lovelyn - 8

85 12 0
                                    

Harapan indah itu masih melingkupi Olyn, ia melirik Ian yang sedang melambai ke arahnya di balik sebuah meja kayu berplitur alami. Senyum Olyn terkembang, ini memang bukan pertama kali ia pergi keluar dengan Ian. Mereka pernah beberapa kali pergi bersama hanya sekedar nonton ataupun bersenang-senang di tempat wisata. Tapi ini istimewa karena Ian secara khusus mengatakan bahwa ia merindukan Olyn. Seuntai kalimat yang membuat Olyn lebih memperhatikan penampilannya hari ini.

Mungkin hari ini akan jadi hari spesial. Begitulah secuil harapan yang Olyn bangun sejak semalam Ian meneleponnya.

Ian menarik sebuah kursi dan mengerlingkan matanya, mempersilahkan Olyn untuk duduk. Olyn sedikit tersipu menerima perlakuan yang tidak biasa juga dari Ian. Tapi ia tidak ingin terlalu kentara jadi Olyn hanya mengucap terima kasih dengan nada biasa.

"Aku kira kamu akan pakai dress" Ian terkikik geli dan langsung di sambut cibiran Olyn.

"Apa penampilan aku selucu itu?" Olyn memperhatikan jeans birunya dengan ruffle blouse berwarna putih susu. Tidak ada yang salah, Olyn masih terlihat cukup fashionable.

Olyn semakin mencibir memanyunkan bibirnya protes tidak terima dirinya ditertawakan Ian.

"Kamu ga lucu. Pikiran aku yang lucu karena ngira kamu akan pakai dress." cengiran Ian membuat Olyn membatalkan niatnya untuk mencibir lagi.

"Kenapa juga kamu mikir kaya gitu?" Olyn memicingkan matanya.

Olyn juga jadi penasaran pikiran apa yang membuat Ian bisa mengira ia akan pakai dress. Tapi bukannya menjawab pertanyaan Olyn, Ian justru mengukir senyumannya yang menenangkan.

Entah mengapa Olyn jadi berdebar-debar tidak karuan melihat seulas senyuman itu.

"Aku harap di kencan selanjutnya bisa ngeliat kamu pakai dress."

What?!

"Kencan?" Olyn mengerutkan keningnya lalu menarik sudut bibirnya antara ingin tertawa namun juga tersenyum senang. Ia memang mengaharapkan ini jadi hari yang indah. Sepertinya cupid cinta sudah mulai menembakan panah asmaranya untuk dia.

Semoga ini nyata.

"Bukannya saat seorang pria mengajak seorang wanita pergi berdua dengannya itu disebut kencan?" Ian menopang wajahnya dengan satu tangan dan memandang lurus ke Olyn.

Oh Tuhan. Apa kah ini pertanda baik?

Olyn menepuk-nepuk bibirnya dengan ujung telunjuk. Berusaha memikirkan jawaban apa yang akan ia berikan.

Ia tidak mau salah langkah dan membuat Ian mengira dirinya wanita lemah yang mudah digoda. Olyn bukan Olyn yang dulu, ia sudah berhenti jadi gadis yang terlalu berharap pada cinta. Kini Olyn adalah wanita tangguh yang meskipun tidak memiliki seorang kekasih tapi tidak pernah bersikap seperti wanita kesepian. Ia masih percaya akan ada pria yang sadar bahwa ia adalah jodohnya.

Ian kah?

"Jadi...berapa banyak teman kencanmu?" Ian mengehela nafas mendengar pertanyaan jebakan Olyn.

Ian mengambil jeda sebentar membuat selang waktu beberapa detik itu terasa bergerak lambat. Olyn menantikan jawaban pria yang sudah membuatnya kagum bukan kepalang dengan senyuman dan kebaikannya.

"what if I told only you? Would you believe me?" Ian melipat kedua tangannya di atas meja, menatap Olyn dengan keseriusan yang jauh meningkat.

Hati Olyn tentu saja berbunga-bunga, tidak ada yang lebih Olyn inginkan sekarang kecuali menjadi satu-satunya wanita di hati Ian.

"Should i?" Olyn berusaha tenang dengan nada suaranya, ia tidak ingin terlihat bahwa ia begitu mengingikan Ian sekarang. Tidak sampai pria itu dengan gamblang mengatakan bahwa Olyn adalah cintanya, satu-satunya wanita di hatinya.

LoveLynWhere stories live. Discover now