Nita lagi ngeringin rambutnya yang mulai memanjang, duduk di samping kasur sambil menghadap cermin sementara Ezra masih di kamar mandi. Nita tadi abis jalan-jalan seharian sama Mbak Wulan, diajak ke salon kuku, diajak nemenin belanja, pokoknya kegiatan yang bikin ibu hamil itu seneng. Mbak Wulan udah mau lima bulan hamil, dan ngidamnya hari itu adalah jalan-jalan sama adik iparnya.
Jujur Nita ngga pernah secapek itu nahan lelah selama jalan-jalan. Bukannya karena ngurusin atau nemenin Mbak Wulannya, tapi nahan perasaan iri dan sedih dalam hatinya itu loh yang susah. Nita berusaha biasa aja, tapi tetep susah. Mbak Wulan juga agaknya nyadar kalo Nita sedih, tapi kakak iparnya itu bilang memang ngga semudah itu juga bisa hamil. Bahkan Mbak Wulan baru isi setelah tujuh bulan lebih pernikahan, tanpa program.
Ezra tau banget Nita sebenernya sedih, sakit, tapi Ezra ngga mau nambah-nambah penderitaan dengan sama-sama ngeluh. Makanya Ezra lebih baik pura-pura ngga tau, dan mendukung istrinya sebisa mungkin sampai batas kemampuannya.
"Ngelamun aja." Tegur Ezra lalu mencolek hidung istrinya sebelum berjalan menuju lemari. Nita mengerjapkan matanya kaget, lalu tersenyum tipis sebelum mematikan hairdryer nya.
"Tadi Mbak Wulan nge-chat, katanya udah sampe hotel."
"Oh iya? Yaudah salamin aja, bilang kalo udah mau pulang kabarin." Jawab Ezra sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.
"Iya udah kok Mas."
"Kerjaan kamu udah beres semua kan ya?" Ezra naik ke atas tempat tidur, lalu memeluk istrinya dari belakang. Nita mengangguk, lalu merebahkan dirinya di samping Ezra setelah suaminya itu melepaskan pelukannya.
"Tidur sayang, ngga usah mikirin apa-apa." Kata Ezra sambil menyingkap rambut Nita agar tak menutupi wajahnya. Nita cuma tersenyum tipis sebelum merubah posisinya menjadi berbaring lurus menghadap ke atas, sementara Ezra merapatkan dirinya. Lalu menumpu kepalanya dengan siku, berbaring menyamping menghadap istrinya.
"Mas, Mba Ulan anaknya cewek kali ya?" Ezra tersenyum, sebelah tangannya ngusapin sisi kiri wajah Nita.
"Kenapa emangnya?"
"Ya ngidamnya gitu, dandan, jalan-jalan, sama ke salon." Ezra tertawa kecil, istrinya ini polos banget deh kenapa sih.
"Iya mungkin?"
"Aku pengennya punya jagoan deh Mas." Ucap Nita sambil melirik Ezra di sampingnya. Suaminya itu mengangguk, tangannya masih mengusap-ngusap pelan.
"Iya boleh. Biar ganteng kayak aku ya." Canda Ezra, Nita akhirnya tertawa walau pun sedikit doang.
Jemari Ezra yang tadinya mengusap sisi wajah istrinya, merambat ke pipi dan mengusapnya. Lalu turun dan jempolnya mengusap-ngusap permukaan bibir istrinya.
"Ay."
"Hmm?"
"Ini hari ke dua belas kan ya?" Tanya Ezra, Nita sedikit kaget. Padahal udah tau, Ezra memang selalu memperhitungkan segala sesuatu. Termasuk program kehamilannya, Ezra bahkan ngga segan meng-install aplikasi di ponselnya sebagai pengingat. Dokter bilang, hari ke 12, 14, dan 16 setelah datang bulan selesai adalah waktu yang baik.
"Oh, iyaya?" Nita mencoba mengingat dan menghitung sendiri dalam otaknya. Sementara tangan Ezra merambat kemana-mana setelah melepas dua kancing teratas piyama yang Nita pake bahkan menyelinap ke dalam.
"Ih, sakit Mas!" Keluh Nita setelah meringis, Ezra kaget sendiri.
"Eh? Beneran sakit?" Ezra dengan cepat mengganti gerakan meremas pelan di sana menjadi mengusapnya lembut. Nita malah meneteskan air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEVEL UP! (Gamal & Ezra next chapter of life) [✔]
FanficAnother bridge, a level up This is a lokal AU, a sequel from Gamal & Ezra Story. The cast name belongs to @lokalsvt on twitter. WARNING: Bahasa Semi Non-Baku