalam kamar mandi.

Rina menghela napasnya, berharap bisa tau siapa cowok tadi lewat jaketnya. Tapi sudahlah, jika memang Bila mau bercerita, ia pasti akan bercerita. Ia juga tidak mau terlalu memaksanya, takutnya jika nanti Bila tertekan.

Long JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang