S T A R T 2 / 2

483 59 19
                                    

Ezra lagi nungguin Nita keluar dari gedung, di parkiran, cowok itu sibuk membalas chat perihal pekerjaan. Padahal udah jam pulang, tapi revisi udah pada nyampe dan rame di grup. Ternyata, santai setelah jam lima sore hanyalah mitos.

Kedengeran suara ketukan di jendela, Ezra otomatis nengok ke pintu sampingnya. Nita senyum dan nunjuk-nunjuk pintu mobil. Oh iya, kuncinya belom dibuka.

"Kamu nyampe daritadi? Maaf baru sadar powerbank nya ngga kecolok masa." Nita duduk di bangku samping Ezra, cowok itu naro hapenya di dashboard setelah beres balesin chat.

"Iya, ada lah setengah jam." Jawab Ezra santai sambil ngelirik jam yang melingkar di tangan. Tangannya sekarang lagi lepasin kancing kemeja bagian pergelangan, terus menggulung lengan bajunya sampe siku.

"Maaf."

"..."

"Zra, maaaaff."

"Dimaafin, tapi cium." Kata Ezra sok cuek, sambil nyalain mesin mobil. Pipi Nita langsung memerah, sudut bibirnya terangkat sedikit. Cewek itu akhirnya mendaratkan kecupan singkat di pipi Ezra. Sekarang yang dicium, lagi nahan nyengir.

"Lagi."

"..."

"Hehe kirain ngga berani." Sekarang senyumnya ngga bisa ditahan setelah nerima kecupan kedua.

"Berani soalnya parkiran sepi, dan ini dalem mobil Zra." Ezra ketawa, terus makein tunangannya dan dirinya sendiri sabuk pengaman.

"Eh bentar deh." Nita tiba-tiba sibuk merogoh isi tas nya, Ezra ngelirik kemudian ngurungin niatnya buat jalanin mobil.

"Di sink?"

"Ngga kok, aku simpen di tas." Nita masih sibuk nyusurin lipatan dan seleting di dalam tas tangannya.

"Di counter plating?" Tebak Ezra, Nita menggeleng.

"Huuh adaa." Kata Nita dengan nada kelewat seneng, mengeluarkan cincin emas putih dari dalam tas nya. Ezra ikutan lega jadinya.

"Pastiin kamu taro di tas terus ya ay, biar ngga ketinggalan di sana. Ntar repot lagi carinya." Ezra memaklumi keteledoran Nita yang satu ini. Hampir tiap minggu Nita kelupaan cincinnya yang tertinggal di tempat kursus.

Motong bahan dan meracik makanan kan tangannya harus bersih, jam tangan aja harus dilepas apalagi cincin. Ntar bisa kena marah sama head chef nya.

"Iyaa Ezra sayang." Ezra senyum dan mulai ngeluarin mobilnya dari area parkir.

"Mau kemana hari ini?"

"WarPas yuk. "

"Boleeeh. Mau Tuna Chunks?"

"Bukan, pengen Sweetypow. Pusing aku jadi kali ini pengen yang pedes."

"Dih segitu ngga pedes tau." Nita ngetawain kekanakan Ezra, sementara cowoknya di samping cuma manyun.

Hari-hari Nita dan Ezra, sekarang selalu kayak gini. Oh, ngga setiap hari siiih tiap minggu deh. Ezra akan menyempatkan setidaknya sehari dalam seminggu buat jemput dan ngajak jalan tunangannya ini.

Ezra sekarang tuh sibuuuuk banget, lebih tepatnya nyibukin diri sih. Mereka udah seperempat jalan sekarang menuju pernikahan. Beres skripsi waktu itu, enam bulan setelah wisuda Ezra langsung ngelamar. Jujur Nita agak kaget karena kesannya gercep banget gitu. Padahal Nita nemuin keluarga Ezra di Jogja juga baru dua kali.

Ezra ngga mau lama-lama karena emang niatnya serius di awal, dan pengen ada ikatan aja yang ngeyakinin kalo komitmen mereka tuh emang sama-sama ada di tujuan hidup masing-masing. At least kalo lupa, kalo capek, lirik benda yang melingkar di jari manis mereka adalah sebagai sebuah pengingat.

LEVEL UP! (Gamal & Ezra next chapter of life)  [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang