☁️15. Sleepless Night☁️

457 43 23
                                    

"Teh, aku ke rumah Aldi bentar mau ambil tugas." Rian membereskan isi tas nya di meja makan, sementara Nita sedang memotong sayur di dapur.

"Iya."

"Aku cuma bentar kok Teh. Ibu juga katanya lagi beli kol kan ya? Sebentar lagi juga balik."

"Iya Rian." Rian menghela napasnya berat, agak ragu ninggalin kakak perempuannya itu sendirian di rumah walaupun cuma sebentar.

"Aku berangkat." Kata Rian sambil mengusap bahu Nita lalu mencium tangannya. Kakaknya itu tersenyum tipis.

"Hati-hati."

"Teteh bener ngga apa sendiri?"

"Iya ngga apa-apa kok. Sebentar kan?" Kata Nita meyakinkan, Rian menghembuskan napasnya lalu tersenyum. Cowok itu berlalu menuju pintu depan dan keluar rumah.

Nita melanjutkan kegiatan memotong sayurnya, hari ini Ibu pengen masak tongseng. Biasanya beli aja sekalian beli sate, tapi karena Ibu mau makanannya lebih sehat, makanya sekarang masak di rumah. Tadi mau beli kol, sekalian beli bumbu. Sementara Nita emang selama ini di rumah terus, ngga kemana-mana.

Bukannya Ezra atau orang rumah ngelarang, cuma Nita jadi lebih overthinking setelah keguguran itu. Ada aja yang bisa bikin kepancing buat nge-blank, atau mungkin nangis histeris tiba-tiba. Pernah waktu itu sempet bisa ngendaliin diri, tapi waktu orang yang nanya bahas soal kehamilannya, Nita langsung lemes dan bengong. Terus waktu sampe rumah, nangis seharian. Emosinya jadi agak susah terkendali, makanya Rian takut ninggalin Nita sendirian di rumah barang sebentar.

Nita baru selesai motongin beberapa sayur, lalu mencuci pisaunya di wastafel, sementara dagingnya belum mendidih. Samar-samar terdengar suara anak-anak diluar sedang bermain, sepertinya baru saja pulang sekolah. Terdengar suara saling bersahutan, seperti sedang berteriak dan saling berkejaran. Sampai akhirnya terdengar suara berdebam yang cukup keras, lalu menyusul suara tangisan nyaring.

Detik itu, waktu yang Nita miliki serasa terhenti.

Tangisan itu serasa ada di samping telinga, tapi ngga ada yang bisa Nita lakukan. Nita tidak merasa berhak, bahkan untuk sekedar bersimpati. Nita tidak merasa berhak, untuk menenangkan anak siapa pun. Nita tidak merasa pantas, untuk menjaga siapa pun. Rasanya gagal, dan itu semua adalah salah dirinya sendiri.

"Teh!" Panggilan Rian seketika menyadarkan Nita dari posisinya yang sejak tadi membiarkan keran wastafel menyala, membasahi bilah pisau yang sejak tadi dipandangi dengan tatapan kosong.

"Udah motongnya? Sini aku aja yang lanjut." Kata Rian lembut sambil dengan perlahan mengambil alih benda di tangan kakaknya. Nita tetap diam tak bergeming, hanya air matanya yang terus-terusan mengalir. Rian mematikan keran air dan kompor, sementara Nita masih menangis dalam diam.

"Capek ya Teh? Mau tidur?" Kata Rian sambil merangkul kakaknya, Nita cuma bisa mengangguk sambil sesegukan. Tangis di luar masih terdengar, dan kedua tangan Rian perlahan menutup telinga kakaknya itu sambil membawanya menuju kamar tidur.

"Teh, meuni asa keur kakaretaan." Canda Rian, tapi Nita tetap diam. Rian membawa kakaknya duduk di kasur, lalu menyandarkan kepala Nita ke bahunya setelah duduk di sampingnya. Tangannya perlahan mengusap-ngusap punggung Nita.

"Tarik napas...buang." Kata Rian berulang-ulang sampai tiga kali, Nita menurutinya sampai mulai tenang.

"Aku ambil minum dulu ya Teh, diem tunggu di sini." Kata Rian sambil meninggalkan kakaknya menuju dapur.

Nita merasa kepalanya amat pusing, pikirannya selalu berputar ke saat momen kehilangan itu terjadi. Bagaimana sakitnya, perihnya, dan sedihnya. Bahkan rasa sakit pendarahan pasca kejadian itu tertutupi oleh rasa sedihnya. Nita bahkan masih bisa merasakan jelas perutnya yang waktu itu mulai membulat, tapi mengempis seketika. Usahanya selama berbulan-bulan, do'anya, pengorbanannya, hilang dalam hitungan jam saja, bahkan menit. Nita merasa seperti dikhianati oleh semesta, tapi selalu kembali berbalik pada dirinya sendiri. Ini salahnya sendiri, harusnya ia berusaha lebih keras menjaganya.

LEVEL UP! (Gamal & Ezra next chapter of life)  [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang