nem

800 125 214
                                    

"Ma...," Jeje mendekat ke arah mama nya yang sedang menata baju nya di Almari.

"Ada apa..?" Sahut mama nya masih fokus dengan pekerjaan nya.

"Mama gak ada niat ngajak Jeje main ke mana gitu? Mumpung Jeje lagi bosen di rumah aja." Kata si anak menopang dagu menatap mama nya.

"Main aja pikiran mu, Je. Emang besok tidak ada pr?" Tanya Hyunjin.

"Ada pr matematika, Ipa, sama bahasa Inggris sih."

"Ya daripada main kamu kerja kan pr mu itu aja. Banyak kan itu..,"

"Udah selesai dong pr nya Jeje. Aku kan cucu nya Albert Eistein. Pr segitu mah kecil." Sombong si kecil.

Memang dia ini suka sekali berkata kata besar seperti ini. Kalimat nya pun sebenar nya tidak lah cocok jika terlontar dari bibir anak seusia nya. Terlalu dewasa dan kasar.

"Yakin kalau jawaban nya sudah betul semua?"

"Yakin seratus persen.., ih... lagian mama kok banyak nanya sih?! Ayo jalan, Ma....!!! Jeje gabut banget...," Si bocah itu merengek minta dituruti permintaan nya.

"Maksa kamu..., mama mager.., mau rebahan...,"

"Ciihh.., dasar kaum rebahan..!!" Gerutu Jeje kesal karena penolakan mama nya.

"Hush.., kamu ini ya, jangan kebiasaan kayak gini! Gak sopan nama nya..!" Tegur Hyunjin yang merasa kata kata anak nya ini memang terkadang terlalu melunjak.

Masalah ini memang terkadang membuat Hyunjin menjadi merasa rendah diri. Dan terasa gagal menjadi orang tua yang tak mampu mendidik anak nya dengan baik. Dia tahu diri nya memang masih banyak kekurangan. Apalagi masalah tentang mendidik anak. Dia itu terlalu awam sebenar nya. Masih banyak yang belum ia ketahui. Faktor nya tentu saja dulu diri nya memiliki Jeje tanpa persiapan. Ya jadi diri nya masih belum siap menjadi orang tua di usia muda. Tidak tahu apa saja yang harus di lakukan. Ditambah lagi diri nya yang single parents. Tentu ini sangat berpengaruh terhadap pola perkembangan Jeje selama ini.

Jika kalian berpikir apa yang salah dengan Jeje? Dia anak yang pandai dan membanggakan. Untuk kata kata nya mungkin karena masih kecil jadi terkadang ceplas ceplos. Jadi masih bisa dimaklumi. Nanti juga kalau dewasa tahu sendiri bagaimana cara nya bersikap. Bukankah itu malah terkadang terlihat lucu? Masih kecil tapi kata kata nya kayak orang dewasa.

Oh.. jika kalian berpikir semacam itu maka selamat anda sekalian telah berhasil mencetak generasi pembangkang yang sesungguh nya. Segala sesuatu yang dibiasakan itu tidak akan mudah untuk dirubah. Apalagi ini mengenai sifat seorang anak. Jika sudah sedari kecil dibiarkan begal begitu. Jangan harap jika dewasa nya tidak akan begal juga. Ya mungkin ada sifat kecil nya nakal tapi justru dewasa nya alim. Memang ada kok, tapi itu butuh bimbingan bimbingan dan presentase nya yang berubah sendiri itu kecil.

Oleh sebab itu jangan remeh kan dalam mendidik anak seperti ini. Mungkin terdengar sepele. Nyata nya itu akibat nya tak sesimpel itu. Jeje mungkin banyak mendapat kasih sayang selain dari mama nya. Masih ada Jaemin dan keluarga pria itu yang melimpah kan berpuluh puluh kasih sayang juga cinta.

Tapi untuk pendidik nya ya hanya mama nya saja. Seharus nya memang ada sosok papa yang membantu mengimbangi mama nya. Tapi nyata nya dia tidak tahu siapa papa nya. Mama nya yang selalu menghindar jika dia membahas tentang sosok papa nya. Terkadang membuat diri nya muak sendiri. Ia tahu diri nya masih kecil. Tapi otak nya tak sekecil itu asal kalian tahu. Ia sudah mengerti banyak hal. Mungkin aneh bila mereka para orang dewasa menganggap remeh pemikiran nya. Nyata nya diri nya jauh lebih pemikir ketimbang mereka. Harus nya mereka malu karena itu.

"Iya.. iya, Ma. Jeje minta maaf, tapi ayo keluar jalan jalan. Biar menghirup udara segar. Di rumah pengap banget...," Jeje yang masih ngotot ingin keluar.

"Tetap aja maksa ya.., anak siapa sih?"

"Anak mama lah..!!" Pekik Jeje agak nyolot.

.








.







.






.




.





.





.







.

"Tuk..."

Sebuah bola menggelinding mengenai kaki seorang pria lansia yang duduk bersama istri nya di kursi taman. Pria tua itu memegang bola itu.

"Maaf ya Kek.., aku gak sengaja." Tak lama kemudian seorang bocah lelaki menghampiri mereka berdua.

"Tidak apa apa, Cu." Jawab pria tua itu mengembalikan bola nya.

"Terima kasih..," Anak itu berucap.

"Kamu sendirian, Cu?" Tanya si kakek.

"Tidak.., tadi sama mama. Tapi mama tadi bilang masih ngangkat telepon dulu, Kek."

"Boleh kakek ikut bermain sepak bola nya?"

"Ayo.. Ayo.., aku juga tidak punya teman bermain, Kek." Anak itu mengajak sang pria tua bermain dengan bola nya.Mereka berdua akhir nya bermain sepak bola dengan semangat.

"Yah.., bola nya ke tendang jauh sekali. Aku ambil dulu ya, Kek." Kata bocah itu berlari mengejar bola nya.

"Hati hati, Cu." Pesan si kakek.

"Dia lucu sekali ya, Bu. Jika putra kita  punya anak. Pasti kita akan segera bisa bermain dengan cucu kita. Andai saja dia cucu kita." Ucap si kakek kepada istri nya.

Diri nya terlihat sendu mengingat putra nya yang sudah menikah lama itu belum juga dapat memberikan mereka momongan. Padahal sudah banyak teman nya yang memiliki cucu bukan hanya satu saja. Sedangkan diri nya satu pun tak ada.

Kapan dia bisa menimang cucu kalau anak tunggal nya itu masih belum memberikan cucu? Dia sudah berumur enam puluh tiga tahun sekarang. Seharus nya waktu tua nya ini ia habiskan bersama cucu nya. Bermain main dan ikut bercanda tertawa bersama.

"Jeje..., kamu di mana sayang..!!! Jangan buat mama khawatir..," Seorang pria muda terlihat kelimpungan memanggil manggil nama seseorang.

Si istri menegang mendengar suara tujuh tahun lalu yang menghantui nya. Suara milik seseorang yang membuat diri nya merasa amat sangat bersalah.

"H—Hyu——Hyunjin...." Dia tercekat mengucap kan nya.

"E..." pria muda itu menoleh terkejut mendengar seseorang menyebut nama nya.

"Nyonya Han...," Pekik Hyunjin tertahan. Wajah nya perlahan berubah menjadi tidak mengenak kan melihat wanita itu. Karena ya beliau ini dulu pernah dengan sangat kejam nya merendahkan diri nya. Padahal jelas jelas anak nya telah merusak diri nya. Malah wanita itu seolah olah menutup mata. Dan malah menyalah kan nya.

"Kau mengenal istri ku, nak?" Tanya si kakek ramah.

"Ah..., itu....," Hyunjin bingung mau menjawab bagaimana.

"Loh.., mama??!! Kenapa bisa di sini?!" Tanya anak kecil itu yang telah mengambil bola nya.

"Ini mama kamu, Cu?" Bingung si kakek. Pasal nya walau terlihat cantik dan suara nya lembut begitu dia yakin bahwa yang di depan nya ini seorang pria bukan wanita.

"Iya.., Kek. Kenalin ini mama ku, cantik kan?! He... He.. He..," Kata si bocah.

TBC

Hai sayangku..
Mam up lagi..
Gimana kabar nya?
Masih setia rebahan di rumah?
Sama aja sih 🤭🤭
Moga masih tetep sehat selalu.

Ini book cerita nya yang baru alur nya udah saia majukan banget biar cepet kelar😉

Jangan lupa ramaikan komen nya,
Sekian dan bubay dulu..❤😘❤

ENKELOUERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang