Setelah mendengar kabar duka dari Irza, Olyn segera memberitahukan pihak kantor dan teman sedivisinya. Teman-temannya mungkin tidak akan ada yang melayat hari ini. Kebanyakan dari mereka berbeda kota dengan Irza. Mungkin hanya akan ada perwakilan dari kantor, Olyn tidak bisa menunggu dan menunda dirinya untuk bertandang ke rumah Irza. Biar bagaimanapun ia mengenal ibunda Irza dan almarhumah sangat baik padanya.
Olyn membalas pesan yang mengatakan bahwa Irza tidak bisa kerja besok dan perihal ibunya yang meninggal. Balasan pesan Olyn berisikan pertanyaan dimana rumah Irza dan ucapan berbelasungkawa. Sudah menunggu sepuluh menit namun belum juga ada balasan. Akhirnya Olyn memutuskan untuk melakukan panggilan saja. Begitu panggilannya tersambung bukan suara Irza yang mengangkatnya namun suara seorang wanita yang Olyn kenal sebagai Kak Faraz.
"Halo Lyn?"
"Ehm... ini kak Faraz ya? Aku turut berbelasungkawa ya kak. Ehm... maaf ganggu." Olyn mengigit bibirnya ragu.
"Iya Lyn terima kasih. Irza lagi ngurus pemakaman ibu. Handphone-nya ditinggal." Suara Kak Faraz masih terdengar lemah dan sedikit serak. Olyn bisa menduga berapa banyak air mata yang sudah dikeluarkan wanita itu.
"Aku boleh kesana Kak?"
"Boleh kok Lyn."
***
Berbekal ingatan saat dulu ke rumah Irza, Olyn bertandang menggunakan taksi. Ia sudah minta izin pada kedua orang tuanya, mereka tidak bisa menemani karena ada acara pengajian di komplek dimana kedua orang tuanya menjadi panitia. Begitu sampai tempat yang di tuju, keadaan sekitaran sudah dipenuhi oleh para warga yang juga ingin melayat. Olyn melangkah perlahan begitu keluar taksi.
Ia memasuki rumah yang cukup asri dan indah, sayangnya semua keasrian dan keindahannya tertutup awan duka. Olyn merapatkan kerudungnya dan berjalan hati-hati mencari sosok Irza ataupun Faraz. Namun ia tidak menemukan keduanya. Menurut seseorang yang ada di dalam rumah Faraz sedang memandikan almarhumah ibunya.
Olyn memilih duduk bersama warga lainnya dan mulai membaca Yasin. Ia hanya berharap bahwa almarhumah ibunda Irza bisa dilapangkan kuburnya dan dihapuskan dosa-dosanya. Waktu berlalu begitu saja sampai akhirnya jenazah selesai dimandikan dan bersiap didandani sesuai dengan syariat. Olyn melihat Faraz yang menahan air matanya namun tetap dapat terlihat kepedihan yang dipancarkan matanya. Olyn menekan dadanya yang turut merasakan kesedihan itu dan tanpa terasa air matanya luluh lantah juga.
"Irza!" Faraz memanggil nama adiknya dengan suara yang sudah tidak jelas. Ini adalah terakhir kali mereka dapat menyentuh tubuh ibunya sebelum di masukan ke keranda. Tidak lama Irza datang dengan wajah yang teramat tampak lelah dan berantakan. Kemeja hitamnya di gulung asal sampai siku, rambutnya tertutup dengan peci.
Olyn menahan nafas ketika Irza membungkuk dan mengecup kening ibunya untuk terakhir kali. Jelas sekali ia mati-matian tidak menangis agar tidak mengotori jenazah ibunya. Setelahnya Irza mengangkat ibunya untuk dipindahkan ke keranda. Olyn ikutan bergeser begitu keranda digotong Irza dan beberapa sanak saudara laki-lakinya ke luar rumah untuk di masukan ke mobil jenazah. Irza sempat melirik ke arah Olyn. Sementara Olyn tidak mampu mengucapkan apapun bahkan ia hanya diam membisu dan hanya mampu menatap Irza balik.
"Lyn..." Olyn dikagetkan dengan Faraz yang menyentuh tangannya. "Kalau mau ikut ke sampai makam ayo bareng aku." Bisik Faraz lembut. Olyn mengangguk cepat dan membantu Faraz berjalan dengan memapah. Tubuh Faraz memang begitu lemah sehingga ia hampir jatuh beberapa kali.
Sesampainya di pemakaman setelah sebelumnya di sholati, Olyn tidak banyak bergerak, hanya menemani Faraz sambil memperhatikan Irza yang melakukan prosesi pemakaman ibunya. Suara Azan yang di alunkan Irza terdengar amat sangat menyakitkan. Olyn mengenggam tangan Faraz begitu akhirnya liang kubur di tutup tanah. Selesai pemakaman, Faraz diajak keluarganya untuk beristirahat. Tapi tidak dengan Irza, pria itu masih berjongkok di sebelah makam ibunya dalam diam dengan wajah tertunduk.
YOU ARE READING
LoveLyn
ChickLitOlyn bukannya tidak percaya cinta, ia hanya tidak percaya diri bisa mendapatkan cinta setelah semua kegagalannya. Sementara ibunya meminta ia segera menikah padahal pacar saja tidak punya, membuat Olyn membenci cinta. Meskipun diam-diam Olyn mengagu...