29.10.2015 - 07.16 PM
Happy reading~♡
"Kamu mau makan apa?" Irza mendelik menatap Olyn lekat. Itu hanya pertanyaan basa basi sungguh, ia cukup terperagah dengan penampilan Olyn yang begitu manis dengan kebaya soft pink yang melekat sempurna di tubuh mungilnya yang jadi tampak melekuk indah. Lelaki normal manapun pasti setuju bahwa Olyn terlihat cantik dengan takaran yang pas.
"Sate" tunjuk Olyn ke sudut dimana sebuah tenda makanan dengan papan sate ayam mengantung di atasnya.
"Ayo kita kesana" Irza menarik tangan Olyn dengan gengaman cukup erat di tangannya.
Olyn mengikuti dengan tanpa sadar karena matanya sibuk melihat tangan Irza yang kini tertaut rapi di tangannya. Telapak tangan Irza yang jauh lebih besar dari miliknya membuat tangan Olyn bersembunyi dengan sempurna. Meskipun tidak bisa memastikannya tapi Olyn yakin bahwa tangannya sudah berkeringat. Irza membuat Olyn jadi panas dingin seketika, ia menoleh ke seluruh sudut ruangan mencari siapapun yang bisa ia pintai tolong untuk menyelamatkan dirinya dari Irza.
Semua temannya sibuk menyantap makanan dan bersenda gurau satu sama lain. Sementara ibu dan bapaknya entah kini berada dimana. Seharusnya Olyn mengikuti firasatnya untuk bersantai di rumah dari pada menghadiri pernikahan Agil. Pernikahan mantan gebetan selalu membuat Olyn merasa sial dan kesal. Lalu ini adalah yang paling buruk, untuk apa ia bertemu dengan Irza disini secara kebetulan. Membuat Olyn mengeram mengasihani nasib buruknya.
"Kamu kenapa? Sakit?" Irza meletakan tangannya yang lain di kening Olyn. Barisan alisnya yang rapi jadi mengkerut indah di tengah.
"Gak apa apa pak." Olyn menepis tangan Irza dan menarik tangannya dari genggaman pria itu.
Irza tampak marah, Olyn sudah hafal wajah marah pria itu lebih baik dari wajah marahnya sendiri. Selama Irza menjadi bosnya ia sudah terlalu sering di marahi sehingga ketika ia melihat Irza mengatupkan rahangnya dengan keras sampai pipinya yang tirus itu bergetar, pasti pria itu sedang marah. Matanya pun menatap tajam sampai rasanya Olyn tidak mau menatap balik mata itu karena takut teriris.
"Udah aku bilang jangan panggil pak. Kamu juga udah setuju kan?" Suara berat Irza di tekan sedalam mungkin. Mendengarnya saja membuat Olyn merinding mengingat dirinya seperti sedang berada di kantor.
"Iya maaf. Lupa" Olyn langsung maju mendekat ke arah sate yang di incarnya. Ia tidak mau di tatapi Irza sampai nanti badannya jadi teriris sadis.
"Jangan diulang" Irza merangkul Olyn sejenak ketika mengatakan hal tersebut tepat di telinganya. Membuat leher Olyn yang terbuka mampu merasakan hembusan hangat nafas pria itu.
"Siap" Olyn mengangguk sambil mengelus lehernya menyingkirkan sengatan aneh yang merupakan efek dari hembusan nafas Irza.
Akhirnya Olyn dan Irza makan sate mereka sambil diam namun tetap saling melirik satu sama lain. Meskipun delapan puluh lima persen lebih banyak Irza yang melirik Olyn dan Olyn sembilan puluh persen lebih sering mengalihkan pandangannya ke sisi lain asalkan bukan Irza.
"Lyn. Ayo pulang" suara ibunya membuat Olyn langsung bersemangat. Ia langsung menyingkirkan makanannya dan berpindah tempat kesebelah ibu dan bapaknya.
Syukurlah.
Puji syukur Olyn panjatkan karena ibunya sudah menyelamatkan dia dari mahluk menyeramkan seperti Irza.
"Kalian naik apa?" Irza juga meletakan makannya dan memasang wajah penuh perhatian.
"Kami naik taksi" ucap ibunya polos. Olyn langsung melirik bapaknya berharap segera menarik pergi ibunya sebelum hal yang Olyn tidak harapkan terjadi akan kejadian.
YOU ARE READING
LoveLyn
ChickLitOlyn bukannya tidak percaya cinta, ia hanya tidak percaya diri bisa mendapatkan cinta setelah semua kegagalannya. Sementara ibunya meminta ia segera menikah padahal pacar saja tidak punya, membuat Olyn membenci cinta. Meskipun diam-diam Olyn mengagu...