DELAPAN BELAS

98 50 29
                                    

Hai hai!
Kembali lagi sama author gabut:v
Gak mau banyak omong lah:p
Hayuk meluncur ✈️✈️

***

Setelah tadi dari rooftop sekolah, Bila memilih untuk izin pulang. Ia merasa percuma ia sekolah, jika pikirannya tidak ada disana.

Sampai di kelas, Bila langsung mengambil tasnya. Dan memberi taukan Chaca jika ia sedang tidak enak badan.

"Cha, gue mau cabut dulu. Badan gue gak enak," pamit Bila kepada Chaca yang sedang membaca novel.

Chaca langsung menutup novelnya dan menengok ke arah Bila. "Lo kenapa gak ngomong kalau sakit sih?" ujar Bila khawatir.

Bila tersenyum, "Gue gak papa kok, udah nanti juga baikan lagi kalau dah ketemu kasur." ujar Bila meyakinkan Chaca.

"Gue anter ya Bil?" pinta Chaca, ia takut jika tiba-tiba di jalan terjadi sesuatu kepada Bila.

Bila menggelengkan kepala, ia tidak mau merepotkan orang lain.

"Bila pulanh sama gue, lo gak usah khawatir." ujar Rey yang tiba-tiba datang.

"Ya udah Rey, kalau ada lo setidaknya gue sedikit tenang." jawab Chaca.

"Ga usah, ntar lo repot," tolak Bila tapi tidak digubris Rey. Rey kemudian menarik tangan Bila tanpa persetujuan. Orang-orang yang melihat kejadian itu banyak yang senang dan iri, entahlah tapi seperti itulah manusia.

"Cha Rey mana?" tanya Alex yang datang tiba-tiba, dan mengagetkan Chaca.

Chaca menatap Alex, "tadi cabut mau nganterin Bila." ujar Chaca.

Farel yang ada disitu dan mendengar, langsung heboh sendiri. "Grecep banget deh tu bocah!" ujar Farel heboh.

Chaca dan Alex menatap Farel dengan tatapan malas, dan memilih untuk tidak menanggapinya. Mereka memilih pergi keluar kelas, dari pada harus menanggapi ucapan Farel.

***

"Lepas Rey!" pinta Bila, tapi tidak dihiraukan oleh Rey. Rey tetap berjalan menuju motornya, dan menyuruh temannya mengantarkan pulang mobil Bila.

"Lo ikut gue. Nanti gue anter lo pulang," ujar Rey, kemudian memberikan helm kepada Bila, dan menyuruhnya naik. Sebenarnya Bila ingin sekali menolak, tapi entah kenapa mulutnya tidak dapat menolak.

Setelah Bila naik, Rey langsung melajukan motornya keluar dari linkungan sekolah. Membelah padatnya kota Jakarta, apalagi sudah hampir jam makan siang. Setelah sekitar empat puluh lima menit mereka sampai di danau. Ya, Rey mengajak Bila ke danau.

"Turun Bil, udah sampai." ujar Rey sambil melepas helmnya. Bila kemudian turun tanpa suara dan memberikan helm kepada Rey.

Bila kemudian berjalan mendekat ke arah pohon yang ada dipinggir danau, ia sungguh tidak menyangka bisa berada di tempat ini lagi. Ia sungguh senang, bahkan ia sampai lupa jika ia bersama Rey. Tapi untungnya Rey dapat memaklumi hal itu.

Rey kemudian berjalan mendekati Bila yang sedang duduk di bawah pohon yang rindang. "Gimana? Lo seneng gak?" tanya Rey sambil duduk disamping Bila.

Bila menoleh ke arah Rey dengan senyum manisnya yang jarang ia keluarkan. "Iya, gue seneng banget Rey. Makasih Rey," ujar Bila yang masih tersenyum.

Rey yang melihat itu ikut tersenyum dan senang, akhirnya Bila bisa tersenyum seperti ini lagi. Ia bahkan tidak menyangka jika Bila akan sesenang ini, dan seantusias ini. Sungguh Rey beruntung saat ini membawa Bila ke tempat ini.

"Bil, lo tau gak? Tempat ini, dulu tempat favorit gue sama temen gue waktu masih kecil." ujar Rey sambil menatap ke arah danau.

Bila menoleh, "Oh ya? Temen lo itu pasti beruntung banget ya," ujar Bila. "Tapi kenapa wajah lo sedih gitu?" tanya Bila kemudian.

Rey menatap Bila dan tersenyum, entah apa yang harus ia katakan. "Karena dia sekarang jarang banget tersenyum kaya dulu. Entah gue juga gak tau harus apa?" jawab Rey.

"Lo tenang aja, pasti dia bakalan balik lagi kaya dulu, dan bakalan tersenyum kaya dulu kepada lo." ujar Bila dengan mata berbinar senang.

Rey yabg melihat itu tersenyum senang, entah kenapa harapannya kembali hidup. Harapan yang selama ini sudah ia buang karena suatu hal. Dan entah kenapa ia merasa nyaman berada di dekat Bila.

"Bil, lo lagi ada masalah ya? Kenapa akhir-akhir ini lo keliatan sedih gitu?" Tanya Rey.

"Gak, gue gak papa. Cuma sedikit kecapekan aja Rey," jawab Bila dengan tersenyum.

Rey berdiri kemudian menunduk menatap Bila, "Lo kalau ada masalah cerita aja gak papa. Nanti gue dengerin semua cerita lo, tenang aja gue gak bakalan bosen kalau denger lo cerita." ujar Rey seolah-olah tau apa yang sedang dipikirkan Bila.

"Lo cenayang ya?" tanya Bila dengan wajah sedikit takut, tidak seperti biasanya.

Rey yang mendengar itu langsung tertawa, "Heh lo pikir gue peramal apa? Nih ya gue kasih tau, tatapan mata lo gak bisa bohongin gue. Meski mulut lo bilang gak papa, mata lo bilang lo lagi ada apa-apa!" jawab Rey.

Bila menghela napas pelan, entah kenapa akhir-akhir ini orang-orang sepertinya tau apa yabg sedang ia rasakan. "Gue kelihatan menyedihkan ya Rey?" tanya Bila tiba-tiba.

"Gak, lo gak keliatan menyedihkan. Karena, semua orang pasti pernah kaya elo, dan elo gak usah merasa menjadi manusia yang menyedihkan, jika elo gak mau dikatain atau dilihat menyedihkan oleh orang-orang." Ujar Rey membuat Bila sedikit tersadar jika pola pikirnya salah. Ia bahkan sering insecure tentang dirinya.

Setelah itu Bila tidak menjawab ucapan Rey, ia masih sibuk dengan otaknya dan pikirannya. Entah apa yang sedang ia pikirkan, Rey pun sama. Ia bahkan tidak bertanya dan memulai percakapan, ia sibuk dengan handphonen dan pikirannya.

Tidak terasa mereka sudah satu jam di tempat ini. Bahkan selama itu tidak ada yang memulai percakapan. Rey kemudian menatap ke arah Bila, dan berdiri menghampiri Bila.

"Cabut yuk Bil, dah mendung nanti takut kehujanan," ajak Rey.

"Oh, ya udah ayok."

Mereka kemudian berjalan menuju je arah motor Rey. Setelah itu Rey memberikan hrlm kepada Bila dan menyuruh Bila naik. Tidak lama, mereka sudah meninggalkan area danau tersebut, dan menuju ke rumah Bila. Tapi sampai ditengah jalan, hujan tiba-tiba turun dan membasahi mereka tanpa aba-aba. Rey langsung mencari temoat yang teduh agar tidak terlalu basah kuyup, dan mereka berhenti di halte.

"Lo gak papa kan Bil?" tanya Rey khawatir. Ia takut Bila kenapa-kenapa, dan ia kemudian memegang tangan Bila yang kedinginan.

Bila kemudian melepaskan tangan Rey, "Gue gak papa kok Rey." jawab Bila bohong, jelas saja Rey saat ini dapat melihat dan merasakan jika Bila sedang kedinginan.

Rey kemudian melepaskan jaketnya dan memberikan kepada Bila. "Udah pakai aja, dari pada nanti lo masuk angin atau sakit!" perintah Rey kepada Bila, kemudian memakaikan jaketnya.

Bila ingin sekali menolak, tapi Rey tetap saja keras kepala. "Tapi lo-" ucapan Bila terpotong.

"-gue gak papa Nabila Putri, udah lo itu nanti kedinginan!" potong Rey, kemudian tersenyum. Bila kali ini tidak membantah, dan menerima jaket Rey.

Setelah itu, keduanya sama-sama terdiam dan tidak ada yang membuka suara. Bila berharap hujannya segera berhenti, dan ia bisa pulang untuk menenangkan jantungnya yang dari tadi bergerak dua kali lebih cepat dari biasanya.

'Jantung plis, jangan kaya gini. Kasian sama gue dong, kan gue jadi grogi! Dasar jantung ga ada akhlak!' batin Bila mengertuki jantungnya yang tidak bisa tenang.

***

Hai haii!
Maaf part ini agak absurd :)
Sama updet nya ga bisa setiap hari, karena lagi sibuk:)

Jangan lupa vote, comment, and share ke temen-temen kalian. Biar temen kelian juga tau sama cerita ini :)

Makasih :)
Mwah:3

Long JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang