Seorang wanita berjalan cepat dengan langkah kecil milik kakinya yang pendek, sebuah kertas tergulung sempurna di tangan kanannya sementara tangan kirinya mengepal seperti dengan melakukan hal itu langkahnya bisa berubah menjadi lebih panjang. Rambut ekor kudanya meliuk-liuk liar sementara poninya bergoyang seirama dengan hentakan kakinya.
"Olyn" mendengar namanya di panggil ia menoleh ke sumber suara. Di arah jarum jam sembilan Ian melambai sambil tersenyum padanya. Senyuman yang selalu menenangkan untuk Olyn.
Ian adalah salah satu pria terbaik di tempat kerjanya, sebuah perusahaan otomotif perakitan motor. Ian banyak memberikan bantuan kepada Olyn dan selalu menjaganya dari pria-pria nakal disini, setidaknya begitulah yang dipikirkan Olyn.
"Dari luar An?" Olyn melihat peluh Ian yang cukup banyak di pelipisnya.
"Iya ada urusan tadi sama supplier" Ia memberikan kode untuk kembali melanjutkan perjalanan menuju ruang meeting utama di factory.
Hampir saja Olyn lupa tujuannya terburu-buru, ia sudah telat menuju upacara singkat penyambutan Head of Departement Engineering baru yang notabene menjadi atasannya dan Ian nanti.
Ia dan Ian langsung panik mempercepat langkah mereka ketika meeting room factory yang berlapis dinding kaca itu sudah di penuhi dengan orang-orang.
"Cepet Lyn" perintah Ian yang sebenernya tidak penting juga karena tanpa diperintah Olyn sudah sadar diri meningkatkan ritme langkahnya.
"Iya iya iya" Olyn langsung membuka pintu meeting room factory dan melesat masuk disusul Ian di belakangnya.
Ia bersungut duduk di kursi kosong terdekat dan Ian duduk sedikit lebih jauh darinya karena hanya itu kursi yang tersisa. Olyn melempar senyum pada Ian, mereka puas karena sang penguasa baru belum sampai. Sejauh ini situasi aman.
Tidak lama Head of Departement HR berjalan bersama seorang pria muda memasuki meeting room factory.
Tunggu, Muda?
Semua mata di ruangan melotot serempak melihat sosok pria muda, tampan dan gagah itu yang melempar seulas senyum tipis ketika Pak Erwin HoD HR memeperkenalkannya.
"Kenalkan ini Pak Irza. Beliau yang akan menjadi Head of Departement Engineering yang baru" tutur Pak Erwin.
Olyn menelan ludahnya, ia tidak begitu suka dengan pria tampan tapi tampannya Pak Irza benar-benar enak di pandang. Lain sekali dengan mantan atasannya yang sudah pensiun kemarin, pria tua yang perutnya gendut dan rambut sudah botak separuh. Belum lagi sikap galaknya yang minta ampun, Olyn mengibas kenangan buruknya dengan mantan atasannya Pak Iwan. Semoga saja Pak Irza seramah dan semanis senyumannya.
"Lyn...Ibu Olyn!!!" Suara Pak Erwin membuat Olyn gelagapan.
"Ya Pak?!" Olyn membulatkan matanya sambil berdiri panik.
Seisi ruangan cekikikan dan senyum-senyum ngeledek melihat tingkah Olyn yang kaget dengan ekspresi lucu tergambar jelas di wajahnya yang merah padam malu.
Olyn mengigit bibirnya, ia baru sadar bahwa ia sudah bertindak teramat bodoh dan memalukan.
"Maaf Pak" Olyn menundukan kepalanya, sambil berpikir apa yang sebenarnya tadi terjadi selama ia melamun.
"Kayanya Ibu Olyn lagi ga fokus Pak Irza" Pak Erwin tertawa aneh melirik Irza yang hanya hanya menghembus nafas dengan senyuman.
"Maaf Pak Irza, saya Olyn yang bertanggung jawab di production engineering khusus export" tutur Olyn dengan kelancaran akibat kepanikan.
"Oh" ucap Irza hampir tanpa suara kemudian mempersilahkan Olyn duduk dengan gerakan tangan kananya menunjuk kursi.
Olyn tanpa babibubebo langsung menempelkan bokongnya ke kursi. Ini pertemuan pertama yang sungguh memalukan. Ia sudah berhasil membuat dirinya tampak sangat bodoh di depan bos baru. Very Good Lyn, Jangan berharap banyak appraisal nanti dapat bagus.
YOU ARE READING
LoveLyn
ChickLitOlyn bukannya tidak percaya cinta, ia hanya tidak percaya diri bisa mendapatkan cinta setelah semua kegagalannya. Sementara ibunya meminta ia segera menikah padahal pacar saja tidak punya, membuat Olyn membenci cinta. Meskipun diam-diam Olyn mengagu...