lovelyn - 13

54 9 0
                                    

Jika membunuh dihalalkan mungkin Olyn sudah membunuh Irza sekarang juga. Olyn cape seharian kerja di lapangan karena semua harus berdasarkan aktual bukan sekedar kumpulan data. Badan Olyn lengket bukan main dengan keringat. Rambutnya sudah acak-acakan dan bajunya kotor juga kusut. Olyn melakukan semuanya karena Irza meminta semuanya selesai hari ini tapi setelah Olyn melaporkan semua hasil kerjanya Irza hanya mengibaskan tangannya. Pria itu sedang sibuk menatap layar laptopnya dengan kening berkerut. Beberapa hari ini Irza memang kembali bersikap menyebalkan. Seorang bos yang suka memerintah seenaknya tanpa peduli bahwa anak buahnya adalah seorang wanita yang meskipun kuat tetap memiliki batasan-batasan.

Perut Olyn seharian sakit karena nyeri haid tapi ia bahkan tidak sempat beristirahat di klinik dan hanya minum obat penahan nyeri. Semua demi pekerjaan yang di perintahkan Irza. Olyn tidak ingin pria itu masih berpikir bahwa ia bodoh. Irza harus tahu kemampuan Olyn yang sebenarnya. Sebuah pengakuan Irza menjadi teramat penting oleh Olyn sekarang.

Tapi lihatlah, dengan emosi yang tidak stabil dan stamina yang berkurang, Olyn masih harus menghadapi sikap menyebalkan Irza.
"Ada perubahan Lyn. Kamu cek aja email kamu dan mulai kerjain itu. Yang tadi ga perlu kamu lanjutin. Kalau ada yang kurang jelas baru kamu tanya."

Ga perlu di lanjutin? INI UDAH SELESAI HEY!!!

Olyn mengeram di tempatnya dengan tangan terkepal. Ingin sekali mematahkan leher Irza lalu memelintirnya sampai putus dan menjadikannya gantungan kunci.

"Tapi pak...."

"Kembali ke meja kamu dan mulai kerjain." Sergah Irza lebih cepat dari pada penjelasan Olyn yang belum tuntas.

"Besok pak. Ini udah mau jam pulang." Olyn melirik jam di tangannya sambil menghentakan kaki lalu berputar.

"Kamu lembur aja." Timpal Irza tidak peduli. "Saya butuh hari ini."

"Hah?! Tap..Tapi pak..." Olyn ingin segera melompat lalu memukul kepala bosnya itu dengan sepatu safety-nya.

Oh Tuhan. Ia ada janji makan malam berdua dengan Ian.

Irza melirik Olyn sambil mengibaskan tangannya lagi. "Cepet kamu kerjain. Nanti saya yang antar kamu pulang."

"Itu ga akan selesai dalam waktu singkat pak." Keluh Olyn.

"Gimana mau selesai kalau kamu malah berdebat disini dan bukan mulai kerja Olyn!!" Irza mengebrak mejanya dengan dramatis meskipun tidak keras tapi tetap saja berhasil membuat Olyn terlonjak kaget.

Olyn cuma bisa mengaduh dalam hati. Irza sudah tidak dapat di bantah, bos selalu benar. Dan Olyn benci hal ini karena ia terpaksa menuruti Irza demi pembuktiannya. Batallah sudah harapan Olyn untuk makan malam romantis berdua dengan Ian.

Setelah sampai di mejanya ia melempar pandangan penuh permintaan maaf pada Ian. Pria itu mengerutkan keningnya sambil mengangkat sedikit bahunya. Olyn mengetik beberapa kalimat penjelasan untuk Ian pada aplikasi whatsapp. Sambil mengerutkan bibirnya penuh rasa kecewa melirik Ian dari kubikelnya. Ian berdecak di tempatnya sambil melirik kesal ke arah Irza. Tapi ia menenangkan hati Olyn dengan membalasnya dengan kata-kata yang lebih manis.

- Ian -
It's ok. Kita bisa dinner besok. Apa kamu mau aku tungguin biar bisa pulang bareng?

- Olyn -
Aku ga tau pulang jam berapa ini ga mungkin bisa selesai cepat. Kamu pulang aja. Aku ga apa-apa.

- Ian -
Pekerjaan apa sih? Mau aku bantu?

Olyn tersenyum membacanya. Ian memang lelaki yang paling baik yang pernah di kenalnya. Selain Agil dan Bapaknya tentunya. Olyn ingin sekali mengiyakan tawaran mengiurkan dari Ian tapi ia tidak ingin memanfaatkan hubungan percintaan mereka untuk ranah profesional seperti ini. Lagi pula Irza akan menganggapnya remeh jika nanti Ian membantu pekerjaannya. Bukan itu yang Olyn inginkan. Jadi tentu jawabannya tidak.

LoveLynWhere stories live. Discover now