Ian keluar kamar mandi setelah membersihkan diri dengan secepat yang ia bisa. Angel melipat kedua tangannya dengan selimut melilit ditubuhnya. Ia memang cemburu setelah Ian langsung menghentikan segalanya begitu ada telepon dari Olyn. Sebenarnya Angel ingin berteriak pada Olyn bahwa pria itu sedang bercinta bersamanya tapi Angel tidak ingin tampak semakin menyedihkan. Ian tidak memiliki perasaan apapun untuknya selain sebuah kesenangan. Angel tidak ingin mengemis cinta Ian meskipun hatinya sakit diabaikan seperti ini.
"Apa Olyn baik-baik saja?" Alih-alih berkata kasar atau mencibir Angel justru memilih khawatir pada Olyn.
"Entahlah, tapi dia tidak terdengar baik-baik saja." Ian memakai pakaiannya. Angel melangkah mendekat kemudian merapihkan pakaian Ian sambil tersenyum samar. Ia menepuk bahu Ian menatap dua buah mata yang tidak pernah membuka untuk sebuah cinta.
"Pergilah." Angel membalikan badannya memeluk dirinya sendiri tidak sanggup melihat Ian benar-benar pergi dari sisinya lagi dan lagi.
Tidak lama terdengar suara pintu yang membuka dan helaan nafas Ian. Tidak ada kata apapun dan ia pergi begitu saja menyisakan suara pintu yang tertutup dan terdengar dingin.
Angel meringkuk di atas ranjang sambil memeluk bantal dimana harum tubuh Ian masih tertinggal disana. Entah apa yang ia cintai dari pria itu sebenarnya. Ia rela bermain api dan terbakar cemburu juga sakit hati hanya untuk bisa bersama Ian dalam ilusi yang nyata. Namun Angel tahu bahwa ia dan Ian tidak akan selamanya seperti ini. Ian sampai kapanpun tidak akan membuka hatinya untuk dimasuki siapapun. Angel tidak pernah mengerti apa yang membuat Ian begitu membenci sebuah komitmen pasti. Bagi Ian kata pernikahan seperti mimpi buruk yang harus ia tinggalkan. Angel ingin menyentuh hati pria itu dan mengobati luka apapun yang ia sembunyikan tapi Ian menjaga jarak sejauh yang ia bisa. Memenjarakan hatinya dengan tembok tinggi dan Angel tidak yakin mampu menembusnya.
Tapi Olyn? Angel tersenyum kecut. Apakah wanita naif seperti Olyn bisa memiliki kekuatan untuk menghancurkan dinding penghalang Ian? Angel tidak ingin banyak berpikir mengenai itu karena setiap nama Ian di sandingkan dengan Olyn ia terus merasa cemburu.
☆☆☆
"Hey ada apa?" Ian memeluk Olyn yang menangis begitu dirinya datang ke kosan wanita itu. Olyn hanya ingin memeluk Ian tanpa menceritakan apa yang terjadi. Bukannya Olyn tidak mau berbagi dengan kekasihnya tapi masalah seperti ini lebih baik di simpan dan membiarkan Irza, Agil juga Gladis menyelesaikannya sendiri. Olyn tidak ingin ikut campur, ia takut akan semakin terluka jika nanti melihat Agil tersakiti. Tapi apakah Agil masih mampu membuatnya terluka? Olyn sudah lama mengubur rasa cintanya pada Agil namun kenapa rasanya tetap sesakit ini. Kenapa ada rasa tidak terima di dalam dirinya mendengar Irza dan Gladis selingkuh?
"I just need a warm hug." Olyn menghirup harum tubuh Ian yang sedikit membuatnya tanang dengan wangi sabun yang begitu ia kenal. Indra penciumannya seperti pernah merasakan harum seperti ini, tapi Olyn tidak mau memikirkan itu lebih jauh. Setidaknya Ian sudah datang dan menawarkan kedamaian.
Ian mengusap rambut Olyn dan mengecupnya. "Apa si bos menyusahkan mu?" Tanya Ian lembut.
Olyn hanya bergumam dalam dekapan Ian. Tidak ingin membicarakan Irza sekarang. Cukup pikirannya saja yang di penuhi wajah memohon dan frustasi pria itu. Olyn tidak ingin menyebut nama Irza lagi, setidaknya untuk malam ini. Ia benci pria itu. Ia benci pengkhianat.
"Ehm.. oke kalau kamu ga mau cerita. Tapi kamu udah makan kan?" Ian mengeratkan pelukannya. Olyn ingin mengatakan bahwa ia bahkan belum makan malam karena sibuk mengerjakan tugasnya tapi rasa laparnya sudah musnah. Jadi Olyn hanya mendiamkan pertanyaan Ian.
"Ada wedang ronde yang enak. Kamu mau coba? Gak jauh kok dari kosan mu." Ian masih berusaha menawarkan kenyamanan meskipun bagi Olyn sebuah pelukan sudah cukup memberikannya ketenangan. Setidaknya air matanya perlahan-lahan surut meskipun wajah Irza masih bercokol di pikirannya.
YOU ARE READING
LoveLyn
ChickLitOlyn bukannya tidak percaya cinta, ia hanya tidak percaya diri bisa mendapatkan cinta setelah semua kegagalannya. Sementara ibunya meminta ia segera menikah padahal pacar saja tidak punya, membuat Olyn membenci cinta. Meskipun diam-diam Olyn mengagu...