30.10.2015 - 10.17 PM
Hope you like it~♡
Olyn langsung menarik tangan Irza kasar, meskipun kedua orang tuanya masih memandangi mereka dengan wajah bingung harus berekspresi apa. Irza meringis seperti tangan Olyn mampu menyakiti dirinya saja, binar mata Irza masih terpancar menatap Olyn dan kedua orang tuanya. Olyn membawa pria itu ke teras rumahnya dan langsung mengarahkan telunjuknya ke jalan tanpa mau memandang wajah Irza sedetik pun.
"Cepat pergi" geraman Olyn tidak bisa di bilang baik. Ia dalam kondisi ingin membunuh Irza dengan kedua tangannya sekarang. Olyn tidak peduli bahwa ia akan kehilangan pekerjaan dengan mengusir bos-nya seperti ini.
"Ya udah aku pamit dulu sama orang tua kamu." Binar dimata Irza sudah memudar dan ketika ia ingin kembali masuk kedalam Olyn sudah memegangi tangan pria itu dan mendorongnya paksa.
"Gak usah main-main sama saya ya pak. Jangan buat keluarga saya salah paham mengenai perkataan bapak tadi. Saya minta bapak segera pergi sekarang."
Irza menatap Olyn yang menyembunyikan wajahnya dengan menatap pagar rumahnya yang memang sudah terbuka. Irza merapihkan jasnya dengan santai, menarik nafas perlahan kemudian mencondongkan tubuhnya ke Olyn.
"Kamu cantik banget malem ini. Apa lagi kalau lagi marah gini. Jadi Sexy." Bisik Irza penuh godaan.
Olyn mau tidak mau menatap Irza dengan wajah memerah, ia tidak pernah di bilang cantik oleh seorang pria apa lagi di bilang sexy. Ia kira pengalaman seperti itu akan sangat menyenangkan. Fantasi Olyn membayangkan dirinya akan tersipu malu dan kupu-kupu kebahagiaan berterbangan di hatinya. Tapi ketika Irza baru saja mengatakannya, Olyn justru merasa kemarahannya semakin pecah. Wajahnya memerah memang tapi bukan karena ia senang tapi kesal setengah mati.
"Pak Irza!!! Anda keterlaluan. Cepat pergi dari sini."
Olyn berdecak dan langsung mendorong Irza lagi tapi tangan pria itu lebih cekatan memeluk tubuhnya. Tangan kekar Irza sudah melingkar di pinggang Olyn dan menariknya merapat. Mata Olyn hampir lompat keluar, sontak ia menekan dada Irza agar dirinya tidak menempel sempurna pada pria itu.
Gila.
Irza sungguh gila.
"Paaakkk!!!" Pekikan Olyn tertahan karena giginya mengigit bibirnya.
"Harus berapa kali aku bilang jangan panggil pak? Apa harus aku cium dulu supaya kamu berenti panggil aku kaya gitu?"
Olyn membekap mulutnya refleks ketika mendengar ucapan Irza. Matanya menatap mata hitam Irza yang berkilat cahaya dan memantulkan bayangan dirinya.
Irza menatap mata Olyn intens. Ia sudah bertekad mendapatkan hati Olyn bagaimana pun caranya. Ia kira akan mudah mendapatkannya dengan bersikap baik pada ibu bapaknya tapi nyatanya di luar dugaan Olyn justru semarah ini. Sedikit banyak Irza terluka ada seorang gadis yang mampu menolaknya seperti ini. Olyn sudah melukai ego Irza sebagai seorang laki-laki yang selalu mendapatkan apa yang ia mau dan Irza akan membuat Olyn membayar segalanya dengan membuat gadis itu jatuh kepelukannya.
"Ibu aku juga sama seperti ibu mu. Dia mau aku segera menikah. Jadi pikirkanlah ucapan aku tadi. Kalau kamu bersedia aku akan mengenalkan mu padanya nanti." Irza terdengar jujur, ya dia memang jujur soal keadaannya pada Olyn. Hanya saja ia tidak perlu menceritakan kenapa harus Olyn.
Olyn memicingkan matanya, meskipun Irza tidak tampak berbohong tapi Olyn selalu merasa ia harus waspada pada pria manapun. Terlebih dengan pria bermulut manis seperti Irza. Olyn tidak mau terluka, logikanya mengatakan bahwa ini tidak mungkin terjadi. Irza tidak mungkin serius dengan ucapannya soal hubungan, lamaran dan pernikahan. Namun yang Olyn tidak mengerti kenapa hatinya merasa sedikit tersentil dan membuat jantungnya berdenyut lebih cepat. Ini sudah masuk zona bahaya. Olyn mengelengkan kepalanya.
YOU ARE READING
LoveLyn
ChickLitOlyn bukannya tidak percaya cinta, ia hanya tidak percaya diri bisa mendapatkan cinta setelah semua kegagalannya. Sementara ibunya meminta ia segera menikah padahal pacar saja tidak punya, membuat Olyn membenci cinta. Meskipun diam-diam Olyn mengagu...