"Apa kamu pernah mencintai aku seperti mencintai Angel?"
"Aku rasa kamu salah paham Lyn." Ucapan Ian membuat Olyn mengernyitkan matanya. Memorinya berputar pada kejadian beberapa jam lalu, mengenai percakapannya dengan Angel saat makan siang bersama.
☆☆☆
"Udah sembuh total Gel?" Olyn memecah kecanggungan yang ada diantara mereka menghembuskan pertanyaan tulus.
Angel mengangguk dengan gayanya yang selalu cantik. Ia sudah tidak sekurus saat terakhir kali Olyn menjenguknya. Angel meraih tangan Olyn, mengenggamnya dengan pandangan lurus. Mata mereka saling beradu, membiarkan bias cahaya merefleksikan pantulan diri masing-masing.
"Kamu pasti udah dengar semuanya dari Ian mengenai hubungan kami." Angel menarik nafas perlahan-lahan. Olyn bergumam ringan.
"Aku minta maaf Lyn," tambah Angel dengan nada hati-hati.
Olyn mengibaskan tangannya beberapa kali.
"It's Ok Gel. Sejujurnya aku udah enggak mau bahas masalah ini lagi. Perasaan aku masih belum benar-benar bisa menerima kenyataan, semuanya terlalu tiba-tiba. Tapi aku mau berusaha, langkah pertama yang aku pilih ya ... enggak mau terjebak dengan terus-terusan memikirkan hal ini." Olyn melirik Ian yang berada beberapa meja agak jauh dari tempat mereka, sedang berbincang bersama beberapa teman sembari menghabiskan makanannya.
"Oke aku ngerti Lyn. Tapi aku cuma mau bilang sama kamu. Kalau memang kamu cinta sama Ian. Please jangan kaya aku, kamu harus berusaha untuknya. Ian cuma butuh wanita yang bisa jadi tempatnya bersandar. Dia enggak sekuat kelihatnya Lyn." Olyn menatap Angel dengan tatapan tidak mengerti. Seketika timbul berbagai macam pertanyaan. Ah tapi Olyn tidak mau berasumsi. Jika ia terus-terusan begini ia akan susah move on nanti.
"Dari ekspresi wajah kamu kayanya Ian belum menjelaskan alasan dia pergi. Coba kamu bicara lagi sama dia Lyn." Angel menepuk tangan Olyn yang ada di genggamannya lembut.
"Udah lah, kalau dia mau pergi ya biarin aja Gel. Kamu sendiri emang enggak keberatan dia pergi? Terus kamu malah nikah sama pria lain?" Angel terkekeh mendengar pertanyaan Olyn. Wanita itu memang masih terbilang polos dan lugu jika dibandingkan dengan dirinya. Angel jadi merasa lucu dengan pikiran Olyn.
"Ian enggak bisa perjuangin aku dan aku pun enggak bisa mengharapkan dia entah sampai kapan. Hubungan kami cuma hubungan yang senang-senang. Menikmati kebersamaan sampai tau saatnya benar-benar harus diakhiri. Dan sekaranglah akhirnya." Angel menatap Ian dengan tatapan sedih namun dia tetap tersenyum.
"Aku enggak suka dongeng Lyn. Aku butuh nilai yang bisa diukur meskipun dalam urusan cinta. Kalau kamu mau tau gimana perasaan aku ..." Angel sudah bisa menebak tanda tanya yang tercetak jelas diwajah Olyn. Diamnya Olyn memberikan Angel keyakinan atas dugaannya. "Tentunya aku juga merasa patah hati dengan berakhirnya hubungan aku dan Ian. Terus aku juga merasa cemburu akan hubungan dia dengan kamu. Thats normal."
Angel melepaskan tautan tangannya dengan Olyn lalu menopang wajahnya sendiri. Melirik Ian sekali lagi, lalu berganti menatap Olyn. "Kita punya banyak pilihan untuk menjalani hidup kita. Bagi aku, logika dan perasaan itu harus diseimbangin porsinya. Supaya hidup kita seimbang juga. Mungkin terdengarnya aku jadi seperti orang yang perhitungan ya?" Angel tertawa lagi setelah mencerna sendiri ucapannya.
Olyn tanpa sadar juga ikut tersenyum geli. Angel memang berbeda dari wanita cantik kebanyakan. Siapa yang mengira bahwa wanita yang suka mengecat kukunya dengan warna-warna mencolok dan berpakaian modis ini adalah lulusan teknik. Dia mematahkan teori bahwa wanita yang terlihat seperti barbie biasanya bodoh. Angel justru memiliki otak cemerlang dan tangkas dalam pekerjaannya.
YOU ARE READING
LoveLyn
ChickLitOlyn bukannya tidak percaya cinta, ia hanya tidak percaya diri bisa mendapatkan cinta setelah semua kegagalannya. Sementara ibunya meminta ia segera menikah padahal pacar saja tidak punya, membuat Olyn membenci cinta. Meskipun diam-diam Olyn mengagu...