Angel terhuyung sebelum sampai ke klinik factory, Olyn segera memengangi wanita itu sambil berteriak.
"Gel!! Angel!!!" tubuh Angel yang mendingin membuat Olyn semakin panik, matanya menoleh ke kanan dan kiri bergantian mencari siapapun yang bisa menolongnya membawa Angel ke klinik.
Syukurlah ada office boy yang kebetulan lewat membawa troli berisikan beberapa galon kosong air mineral. Nurdin, dengan sigap membantu Olyn membopong Angel.
"Kamu minggir!" Olyn di dorong oleh seseorang yang sangat dikenal baik olehnya. Pria itu mengangkat Angel dalam gendongannya padahal Angel sudah di rangkul Nurdin duluan. Tiba-tiba ia datang begitu saja tanpa Olyn sadari.
Dia, Ian.
Ian membawa Angel menuju klinik dengan tergesa, Olyn diam tidak berkata apapun dan langsung mengekor mengikuti mereka. Sesampainya di klinik Olyn mendahuli untuk membukakan pintu agar Ian dengan mudah bisa lewat. Dokter di klinik baranjak dari kursi tempat biasa ia menuliskan resep serta secara sigap membantu Ian untuk menidurkan Angel di ranjang pemeriksaan.
Seragam bagian atas Angel di buka oleh dokter untuk mempermudah dirinya melakukan pemeriksaan, Olyn melirik Ian sambil menyikut perutnya.
"Kamu tunggu di luar." Desis Olyn agak sebal karena Ian dengan jelas memperhatikan Angel yang sedang diperiksa. Ian menoleh kearah Olyn dengan ekspresi wajah yang belum pernah Olyn lihat sebelumnya. Ada perasaan yang asing juga hinggap di hati Olyn ketika matanya bersitatap dengan Ian beberapa detik sebelum akhirnya Ian keluar dari klinik.
Olyn mengerutkan keningnya sembari menarik gorden yang menjadi pembatas antara ruang pemeriksaan dengan bagian lain klinik. Setelahnya Olyn hanya menunggu dokter memeriksa Angel sembari mengusapkan minyak kayu putih pada telapak kaki Angel yang memucat.
"Dia butuh di infus dan bed rest. Saya tulis surat rujukan dulu. Kamu hubungin pihak GA." Olyn mengangguk mengerti dengan cepat lalu berlari ke arah luar klinik.
Ian masih berdiri disana dengan tangan yang mengurut panggal hidungnya. "Gimana Angel?" tanyanya khawatir.
"Harus ke rumah sakit." Jawab Olyn cepat sambil melanjutkan langkahnya menuju ruang GA.
"Kamu tungguin Angel aja, sisanya biar aku yang urus." Ian menarik tangan Olyn untuk menghentikannya lalu ia berlalu pergi menggantikan Olyn ke ruang GA sambil menghubungi seseorang disana agar proses persiapan membawa Angel ke rumah sakit lebih cepat.
☆☆☆
"Lyn kamu ga apa-apa?" Suara Mas Pras mengagetkan Olyn yang memang sedang bengong memikirkan Ian.Setelah segala kesiapan untuk membawa Angel ke rumah sakit selesai, Ian bersikeras bahwa ia lah yang akan menemani Angel disana. Olyn sempat mengerutkan kening dalam tidak mengerti tapi Ian bilang bahwa Olyn harus tetap bekerja.
"Kamu disini aja Lyn. Masih banyakkan kerjaanmu? Jangan sampai Pak Irza saat masuk nanti marahin kamu lagi. Biar Angel aku yang urus."
Mungkin tidak ada maksud apapun di balik kalimat Ian selain bahwa Ian tidak ingin Olyn melalaikan pekerjaannya dan mendapat omelan Irza nantinya. Tapi tetap saja ada perasaan aneh yang timbul di hati Olyn menganggu dirinya. Ia jadi takut sendiri dengan kejadian buruk yang selalu bersahabat dengannya sedari dulu. Olyn begitu penasaran apakah ada sesuatu antara Ian dan Angel. Ketika di pabrik mereka memang terlihat biasa, hanya seperti rekan kerja. Bahkan Ian cenderung cuek pada Angel tapi kenapa Ian begitu panik saat melihat Angel pingsan? Pasti ada sesuatu yang tidak Olyn ketahui.
Olyn mendengus pelan. "Ga apa-apa Mas Pras. Cuma lagi pusing kerjaan kaya biasa."
Memikirkan Ian dan Angel hanya membuat kepusingan Olyn semakin menjadi. Disesapnya teh hangat yang ia buat beberapa menit lalu, mencoba mencari kehangatan juga ketenangan.
YOU ARE READING
LoveLyn
ChickLitOlyn bukannya tidak percaya cinta, ia hanya tidak percaya diri bisa mendapatkan cinta setelah semua kegagalannya. Sementara ibunya meminta ia segera menikah padahal pacar saja tidak punya, membuat Olyn membenci cinta. Meskipun diam-diam Olyn mengagu...