DUA PULUH ENAM

86 28 84
                                    

Haiii, kembali lagi sama author gabut :v
Masih semangat kan puasanya?
Seharusnya masih dong!
Okey, ga tau mau bacotin apa lagi deh :v
Hayuk meluncur ✈️✈️

***

"Let's play the game"

Kata-kata itu terus saja berputar-putar dikepala Rey. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya, ia bahkan tidak bisa memakirkannya. Dan saat ini yang bisa ia lakukan adalah berjaga-jaga, dan melindungi yang bisa ia lindungi.

Melihat perubahan Rey yang drastis membuat banyak pertanyaan di kepala kedua sahabatnya. Tidak biasanya Rey bersikap seperti ini setelah ia bertemu dengan Bila. Bahkan ocehan Farel dan Alex tidak dihiraukan olehnya, ia hanya melamun.

Brak!

Farel bosan dengan situasi seperti ini lagi, dimana ocehannya tidak ditanggapi. Dan pukulan meja itu berhasil menyita perhatian Rey yang sibuk melamunkan sesuatu.

"Bisa diem gak?" Tanya Rey yang kesal karena di kagetkan oleh gebrakan meja.

"Makanya kalau temennya ngajak ngomong dijawab," jawab Farel.

"Emang lo kenapa ngalamun?" Tanya Alex.

"Gue cuma kepikiran sama omongannya Vino," jawab Rey jujur. Kali ini ia akan lebih terbuka kepada kedua sahabatnya itu.

"Dia ngomong apa?" tanya Alex penasaran.

"Dia ngomong, 'Let's play the game' dan gue saat ini gak tau apa lagi yang mau dia lakuin." Jawab Rey sambil menghisap rokok yang berada di sela-sela jarinya.

"Dia ngomong gitu kapan? Soalnya dari tadi kita bareng, dan ketemu dia pas di depan kelas Bila, sama pas di parkiran waktu pulang sekolah," Tanya Farel.

"Tadi waktu di depan kelas Bila, dia lewat di samping gue sambil ngebisikin itu," Jawab Rey.

Ketiganya saat ini mulai berpikir memutar otak, rencana apa lagi yang akan ia lakukan? Mereka berharap jangan sampai ada korban yang masuk rumah sakit lagi.

"Mau bagaimana juga, kita harus lindungi orang-orang yang ada disekitar kita. Jangan lengah, karena kita gak tau apa rencananya kali ini," Ujar Rey kemudian meninggalkan mereka berdua. Saat ini mungkin club adalah tujuannya.

Ia lalu keluar dari basecamp, dan menyalakan mesin motornya. Tidak lama, ia langsung melajukan motornya membelah dinginnya malam kota Jakarta.

***

Kenapa kau takut malam?
Bukankah malam itu indah,
Gelap tidak selamanya buruk, dan terang tidak selamanya baik
Pejamkanlah matamu,
Nikmati suasana yang menenangkan, yang tidak dapat kau temukan di siang hari.

-Unknown

Malam sudah hampir larut, tapi hal itu tidak membuat gadis ini tertidur. Setelah ia menuliskan kata-kata tersebut dibukunya, ia memilih untuk masuk ke dalam kamarnya.

"Kapan takdir berpihak kepada Bila? Bila capek sama takdir yang gak pasti, yang seneng buat Bila penasaran," ujar Bila sambil merebahkan tubuhnya.

Waktu sudah menunjukkan tengah malam, dan Bila sama sekali tidak merasa ngantuk. Ia saat ini merasa haus, dan ia lupa membawa minum ke kamarnya setelah makan malam. Ia kemudian keluar kamar dan turun ke lantai bawah untuk mengambil minum.

Saat ia melewati kamar orang tuanya, ia mendengar namanya disebut oleh Bundanya. Dan hal itu membuat Bila berhenti untuk mendengarkan percakapan mereka.

Long JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang