2.What the..?

110K 4.5K 58
                                    

Kayla kembali ke ruang fakultas. Bu Alea yang melihat kedatangan Kayla pun mengernyitkan keningnya. Dia menghampiri Kayla lagi.

"Ada perlu lagi?"

Kayla mengangguk. Dia bingung nama panggilan dosen pembimbingnya tadi siapa. Apakah pak Alby? Felix? Atau pak Diaz? Ketiga kata dari nama dosennya itu semuanya bisa dijadikan nama panggilan.

"Maaf sebelumnya, Bu. Saya mau nanya. Kira-kira ruangan pak Alby Felix Ardiaz itu di mana ya bu?" Dari pada salah, Kayla pun memutuskan untuk menyebut nama lengkapnya saja.

"Oh Pak Felix, beliau ruangannya ada di kantor dekan lantai dua. Bersebelahan dengan ruangan Pak Anjar. Kamu tau kan?"

"Iya, Bu, saya tau. Makasih ya, Bu." Kayla mengangguk karena dia pernah mengambil mata kuliah yang diampu oleh pak Anjar. Dan dia pernah menyerahkan tugas ke ruangan dosen itu. Jadi pastinya dia tahu ruangan di sebelahnya.

"Nah ini kebetulan ada Pak Felix, dosen pembimbing skripsi kamu."

Mendengar perkataan Bu Alea itu, Kayla langsung membalikkan badannya. Matanya terbelalak begitu melihat siapa yang ada di hadapannya saat ini. Dunianya terasa runtuh seketika. Orang yang paling tidak ingin ditemuinya tiba-tiba ada di hadapannya. Bahkan yang lebih gilanya lagi dia adalah dosen pembimbing Kayla. Dialah laki-laki yang menghabiskan malam bersama Kayla.

"Ini Mikayla Zihan Bagaskara, Pak, mahasiswi bimbingan skripsi Bapak. Pindahan dari bimbingan Pak Bahri."

Kayla bahkan tak begitu memperdulikan ucapan Bu Alea. Dia berpegangan di sisi meja karena tubuhnya yang gemetaran.

'Dia? What the... Hell!

Kayla mengumpat dalam hati. Bisa-bisanya dari sekian banyak manusia di muka bumi. Mengapa harus laki-laki yang merenggut keperawanannyalah yang menjadi dosen pembimbing skripsinya.

Kayla mencoba menatap wajah laki-laki itu. Dia ingin mengetahui reaksi laki-laki itu saat bertemu dengannya. Namun. dia tidak bisa membaca arti tatapan laki-laki yang sialnya adalah dosen pembimbingnya itu.

Kayla tidak tahu harus bersikap seperti apa. Di satu sisi dia ingin menghindari laki-laki itu dan melupakan apa yang pernah terjadi di antara mereka. Tapi di sisi lain, hal itu tidak mungkin terjadi. Karena bagaimana dia bisa menghindar jika laki-laki itu merupakan dosen pembimbingnya. Paling tidak dia harus berurusan sampai skripsinya telah selesai disidangkan dan revisi. Dan tentunya hal itu tidaklah secepat keinginannya.

"Oh,"

Kayla menaikan alisnya melihat tanggapan Felix yang hanya berupa kata oh saja. Namun dia seperti bisa melihat tatapan mata Felix terasa begitu tajam dan menusuk. Kayla bahkan harus menelan ludahnya begitu merasakan aura negatif. Entah mengapa dia merasa kalau bimbingannya tidak akan berjalan mulus kalau dosennya adalah laki-laki itu.

"Kamu bisa temui saya di ruangan jam 12 nanti," ujar Felix kepada Kayla.

Kayla pun hanya bisa menganggukan kepalanya. Dia meremas jari-jari tangannya membayangkan seperti apa hari-harinya ke depan setelah tahu kalau dosen pembimbing skripsinya adalah laki-laki yang telah mengambil keperawanannya.

'Sial! Kenapa harus dia?'

Kayla keluar dari ruang Fakultas dengan pikiran yang berkecamuk. Ingin rasanya dia kembali ke dalam dan minta diganti dosen pembimbing. Tapi apa alasannya? Karena pihak Fakultas tidak mungkin mengganti dosen pembimbing yang telah ditetapkan jika tidak ada permasalahan apapun. Sedangkan Kayla tidak mungkin menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.

"Sial!!!" desis Kayla. Hanya karena kesalahan semalam itu kini nasibnya di pertaruhkan.

***

Kayla dengan malas melangkahkan kakinya menuju ruangan Felix. Andai dia boleh memilih sebenarnya dia tidak ingin menemui laki-laki itu. Tapi apa boleh buat, mau tak mau dia harus bertemu dengan dosen pembimbingnya itu juga.

TRAPPED BY LECTURER (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang