Kayla perlahan-lahan mulai membuka matanya. Dia memegangi pelipisnya yang terasa sedikit pusing. Diedarkan pandangannya ke penjuru kamar, namun dia terpekik saat tersadar kalau dia bukan di kamarnya. Dia pun menggelengkan kepalanya saat kejadian semalam tiba-tiba terlintas di pikirannya.
Buru-buru dia menoleh ke samping untuk memastikannya. Dia berdoa dalam hati semoga tidak ada siapa-siapa dan berharap yang semalam hanyalah mimpi. Namun, sangat disayangkan karena yang semalam benar-benar nyata. Buktinya laki-laki itu masih ada di sampingnya dan tidur hanya dengan bertelanjang dada.
"Bodoh! Gue bodoh banget!" lirih Kayla. Air mata turun membasahi pipinya. Dia tidak habis pikir mengapa bisa-bisanya semalam dia melakukan itu. Bahkan dengan laki-laki yang sama sekali tidak dikenal.
Kayla turun dari atas tempat tidur dengan melilitkan selimut di tubuhnya. Dia meringis saat melihat bercak darah ada di seprai berwarna putih itu. Tanda kesuciannya telah terenggut. Dengan cepat dia memungut pakaiannya yang berserakan di lantai lalu memakainya. Kemudian dia langsung keluar dari kamar itu.
Kayla melangkah dengan menahan nyeri di pangkal pahanya. Namun, nyeri di hatinya terasa lebih sakit. Bisa-bisanya semalam dia membiarkan laki-laki itu menyentuhnya begitu saja. Tapi Kayla sadar kalau ini juga karena kebodohannya sendiri. Andai saja dia tidak menerima ajakan Aurel untuk datang ke klub itu dan minum, mungkin semuanya tidak akan terjadi. Tapi apalah daya, semuanya sudah telanjur.
Kayla menyetop taksi untuk mengantarnya pulang. Dia menghapus air matanya secara kasar. Dia tidak ingin Ayah dan Bundanya mengetahui hal ini. Cukup menjadi rahasianya saja.
"Mampir ke apotek sebentar, Pak," ujar Kayla ke sopir taksi itu. Dia turun untuk membeli obat pencegah kehamilan. Semoga saja obat itu bisa membantu. Kayla sadar betul kalau semalam laki-laki itu tidak menggunakan pengaman dan malah mengeluarkan benihnya di dalam. Maka dari itu dia sengaja membeli obat agar tidak hamil. Karena dia tidak sanggup melihat kekecewaan Ayah dan Bundanya jika mengetahui apa yang terjadi padanya.
"Maafin Kayla." Kayla mengambil 2 butir obat itu dan langsung meneguknya. Semoga saja benih laki-laki itu belum tumbuh. Kayla tidak tahu apa yang akan terjadi kepadanya nanti. Yang jelas dia berusaha melenyapkan kenangan tentang apa yang terjadi tadi malam.
Kayla bahkan tidak tahu harus bersikap seperti apa kepada kekasihnya nanti. Dia merasa hina dan kotor. Tubuhnya telah terjamah oleh laki-laki yang entah siapa.
Kayla menangis di dalam kamar mandi dan menumpahkan tangis sepuasnya. Dia mengguyur tubuhnya untuk menghilangkan jejak sentuhan laki-laki semalam. Namun, dia berjanji setelah ini tidak akan menangis lagi. Dia harus kuat. Harus!
Ayah dan Bundanya tidak perlu tahu apa yang terjadi padanya. Urusan dia kehilangan keperawanan, nanti dia akan jujur kepada Abizar jika saatnya tepat. Dan apapun hasilnya dia akan terima. Karena ini memang risiko dari kesalahannya.
***
Kayla turun dari kamarnya untuk menemui Bundanya. Dia mengecup pipi Shilla seperti biasa. Lalu dia pun duduk di sebelah Bundanya itu.
"Semalam kemana aja Kay? Kok pulangnya pagi?"
"Kayla nginap di rumah Aurel, Bunda. Soalnya pestanya sampai larut." Kayla merutuki dirinya yang sudah bisa berbohong kepada Bundanya itu. Jujur dia merasa bersalah. Apalagi jika seandainya Bundanya tahu apa yang sudah terjadi.
"Ya udah, tapi nanti kalau mau nginap lagi bilang Bunda sama Ayah dulu ya, biar kami gak khawatir," pesan Shilla. Diusapnya lembut rambut Kayla.
"Iya Bunda, maafin Kayla."
"Iya sayang."
Kayla merasa benar-benar berdosa karena sudah membohongi semua orang. Tapi mau bagaimana lagi, nasi sudah menjadi bubur. Dan keperawanannya sudah direnggut laki-laki itu. Bodohnya lagi Kayla tidak tahu siapa nama laki-laki itu, apa pekerjaan dan lain-lainnya. Semoga saja dia tidak hamil, sehingga dia tidak perlu berurusan dengan laki-laki itu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAPPED BY LECTURER (REPOST)
عاطفيةWarning 21+ Cerita ini bermula ketika Kayla dipaksa ikut untuk merayakan ulang tahun salah satu temannya yang diadakan di club malam. Pada awalnya dia menolak untuk ikut, namun teman-temannya memaksa. Hingga akhirnya dia menjajakan kakinya di tempat...