Nita memejamkan mata merasakan sapuan lembut air di atas kepalanya. Terasa tangan dengan jemari panjang itu mengusak rambutnya di atas. Sesekali bahkan mengusap wajah Nita dari air yang berbusa, memastikan istri cantiknya tidak membuka mata dan merasa perih. Ezra memijat-mijat kepalanya pelan seraya membilas.
"Udah bersih. Mau pake conditioner?" Tanya Ezra sambil membasuh tangannya sendiri.
"Mau."
Ezra tersenyum hangat, tangannya meraih botol di samping keran shower. Tangannya dengan telaten memakaikan cairan itu ke rambut Nita, melapisinya sampai ujung rambut. Nita tersentuh, gestur tangan Ezra terlalu lembut sampai rasanya bikin mau nangis.
"Mas, maaf ya. Harusnya aku bisa mandi sendiri." Ezra ngehela napas, bosen karena istrinya akhir-akhir ini selalu minta maaf. Bahkan pada sesuatu yang bukan salahnya.
"Kamu tadi berdiri aja udah gemeter kakinya? Masih yakin mau mandi sendiri?" Nita mendengus merasa malu, Ezra ketawa pelan.
"Mas, kepala kamu masih sakit?" Tanya Nita hati-hati, Ezra menggeleng pelan.
"Udah ngga terlalu kok. Aku baru tau masa."
"Baru tau apa?"
"Kalo kamu mainannya jambak-jambak." Ucap Ezra dengan nada merajuk.
"Udah sih mas, jangan ledekin aku terus." Rengek Nita sambil memejamkan mata, menikmati pijatan lembut di kepalanya.
"Hahaha iya sayang, maaf." Tadi pagi waktu Ezra bangun, kepalanya lumayan sakit. Terus pas inget penyebabnya, eh malah ketawa sendiri.
Ezra memberikan pijatan lembut terakhir di kepala Nita, lalu membilas rambut istrinya sampai bersih seraya menyisirnya dengan jari. Lalu Ezra menjepit rambut istrinya ke atas. Tangannya menyempatkan untuk mencubit pipi Nita pelan, kelewat gemas. Nita membuka matanya dan menemukan Ezra menyodorkan botol sabun cair bersama shower puff nya yang berwarna oranye.
"Mau sendiri atau sama aku?"
"Sendiri!"
Ezra ketawa terus ngasih botol sabunnya beserta alat mandinya. Lalu mengamati istrinya yang sedang membersihkan tubuhnya dengan sabun. Ezra menyandarkan tangannya di pinggir bathub, lalu menghembuskan napasnya pelan. Tadi Ezra menggendong Nita ke sini setelah mandi, tadinya cuma mau nganter aja tapi berakhir kayak gini. Maklum, Nita lagi ngga begitu kuat berdiri sekarang.
Ngeliat kondisi mood istrinya membaik sekarang, Ezra merasa nemu waktu yang tepat buat bertanya. Pertanyaan yang selama ini menggantung di ujung bibirnya.
"Ay, kamu jujur ya sama aku." Nita sempet menghentikan gerakannya, lalu kembali menyabuni tubuhnya sambil duduk di dalam bathtub nyaris tak berair itu.
"Iya, apa mas?" Jantung Nita berdebar, pasti mau bahas itu.
"Kamu tiba-tiba mau punya anak, gara-gara Bude?" Nita bener-bener berhenti bergerak sekarang.
"Jujur aja sayang, Bude ngomong apa aja sama kamu?" Nita menggigit bibirnya, merasa takut apa respon suaminya kalo udah berkata jujur.
"Bude bilang, aku ngga bisa punya anak kalau masih kerja." Jelasnya singkat, Ezra ngangguk. Udah menduga kalo awalnya pasti begini, dalam hati juga merutuki kenapa mulut Bude nya seperti itu. Nita ini terlalu perasa, sedikit aja kalimat ngga enak dan itu akan terngiang terus di telinganya dalam waktu yang lama.
"Aku udah bilang wes ngga usah didengerin. Bude emang kalo ngomong suka begitu, nanti juga capek sendiri. Kamu santai aja ay, jangan dibawa pikiran."
KAMU SEDANG MEMBACA
LEVEL UP! (Gamal & Ezra next chapter of life) [✔]
FanficAnother bridge, a level up This is a lokal AU, a sequel from Gamal & Ezra Story. The cast name belongs to @lokalsvt on twitter. WARNING: Bahasa Semi Non-Baku