TIGA BELAS

129 56 12
                                    

Hai masih setia baca kan?
Jangan lupa vote dulu!
Dah gak mau banyak omong, langsung ke ceritanya aja :)
Hayuk meluncur ✈️✈️

***

Setelah selesai lari pagi, Bila dan Rina memilih untuk pulang. Mereka sudah lelah, dan badan mereka sudah lengket. Itu membuat siapa saja tidak nyaman, termasuk Bila dan Rina.

Sampai di rumah Bila langsung lari menuju sofa ruang tamu dan merebahkan tubuhnya. Rina yang melihat itu hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah adiknya yang sudah kelas dua SMA tapi masih seperti anak kecil. "Bil, kamu itu udah kelas dua SMA lho, tapi kelakuan masih kaya anak kecil kamu ini." ucap Rina.

Bila tidak merespon ucapan kakaknya itu. Ia tau, tapi menjadi seperti anak kecil itu menyenangkan, itulah pikiran menurut Bila. Hanya saja, banyak orang yang tidak tau. Menjadi orang dewasa itu tidak menyenangkan, dan terlalu banyak aturan.

Rina hanya tersenyum kemudian mendekati Bila. "Bil, kamu itu kalau diluar rumah sikap cuek sama jarang senyumnya keluar, padahal itu ada kakak lho. Tapi kalau udah di rumah, kamu langsung kaya anak kecil. Terutama sama kakak." ucap Rina, yang berhasil mendapatkan perhatian dari Bila.

Bila menoleh ke arah kakaknya, ia heran apakah ia seperti itu? Ia bahkan tidak sadar dengan sikapnya. "Emang bila kaya gitu ya kak? Perasaan Bila biasa aja." tanya Bila.

"Iya kamu kaya gitu," jawab Rina sambil menatap Bila.

"Setelah kejadian itu, sejak itu kamu berubah Bil." Lirih Rina, ia bahkan sering sedih jika mengingat kejadian di masa lalu yang menimpa Bila. Masa lalu yang membuat Bila menjadi seperti ini.

Bila yang memperhatikan Rina heran, kenapa kakaknya itu berguman tidak jelas. "Kak ngomong apa sih? Gajelas banget deh!" kata Bila sambil bangkit dari sofa.

"Ah enggak kok, kamu mandi sana." suruh Rina kemudian menysul Bila yang sudah berjalan didepannya.

"Bil, jangan sedih lagi ya. Kakak gak mau kamu sedih karena mengingat itu." Batin Rina.

Mereka kemudian berjalan naik ke lantai atas, dan menuju kamar masing-masing.

***

"Mau kemana kamu? Tumben jam segini udah rapi? Mau keluar?" tanya wanita paruh baya kepada anaknya.

"Eh iya ma, mau pergi main. Dino bosen di rumah," jawab Dino. Ia memang hari ini akan keluar, tapi bukan untuk main. Itu hanya alasan supaya mamanya itu tidak banyak tanya.

"Ohh, ya udah hati-hati ya Din. Jangan malem-malem pulangnya." peringat Ida, pasalnya semalam saja Dino pulang tengah malam, yang membuat orang tuanya khawatir.

"Iya ma, Dino pamit dulu, assalamualaikum." ucap Dino sambil mencium tangan Ida.

Setelah itu Dino pergi keluar rumah, ia hari ini menggunakan mobilnya. Setelah sekian lama mobilnya hanya ia pakai sesekali, percuma orang tuanya itu memberikan dia mobil jika tidak terpakai. Ia memang lebih senang menggunakan motor, selain lebih cepat ia juga bisa menghindari kemacetan lalu lintas.

Ia melajukan mobilnya keluar dari kompleks rumahnya. Ia ingin bertemu dengan seseorang pada hari ini, ia ingin konsultasi kepada orang itu.

Inilah yang membuat ia malas menggunakan mobil, ia tidak bisa menghindari kemacetan kota Jakarta seperti sekarang. Padahal ia sudah membuat janji pada jam makan siang, sedangkan sekarang jalan macet. Sepertinya ia harus menghubungi orang itu agar bisa sedikit menunggunya yang terjebak macet. Ia kemudian mengeluarkan Handphonenya dan memencet beberapa digit angka.

Long JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang