Irza tidak main-main dengan ucapannya sejak pagi Olyn sudah bolak balik meja atasannya itu untuk melaporkan segala perkerjaannya dan mendiskusikan project baru yang akan datang. Anehnya kenapa cuma Olyn yang di kejar tayang, padahal masih ada empat anak buahnya yang lain yang juga harus di perlakukan adil. Olyn merasa Irza menyiksanya sendirian sementara teman-temannya yang lain bisa duduk nyaman di kubikel mereka.
"Udah berapa kali saya bilang, kenapa masih ga ngerti juga?" Irza melemparkan sebindel kertas laporan project Olyn.
Susah payah dia ngantri ngeprint laporan itu karena bosnya malas baca via power point dan excel tapi ujung-ujungnya laporannya cuma di lempar gitu aja.
Olyn mengambil laporannya sambil, mengigit bibirnya menahal kesal.
"Tahu salah kamu dimana?" Tanya Irza dengan mengangkat alisnya tinggi.
"Maaf pak" Olyn mengambil nafas sejenak.
"Saya ga ngerti salah di bagian mananya"Sebelum mengirim laporan dan mengeprintnya, Olyn yakin sudah melakukan pengecekan ulang segalanya agar tidak cacat. Tapi Irza masih menemukan keselahan, membuat Olyn mengerutkan keningnya berpikir apa yang telah ia lewatkan.
"Saya minta apa kemarin?" Ucap Irza sambil melipat kedua tangannya.
Olyn memutar otaknya ke hari jumat dimana terakhir kali ia bertemu Irza dan membahas tugas ini. Ia tidak ingat apapun kecuali kebawelan ibunya yang meminta ia pulang dan berujung tragis. Pikirannya jadi melantur terlalu jauh kan.
Irza mengeram frustasi melihat Olyn yang masih berpikir, terlalu lama. Ia sudah lelah menunggu.
"Panggil Pak Ian" Irza mengibas tangannya ke Olyn.
Olyn langsung ambil langkah seribu panggil Ian buat menghadap bersamanya. Sekarang Olyn beneran bingung apa hubungannya Ian dengan laporannya.
Wait.
Olyn ingat sekarang.
Sial. Olyn mengumpat dalam hatinya melirik Ian di sebelahnya. Matilah dia.
"Iya Pak?" Tanya Ian santai.
"Apa Olyn diskusi sama kamu sebelum kasih laporan dia?" Irza menatap Ian tajam.
Ian yang kebingungan dengan pertanyaan Irza tentu mengerutkan keningnya, tapi ia tahu bahwa Olyn akan dapat masalah jika Ia menjawab jujur. Ian mulai mengerti keadaan bahwa Olyn sepertinya melupakan sesuatu dalam laporannya. Ia menormalkan wajahnya dan berusaha tenang.
"Sudah pak"
Olyn membulatkan matanya menatap Ian dari samping. Ia tahu Ian berbohong sekarang karena Olyn melupakan untuk mendiskusikan proses assembly kepada Ian dan hanya menuliskan apa yang ia ketahui. Olyn sangat bodoh tapi kenapa Ian malah bertindak bodoh juga dengan berbohong seperti ini?
"Kau melindunginya?" Irza melirik Olyn lalu kembali menatap Ian.
Olyn yang mau bicara dan berniat jujur langsung diremas tangannya oleh Ian. Pria itu merebut laporan Olyn kemudian tersenyum tenang.
"Saya akan perbaiki Pak laporannya" ucap Ian masih tetap tenang.
Irza tersenyum miring.
"Jadi siapa yang salah? Kamu?"Olyn melirik Ian yang masih terlihat tenang, tidak mungkin ia membiarkan pria itu di timpali kesalahan dirinya. Olyn kembali menatap Irza dan siap buka mulut.
"Iya saya yang salah Pak, saya tidak begitu memperhatikan Olyn dan membantunya dengan sungguh-sungguh" Ian meremas tangan Olyn semakin kencang, berharap Olyn mengerti kodenya agar tetap diam.
YOU ARE READING
LoveLyn
ChickLitOlyn bukannya tidak percaya cinta, ia hanya tidak percaya diri bisa mendapatkan cinta setelah semua kegagalannya. Sementara ibunya meminta ia segera menikah padahal pacar saja tidak punya, membuat Olyn membenci cinta. Meskipun diam-diam Olyn mengagu...