☁️26. Sometimes, You Need To Back Home☁️

471 52 74
                                    

Kalo Ezra di hari kerja adalah pria yang sibuk dengan semua urusan kantor, Ezra di akhir minggu adalah pria yang sibuk mengurus rumah. Ezra selalu tau kalo istrinya udah pasti capek ngurusin dan bersihin apa pun sementara ia di kantor. Dan Ezra ngga pernah ngerasa keberatan sama sekali, diitung sebagai gantian.

"Mas, kok ngga bangunin aku?" Nita berjalan dengan mata lumayan sembab menuju kamar mandi. Ada suaminya di sana, sedang menggosok toilet yang sudah dibaluri cairan pembersih sebelumnya. Tangan Ezra otomatis berhenti bergerak waktu istrinya bertanya.

"Kamu lagi enak tidur, ngga apa-apa." Kata Ezra sambil senyum, terus lanjut membersihkan sisanya. Nita jadi ngerasa ngga enak malah bangun siang.

"Aku masak dulu deh ya." Kata Nita sambil menjepit rambutnya, Ezra mengangguk.

"Ay, aku pengen ngopi deh."

"Oh iya Mas, aku bikinin ya."

Ezra kembali membersihkan kamar mandi sebelum berlanjut menyapu kamar mereka, yang sudah dirapikan sebelumnya oleh sang istri. Nita sendiri sibuk menyiapkan brunch di dapur. Udah mau jam sepuluh, bukan sarapan lagi namanya.

Ngomong-ngomong, Ezra bukannya tanpa alasan ngebiarin istrinya bangun siang hari ini. Sejak pulang dari apartemen Kia, istrinya itu keliatan lebih sedih. Hanya Nita kelihatan sangat berusaha menyembunyikan dan menahan. Jadi sampai sekarang, Nita ngga cerita apa-apa kenapa sampai nangis di mobil. Beneran diem aja, dan sekedar bahas hal lain. Ezra ngga mau nanya dulu, kasihan istrinya masih butuh waktu. Hari ini Ezra berharap Nita ngga keberatan menceritakannya kalau dirasa ini udah berat untuknya.

Ezra tuh deg-degan sebenernya ngeliat istrinya kayak gitu, tapi ya gimana. Padahal waktu di apartemen Kia, istrinya keliatan  bahagia banget. Berbanding terbalik sama pesan yang diterima Ezra malam itu.

'Mas, jemput. Mau pulang.'

Isinya cuma itu, dan Ezra beneran langsung berangkat saat itu juga. Feeling nya mengatakan kalo Ezra harus segera nyelamatin istrinya saat itu juga.

"Mas, beras mau abis." Kata Nita waktu menyajikan nasi goreng di meja, sementara suaminya baru saja menghirup kopinya.

"Berarti nanti siang beli."

"Oke."

Ezra mengunyah suapan demi suapan sambil terus memperhatikan istrinya yang mengaduk isi piring tanpa semangat. Dari tadi ngelamun aja, sambil sesekali menghembuskan napasnya lelah. Otak Ezra sekarang berpikir keras gimana caranya supaya Nitanya, senyum lagi.

"Dimakan, ay." Tegur Ezra, istrinya langsung gelagapan. Mungkin baru sadar sendiri, kalau dari tadi isi piringnya cuma sekedar diacak-acak, tidak tersuap sedikit pun ke dalam mulut. Kalau suara berat suaminya tadi ngga menyadarkan, mungkin Nita bener-bener ngga akan makan karena nasinya keburu dingin.

"Eh iya, Mas." Nita kemudian menyuapkan nasinya, dibalas senyum oleh Ezra yang kembali menikmati sarapannya.

Nita mengecap-ngecap lidahnya setelah beberapa suapan pertama, kemudian menyuap satu kali lagi untuk memastikan pemikirannya.

"Ih Mas, ini asin ya?" Tanya Nita sambil sedikit mengerutkan dahi, Ezra mengangkat bahunya tak acuh.

"Enak kok."

"Ih ngga Mas, asin. Udah aja makannya." PInta Nita merasa ngga enak, padahal dari tadi suaminya makan lahap banget kirain enak-enak aja. Tadi emang Nita masaknya juga setengah ngelamun, dan ngga sempet dicobain juga.

"Udah abis." Kata Ezra sambil senyum, beneran kosong isi piringnya sekarang. Nita ngga habis pikir kok bisa suaminya itu menghabiskan nasinya tanpa protes sama sekali.

LEVEL UP! (Gamal & Ezra next chapter of life)  [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang