lovelyn - 18

55 10 0
                                    

Ian menjadi pendiam lebih dari biasanya. Angel masih di rumah sakit meskipun sudah semingguan dirawat, semalam Olyn menjenguknya lagi sendirian tanpa di temani Ian. Pria itu beralasan ada urusan sama temannya. Berbeda sekali segalanya, sebelumnya Ian terlihat khawatir dengan Angel lalu sekarang kembali cuek tidak peduli. Tapi masalahnya Ian bukan hanya begitu pada keadaan Angel, Olyn juga merasakan hal yang sama. Ian mengacuhkannya, padahal begitu banyak hal yang ingin Olyn klarifikasi pada kekasihnya itu.

Entah apa mereka masih pantas disebut kekasih setelah selama tujuh hari tidak saling berhubungan. Lebih tepatnya, Ian yang menjauhi Olyn.

Olyn menghela nafas cukup keras, membuat Mas Pras, Ian dan Irza menoleh kearahnya. Semua memiliki pertanyaan yang sama dibenaknya.

"Kamu kenapa?" Irza yang akhirnya mengutarakan hal tersebut. Olyn terperagah tak menyadari bahwa helaan nafasnya ternyata sebesar itu.

Ia mengerakan kepalanya ke kiri dan ke kanan seraya berkata, "enggak apa-apa Pak."

Irza kembali memfokuskan diri pada layar laptopya sambil membaca laporan kerja Ian selama sebulan ini. Keningnya berkerut pada salah satu slide di power point, ia menatap Ian sambil mengepal tangannya menjadi satu.

"SMM di stasion ini kegedean An. Kamu harus line balancing ulang, ini bakalan jadi bottle neck nantinya. Kedepannya kan kita harus increase production capacity. Kelarin dalam waktu sebulan ini."

"Iya Pak." Ian menjawab singkat sambil mencatat di note-nya segala tugas dari Irza. Ian seperti kurang bersemangat, tidak ada lagi binar pada matanya disaat bekerja.

Olyn menatap Ian yang tidak kunjung menatapnya balik. Perasaan tidak enak dalam dadanya semakin menjadi-jadi saja. Sejujurnya ini membuat Olyn jadi tidak konsentrasi bekerja.

"Lyn." Mas Pras yang duduk tepat di sebelah Olyn mulai nyenggol-nyenggol lengan Olyn gregetan. Olyn yang tidak sadar namanya sedari tadi di panggil-panggil cuma melirik sinis mau protes pada Mas Pras.

"Apaan sih Mas?" Desisnya sebal.

"Kamu melamun?" Suara Irza membuat Olyn menyadari ketololannya.

Ya Ampun dejavu.

"Ah maaf Pak." Digigit bibirnya dalam, menahan malu sekaligus gugup kepergok sedang melamun tentang Ian.

"Kamu masih ga berubah." Irza memainkan jemarinya di atas mouse menggulir slide power point laporan kerja Olyn. Ucapan Irza kontan membuat Olyn menyesali kebodohannya, ia sudah berkomitmen akan menunjukan kinerjanya dengan baik tapi hanya dalam sekejab ia sudah kembali menghancurkannya.

Ian sih!

Ian sama sekali tidak menoleh ke arah Olyn lagi, ia justru malah minta izin ke lapangan pada Irza. Ian beralasan ada masalah di produksi. Sikap yang menyebalkan sekali padahal ia dengan jelas pasti mengetahui bahwa sedari tadi Olyn memperhatikannya.

Ian pergi begitu saja setelah mendapatkan izin dari Irza. Sementara Olyn masih berkutat memikirkan kemungkinan apa yang membuat Ian berubah jadi demikian.

"Kerjaan kamu enggak ada yang masalah, cuma saya ada pemikiran lain. Kamu tertarik belajar kerjaan Ian enggak Lyn?" Olyn mengangkat sedikit wajahnya, menatap Irza tidak mengerti. Diam-diam Mas Pras pun ikutan penasaran.

"Maksudnya Pak?" Olyn meremas pulpen di tangannya.

"Ian baru saja ngajuin surat resign. Saya pikir kenapa enggak kamu aja nanti yang gantiin Ian dan kita bisa cari orang lain buat gantiin posisi kamu. Kamu bisa makin belajar banyak Lyn. Kalau Pras kan udah banyak kerjaannya, jadi ya pilihannya jatuh ke kamu."

LoveLynWhere stories live. Discover now